Assalamu'alaikum.... Selamat datang...

Minggu, 29 Mei 2011

Mengenang Rangkaian Kisahku di Bulan Mei (jilid 1)

Menjalani hari demi hari di bulan Mei ini, mengingatkan kembali pada serangkaian kisah yang telah terjadi dalam hidupku. Rasanya ingin kulihat lagi satu per satu perjalanan hidup yang telah kulalui semenjak melangkahkan kaki keluar dari kampus, sebuah dunia dan masa yang begitu indah dalam hidupku. Tapi di sini yang ingin kukenang adalah justru masa-masa setelahnya.

Meiku di 2001

Mei yang cukup bersejarah dalam hidupku, karena di bulan inilah aku menerima khitbah dari seorang lelaki yang belum terlalu kukenal sebelumnya. Perkenalan yang terjadi secara unik itu, berlanjut dengan dikenalkannya aku kepada keluarganya. Kemudian disepakati, pada pertemuan kedua yang terjadi di bulan Mei yang rencananya hanya perkenalan dua keluarga itu, yaitu dengan berkunjungnya keluarganya menemui keluargaku, ternyata langsung dibicarakan masalah waktu pernikahan. Olala... cevat sekaleee.... Baru pertemuan kedua udah langsung khitbah. Tapi aku sih manut-manut aja. Berhubung Bapak sama Ibu sebagai cheerleaders bukan lagi ngasih angin, tapi ngasih kipas angin.... Gak brenti-brenti ngasih motivasi. Yang penting Bapak sama Ibu ridlo dan senang, selama masih berada di jalan-Nya, bukankah Allah juga akan ridlo sama kita? kan ridlonya Allah mengiringi ridlonya orangtua. Dan apa lagi yang manusia cari dalam hidup ini jika bukan ridlo Allah? Ya, to, ya, to, ya, to? :D

Berawal dari pertemuan di bulan Mei inilah akhirnya disepakati waktu pernikahan kami di bulan Agustus tahun yang sama. Ya, tanggal 18 Agustus 2001, tepatnya di pertemuanku yang ketiga dengan calon pendamping hidup dan imamku yang juga merupakan hari berlangsungnya pernikahan kami. Pernikahan yang oleh sebagian teman dikatakan ajaib, karena pertemuan yang begitu singkat namun bisa diraih kata sepakat untuk melangkah ke fase yang cukup berat tanpa perlu banyak berdebat yang penting mengharap kehidupan yang penuh rahmat dari Allah Yang maha Hebat. :)

Meiku di 2002

Tahun pertama pernikahanku, Allah menganugerahi seorang anak laki-laki yang lahir dengan sehat dan lancar, meski di proses kelahirannya tidak didampingi sang ayah yang kemudian anak-anak memanggilnya dengan sebutan "Abah". Proses persalinan pertamaku yang memang kami sepakati untuk dijalani di kampung halaman, membuat abah tidak menyaksikan saat-saat genting persalinanku. Tapi alhamdulillah, karena kedua orangtuaku masih sehat, akupun senantiasa didampingi oleh Bapak yang begitu sabar dan telaten menunggui cucunya lahir. Ibu mempersiapkan kedatangan cucunya dengan menyiapkan perabotan di rumah, sementara Bapak mengantar dan menemaniku di Rumah Sakit Bersalin. Tepat pukul 00.15 tanggal 29 Mei 2002, lahirlah Nabil Hukama Zulhaiba.

Yang menarik, tepat ketika suara tangisnya terdengar begitu keras memecah keheningan malam, terdengar pula seruan "alhamdulillaaaaah...." dari orang-orang yang berada di luar ruang bersalin secara serempak. Siapa saja mereka, bahkan aku tak pernah tahu. Subhanallah.... ternyata kehadiranmu disambut bahagia oleh banyak orang, Nak....

Setelah mengadzani nabil, Mbah Kakung kemudian menelpon Abah yang sedang dalam perjalanan pulang dari Jakarta menuju Wates. Kata Mbah Kakung, "Mas, cucuku udah lahir. Namanya Nabil dan alhamdulillah komplit." Sebuah isyarat yang biasa Bapak sampaikan ketika memberikan informasi kepada kami. Bapak suka menggunakan simbol-simbol. Bapak memang tahu 2 nama yang telah kami persiapkan untuk calon anak kami, jika laki-laki dikasih nama Nabil, jika perempuan dinamai Adila. Ya, begitulah cara Bapak mengabarkan berita gembira itu kepada suamiku.

Sesampai di RSB, abah menceritakan perasaannya kepadaku, bahwa ketika ditelpon Bapak, tanpa terasa ada air mata yang menitik. Sebuah rasa haru menyeruak di kalbu, bahwa kini ia telah menjadi seorang "bapak". Hmmm.... So sweet.... ^_^

Meiku di 2003

Memiliki bayi mungil nan lucu memang merupakan anugrah tak terkira. Begitu pula denganku. Satu tahun sudah usia Nabil yang waktu itu benar-benar sedang lucu-lucunya. Namun diusianya yang ke 12 bulan itu pula, keinginan untuk menyempurnakan pemberian ASI hingga usia 24 bulan harus kutepis karena dokter menyatakan aku telah positif hamil dan disarankan untuk menghentikan penyusuan.

Antara sedih dan seneng, karena dipercaya Allah untuk dikasih titipan lagi, sama harus menghentikan penyusuan. Sayang sekali waktu itu aku belum mendapat informasi jika bisa saja dilakukan penyusuan secara tandem, meski sedang hamil, menyusui bisa jalan terus asalkan kehamilannya tidak bermasalah. Ya sudahlah, nggak apa-apa, ya, Bil.... Setahun juga udah lumayan. hehehe.... menghibur diri ceritanya....

Meiku di 2004

Bulan Mei 2004 aku sedang mengurus anak keduaku yang terlahir di bulan januari, tepatnya tanggal 21. Kami beri nama Rifka Zaimatul Adila. Sebuah nama yang telah kami siapkan jauh-jauh hari saat menyambut kelahiran anak pertama. jadi, ceritanya ini nama cadangan. hehehe... alhamdulillah, akhirnya kepake juga.

Di samping mengasuh bayi kedua, inilah saat pertama kalinya aku hunting sekolah untuk Nabil yang mulai memasuki usia playgroup dan akhirnya Nabil bersekolah di Islamic Nursery School Bunga Matahari yang berlokasi di Cipinang Muara Jakarta Timur. Sebuah sekolah yang memiliki konsep pengajaran yang keren banget, tapi cukup muahal untuk ukuran kami. Untung ada spesial promo untuk kami yang masuk di angkatan pertama. Alhamdulillah... bisa mencicipi sekolah keren dengan budget pas-pasan. ^_^

Meiku di 2005

Sebulan menjelang kelulusan dari Nursery School, Nabil akan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Kindergarten/TK. Berhubung untuk melanjutkan sekolah di INS Bunga Matahari yang sudah mulai membuka kelas kindergarten namun biayanya semakin mahal dan tak terjangkau, Nabil pun harus puas dengan keputusan kami untuk pindah ke TK lain, yang kebetulan lokasinya bersebelahan dengan kontrakan kami. Jadi makin deket, dech, sekolahnya. Meskipun kualitasnya pas-pasan, nggak apa-apa, ya, nak....

=bersambung=

Tidak ada komentar:

.