Sabtu, 21 Mei 2011
Mental Gratisan
Pagi-pagi buka FB dapat pesan dari groupnya Aku Bisa! yang benar-benar pas banget dengan apa yang sedang ada dalam pikiranku akhir-akhir ini. Sebagai bangsa yang terbaca oleh pelaku bisnis asing memiliki "Mental Gratisan" sangat parah, dibuatlah sistem bisnis yang nampak demikian indah dan memikat siapa pun yang kebelet sama yang judulnya kaya dan cinta dunia dengan segala pernak-perniknya.
Sadar atau tidak sadar, perilaku hedonisme dan konsumerisme senantiasa dijejalkan ke dalam otak para member dan prospeknya demi mendapatkan apa yang dinamakan poin, reward, kenaikan level, kebebasan finansial, kebebasan waktu atau apalah istilahnya. Terkadang demi meraih semua itu, mau nggak mau harus keluar kocek lebih banyak untuk menebus barang-barang yang sebetulnya tidak perlu dan sama sekali tidak dibutuhkan. Demi itu semua juga, persahabatan terkadang tergadaikan. Fyuh... Sebegitunya....
Nyesel, kenapa baru nyadar setelah semua berlalu. hehehe... Untung segera sadar dan bertobat untuk lebih berhati-hati dan senantiasa bersikap kritis buat jaga-jaga. Tapi tetep aja udah jadi korban iklan dan aksi brain washing yang luar biasa... Acung jempol deh buat perusahaan yang super duper bonafit itu. Ih, apaan, sih? Oww.... rahasia... nanti daku kena Perkara tentang pencemaran nama baik atau pemanfaatan media elektronik secara menyimpang atau apa tuh pokoknya yang judulnya berurusan sama hukum. hahaha.... Nggak perlu sebut nama, tapi bagi yang pernah terjun dan masih memiliki kesadaran penuh, pasti paham yang dimaksud.
So, supaya jangan lagi terulang, ada baiknya tulisan Isa Alamsyah ini dinikmati dengan tumakninah. Halah... apa coba? hehe... Selamat membaca.....
Mental Gratisan
Isa Alamsyah
Saya bertemu seorang ibu rumah tangga di Depok yang sedang membuka tabungan di sebuah bank.
Padahal beberapa hari lalu ia baru saja buka tabungan di bank yang sama hanya beda cabang.
Ternyata ia mendaftar lagi karena tabungan sebelumnya bertempat di cabang yang jauh dari rumah.
Lalu kenapa juga ibu itu membuka tabungan lama kalau tempatnya jauh?
Ternyata tabungan sebelumnya dibuka ketika bank tersebut membuka stan di sebuah mal di Jakarta.
Karena iming-iming mendapat minyak goreng gratis, ibu tersebut memutuskan untuk membuka rekening tabungan.
Yang tidak disadari ibu tersebut, ternyata bank yang membuka di stan tersebut adalah cabang yang berkedudukan di Kuningan Jakarta selatan atau 2 jam perjalanan dari Depok.
Ibu itu mulai kerepotan karena ternyata banyak urusan transaksi yang harus diurus langsung ke cabang pembuka.
Karena repot dan jauh akhirnya si ibu terpaksa membuka rekening lagi di Bank yang sama di dekat rumahnya.
Sedangkan di bank yang lama ada uang yang harus diendapkan sebesar Rp 50.000, kalau mau ditutup harus pergi ke Jakarta dan makan waktu dan ongkos yang lumayan banyak.
Hanya karena mengejar minyak gorang gratis, ibu tersebut sudah kehabisan uang dan waktu yang nilainya puluhan kali lebih mahal dari sebuah minyak goreng gratis.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Ini terjadi karena "mental gratisan".
Mental gratisana adalah mental yang asal ada barang gratis diambil.
Satu hal yang perlu diingat dalam duania usaha.
"TIDAK ADA YANG NAMANYA GRATIS"
Selalu saja ada timbal balik yang diterima perusahaan sekalipun berembel-embel gratis.
Kartu kredit menawarkan gratis iuran tahunan pada tahun pertama.
Padahal bagi perusahaan penerbit kartu kredit, yang diincar adalah iuran tahunan pada tahun kedua, ketiga, dst, dan tersedotnya dana kita untuk berbelanja melalui kartu tersebut.
Di mall ada sales yang menjajakan souvenir gratis.
Begitu kita ambil, kita diminta untuk mengisi formulir tanda terima dan ujung-ujungnya dipromosikan produk. Sebenarnya barang gratis tersebut hanya untuk memancing kita untuk ditawarkan produk mereka.
kalau kita tidak beli, souvenir dianggap sebagai pengganti waktu kita.
Dan jika kita terjebak, maka kita bisa jadi terbuai untuk membeli barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Lalu bagaimana bersikap?
Jangan cepat terbuai dengan iming-iming gratis.
Kalaupun gratis pastikan kita memang membutuhkannya.
Kalau gratis tapi tidak butuh, ngapain juga diambil?
Perhatikan konsekwensinya.
Kalau gratis tapi harus melakukan ini dan itu, sama saja bukan gratis.
Pernahkah Anda mengalaminya?
Awalnya merasa dapat gratis, tapi ternyata membayar lebih banyak?
Dikutip dari:
http://www.isaalamsyah.com/2011/05/mental-gratisan.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar