Rabu, 01 Juni 2011
Islam dan Sains
Agama dan sains. Kira-kira, ada nggak ya titik temu antara keduanya? Kalau buat sebagian kita-kita, mungkin dengan yakin dan gampang menjawab, ya iya, lah... Sudah banyak itu buktinya. Banyak kok buku yang menjelaskan tentang kebenaran agama, khususnya Islam, yang meyakini kebenaran ayat-ayat Al Qur'an yang dari belasan abad silam, namun ilmuwan baru mengungkap hal yang sama di abad-abad terakhir ini. Mmmm... tapi ternyata, nggak semuanya berpendapat demikian, lho. Ada sebagian yang menganggap terlalu bodoh jika kita percaya pada tiap teks yang ada di kitab itu tanpa melalui proses berpikir terlebih dahulu. Ada lagi yang bilang itu kan kebetulan aja. Ada malah yang udah nemu kecocokan, tapi masih sibuk nyari-nyari dimana letak ketidakcocokannya. hehehe.... Dan itu real, lho.... Nyata. Karena saya berdiskusi langsung dengan yang berpikiran demikian.
Beberapa hari ini saya memanng sedang asyik berdiskusi di group alumni, yang diikuti oleh beberapa di antaranya ada yang sudah doktor, master, dari kalangan akademisi, pengusaha, sempat ditengok orang senayan, ada yang tinggal di dalam negeri, ada juga yang masih di negeri sebrang samudera sana, dan yang paling nggak berkelas ya saya ini, seorang ibu rumah tangga tanpa profesi tambahan yang membanggakan lainnya, tapi kepengen urun rembug. Kurang gawean, sebenarnya. Tapi, dari thread yang dilontarkan, sejak awal membacanya memang sudah menggelitik untuk melontarkan sebuah komentar. Karena merasa nggak level sama para pemikir itu, maka saya lontarkan kopi paste dari sebuah ayat Al Qur'an yang ternyata oh ternyata.... beberapa di antara peserta diskusi justru menolak, mempertanyakan dan bahkan ada yang menafikan kebenaran Al Qur'an, termasuk hadits.
Waduh... gimana, nih... dari beberapa peserta diskusi yang berusaha berpegang pada Al Qur'an satu per satu mulai gerah karena lontaran cap, label, sindiran dan entah apa nama yang pas, yang jelas buat saya, itu nggak enak banget dan berhasil membuat satu per satu peserta diskusi enyah entah ke mana. Ada yang bilang capek, ada juga yang bilang nggak ada gunanya. Label yang sempat kurekam adalah scriptualist buat yang percaya pada Al Qur'an dan hadits begitu saja secara tekstual. Bahkan, sebuah label yang cukup manis sempat disematkan kepadaku, yaitu tukang kopi paste... Horee.... Dapat gelar tambahan. Lha wong memang modalku cuma ngopi paste dari pendapat atau ayat atau hadits yang sesuai dengan pemikiranku, je. hehehe.... Sebetulnya diskusi ini cukup menantang dan menguji kita untuk meyakinkan atau paling tidak memberikan argumen yang cukup relevan dengan apa yang kita yakini. Karena mereka ini adalah orang-orang yang sangat mengandalkan kemampuan berpikir, dan otak adalah segala-galanya. Rasionalis mungkin label yang cukup pas untuk mereka.
Namun, karena semakin menukiknya pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan pak doktor padaku yang bikin kerja otak lumayan terkuras, memotivasiku untuk mencari referensi demi referensi yang menguatkan dan mendukung argumenku. Bagaimana tidak, ketika kusodorkan ayat demi ayat, malah hujatan yang kudapat. Satu contoh pertanyaan beliau adalah, "Jika memang Al Qur'an sesuai dengan sains, silahkan kasih contoh." Akhirnya kucari di beberapa buku, dapat, sih... tapi rasanya kurang sreg dan cocok untuk kupersembahkan kepada beliau-beliau itu. Kucari lagi di google, dan kudapati link satu ini. Dari situlah kutemukan informasi yang makin lama makin menambah wawasanku. Kupikir, inilah yang mereka cari.
Tapi apakah diskusi selesai di situ? Olala... ternyata tidak, sodara-sodara... Beliau masih mengeluarkan senjata-senjatanya. Dikeluarkanlah link yang isinya diskusi tentang ginekologi. Alamak, itu link bahasanya bahasa penjajah. Yang bisa kutangkep cuma sedikit plus ngelmu kira-kira, yaitu kira-kira artinya apa, ya... hehehe... Lha dalah... ternyata lagi diskusiin hadits-hadits tentang janin. Mmmm... bagiane bojoku nek udah ngomongin hadits beginian. Pe-er, dech. Belum selesai, sih, diskusinya. Dipending dulu. Mudah-mudahan mendapat akhir yang indah.
Oiya, apa sih yang udah aku temuin di link di atas? Kiranya nggak ada salahnya jika aku share di sini. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Ini dia isinya:
Islam dan Sains
Pemikiran Barat saat ini berada di antara konflik antara agama dan sains. Hampir bisa dikatakan mustahil bagi seorang pemikir Barat saat ini untuk menerima fakta bahwa ada daerah pertemuan antara agama dan sains. Bible yang dipercaya oleh orang-orang Kristen menyatakan bahwa pohon terlarang yang dimakan oleh Nabi Adam as adalah pohon pengetahuan. Sehingga setelah dia memakannya, dia memperoleh pengetahuan yang pasti yang tidak pernah dimiliki sebelumnya. Dengan alasan ini, Negara Eropa menghabiskan waktu dua abad memperdebatkan apakah mereka akan menerima pengetahuan ilmiah (sains) yang datang dari para ilmuwan Muslim ataukah tidak.
Geraja menetapkan bahwa perburuan terhadap pengetahuan ilmiah semacam itu adalah penyebab adanya 'dosa awal'. Keuskupan menunjukkan bukti dari Perjanjian Lama (Old Testament/Torah/Taurat), di mana disebutkan bahwa ketika Adam memakan pohon itu dan memperoleh pengetahuan, Allah tidak senang terhadapnya dan menolak untuk memberikan ampun. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah secara keseluruhan dianggap sebagai sesuatu yang tabu oleh Gereja.
Akhirnya, ketika pemikir-pemikir bebas dan para ilmuwan Barat bisa mengalahkan kekuasaan Gereja, mereka membalas dendam dengan cara yang berlawanan dan berusaha mengurangi kekuatan agama. Mereka berupaya dengan segala cara yang memungkinkan untuk mengatasi kekuasaan Gereja dan mengurangi pengaruhnya sehingga kekuasaannya ditekan dan disudutkan ke tempat yang sesempit mungkin.
Karenanya, jika Anda ingin berdiskusi tentang agama dan sains dengan orang Barat, mereka akan merasa sangat heran. Mereka belum mengetahui Islam yang sebenarnya.
Mereka tidak mengetahui bahwa Islam memberikan status yang sangat tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan orang-orang yang berilmu, menghargai mereka sebagai saksi-saksi, setelah para malaikat, akan fakta bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, sebagaimana Allah sendiri telah mengatakan kepada kita dalam Al-Quran:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) ...
(Quran 3:18)
Dan Allah, Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah memberitahu kita:
Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah ...
(Quran 47:19)
Telah diketahui dari Al-Quran bahwa Adam as telah dianugerahi kelebihan dari para malaikat dengan keahliannya terhadap ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepadanya oleh Allah. Cerita Al-Quran berlawanan dengan apa yang ada dalam Bible yang menurut kepercayaan Muslim telah diubah dari aslinya. Menurut Al-Quran, kenyataan bahwa Adam dianugerahi pengetahuan adalah suatu tanda kehormatan, dan bukan merupakan penyebab terusirnya Adam dari surga. Oleh karena itu, jika seseorang mendiskusikan Islam dan sains dengan pemikir-pemikir Barat, mereka cenderung mengharapkan dalih atau alasan yang sama dengan apa yang mereka ketahui dari kultur agama mereka sendiri [mayoritas Kristen, pent.]. Inilah sebabnya mengapa mereka sangat terkejut ketika ditunjukkan fakta-fakta dari Al-Quran dan Sunnah yang sangat jelas kepada mereka.
Diantara mereka yang terkejut adalah Dr. Joe Leigh Simpson, Ketua Departemen Kandungan dan Gineakologi, Profesor Mulekuler dan Genetika Manusia di Baylor College of Medicine, Houston. Ketika kami pertama kali bertemu dengan dia, Profesor Simpson bersikeras untuk membuktian kebenaran Al-Quran dan Sunnah. Akhirnya kami berhasil menghilangkan kecurigaan dia. Kami menunjukkan kepadanya teks yang menyatakan tentang perkembangan embrio. Kami membuktikan kepadanya bahwa Al-Quran menginformasikan kepada kita bahwa sifat bawaan keturunan (hereditery) dan kromosom (bagian sel yang membawa sifat keturunan) yang membuat individu baru terjadi hanya setelah terjadi penggabungan antara sperma (cairan kental yang keluar dari laki-laki pada saat persetubuhan) dan ovum (indung telur pada wanita). Sebagaimana kita ketahui, kromosom-kromosom ini membawa semua sifat-sifat yang diwarisi oleh individu baru, antara lain: warna mata, kulit, rambut, dan sebagainya.
Demikianlah, rincian detail sifat turunan manusia ditentukan oleh kromosom-kromosom yang dimilikinya. Kromosom-kromosom ini mulai dibentuk pada tahap awal nutfah dari perkembangan embrio. Dengan kata lain, ciri-ciri yang membedakan individu baru ditentukan pada tahap paling awal dari tahap nutfah. Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah menyatakan fakta ini dalam Al-Quran:
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya. Dari apakah Allah menciptakannya. Dari nutfah (setetes mani), Allah menciptakannya lalu menentukannya.
(Quran 80:17-19)
Selama 40 hari pertama dari masa kehamilan, seluruh anggota badan dan organ tubuh telah terbentuk dengan lengkap secara berurutan. Kita bisa melihat pada Gambar 2.1 bahwa organ-organ mulai dibentuk, disusun, dan janin kelihatan terbalik. Nabi Muhammad saw telah menginformasikan kepada kita dalam sebuah hadits:
Dalam setiap diri kalian, semua komponen-komponen pembentukan kalian dikumpulkan bersama dalam rahim ibumu selama 40 hari. (Hadits Sahih riwayat Muslim dan Bukhari)
Gambar 2.1.
Dalam hadits yang lain, Nabi Muhammad saw bersabda: Ketika nutfah (tetesan mani) telah lewat masa empat puluh dua malam, Allah mengirimkan seorang malaikat kepadanya, kemudian membentuknya, membuat telinga, mata, kulit, daging dan tulang-tulangnya. Kemudian berkata, 'Ya Tuhan, apakah dia laki-laki ataukah perempuan?' dan Tuhan kamu memutuskan apa yang dikehendaki-Nya. (Muslim).
Profesor Simpson mempelajari kedua hadits ini dengan sungguh-sungguh, menyatakan bahwa pada awal 40 hari terlihat sebuah perbedaan yang jelas dalam tahap embriogenesis. Dia sangat terkesan dengan ketepatan dan keakuratan hadits-hadits tersebut. Kemudian pada salah satu dari konferensi yang dihadirinya, dia memberikan pendapat sebagai berikut: Kedua hadits yang telah disebutkan itu bisa memberi kita tabel waktu yang terperinci untuk tahap utama dalam perkembangan embrio sebelum 40 hari. Sekali lagi, telah dinyatakan berulang-ulang oleh pembicara-pembicara lain pagi ini bahwa hadits-hadits ini tidak mungkin diperoleh atas dasar pengetahuan ilmiah yang tersedia pada saat hadits ini dicatat.
Profesor Simpson mengatakan bahwa agama bisa berhasil membimbing kepada jalan yang benar untuk memperoleh pengetahuan. Barat, sebagaimana telah kita katakan sebelumnya, menolak fakta ini. Inilah seorang ilmuwan Amerika yang mengatakan bahwa agama, sebut saja: Islam, berhasil meraih predikat ini dengan gemilang. Dengan analogi, jika Anda pergi ke sebuah pabrik dan mempunyai panduan operasi (operation manual) pabrik tersebut, maka Anda akan bisa dengan mudah memahami ragam operasi yang terjadi pada pabrik tersebut, terima kasih untuk panduan yang dibuat oleh pendesain dan pembangun pabrik. Jika Anda tidak memiliki buku panduan tersebut, maka sangat mungkin Anda akan mengalami banyak kesulitan dalam memahami berbagai macam proses yang terjadi di sana.
Profesor Simpson mengatakan: Menurut saya, bukan hanya merupakan suatu kenyataan bahwa tidak ada perbedaan antara teori genetika dan agama, bahkan, pada kenyataannya, agama bisa membimbing sains dengan menambahkan wahyu kepada beberapa pendekatan ilmiah secara tradisional. Bahwa ada pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran yang dapat ditunjukkan dengan tepat oleh pengetahuan ilmiah, yang mendukung pernyataan bahwa pengetahuan dalam Al-Quran diturunkan oleh Allah.
Hal ini adalah sesuatu yang benar. Tentu saja, Muslim bisa menjadi pelopor untuk menemukan pengetahuan baru dan mereka bisa menyesuaikan pengetahuan yang diperoleh menuju ke tempat yang semestinya. Lebih jauh lagi, Muslim mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan sebagai bukti akan keberadaan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung, dan untuk menegaskan tentang kebenaran Kerasulan Muhammad saw.
Allah berfirman dalam Al-Quran:
'Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?'
(Quran 41:53)
Setelah menyadari dengan melihat contoh-contoh keajaiban ilmiah yang ada dalam Al-Quran dan setelah mengetahui komentar-komentar yang berkaitan dengannya dari para ilmuwan yang obyektif, mari kita tanyakan diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apakah hal ini hanyalah suatu kebetulan belaka bahwa semua temuan mutakhir yang dihimpun dari berbagai sumber ini ternyata telah disebutkan dalam Al-Quran yang diturunkan 14 abad yang lalu?
b. Dapatkah Al-Quran ini dibuat oleh Muhammad saw atau oleh manusia lain?
Satu-satunya jawaban yang mungkin untuk pertanyaan-pertanyaan ini adalah 'Al-Quran ini pastilah firman Allah yang diturunkan-Nya'. Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Utusan-Nya, Nabi Muhammad saw melalui Malaikat Jibril. Al-Quran dihafalkan oleh Muhammad saw yang kemudian didiktekan kepada sahabat-sahabatnya. Kemudian, mereka menghafalkannya juga, menuliskannya kembali dan selalu memeriksa ulang bacaannya bersama Nabi Muhammad saw.
Lebih jauh lagi, Nabi Muhammad saw selalu memeriksa ulang Al-Quran dengan Malaikat Jibril sekali setiap Bulan Ramadhan dan dilakukan dua kali pada akhir tahun kenabiannya pada kalendar Islam yang sama. Semenjak Al-Quran diturunkan sampai sekarang, masih banyak jumlah Muslim yang selalu menghafalkan keseluruhan isi Al-Quran, huruf demi huruf. Beberapa diantara mereka bahkan telah hafal Al-Quran pada umur 10 tahun! Sehingga tidak mengherankan ketika kita menyatakan bahwa tidak satu huruf pun dari Al-Quran ini telah diubah selama berabad-abad lamanya hingga sekarang.
Al-Quran, yang diturunkan 14 abad yang lalu menyatakan fakta-fakta yang hanya bisa ditemukan dan dibuktikan secara ilmiah oleh para ilmuwan baru-baru ini saja. Hal ini membuktikan bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang asli, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan dengan demikian juga membuktikan bahwa Muhammad saw sesungguhnya adalah seorang Utusan dan Nabi yang dikirim oleh Allah. Adalah di luar jangkauan akal bahwa seorang manusia biasa seribu empat ratus tahun yang lalu bisa mengetahui fakta-fakta yang baru bisa ditemukan dan dibuktikan dengan peralatan-peralatan yang maju dan metoda-metoda yang rumit dan canggih seperti saat ini.
bersambung...
Sebagai orang beriman, masihkah perlu dipertanyakan lagi? Mari tanyakan kepada hati nurani kita masing-masing. Adakah keraguan di dalamnya?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar