Assalamu'alaikum.... Selamat datang...

Jumat, 30 Desember 2011

Jerit Hati Seorang Gadis di Hari Ibu nan Sendu

Bulan Desember memiliki satu hari yang menjadi begitu spesial bagi para wanita. Tanggal 22 Desember tepatnya, hampir di seluruh penjuru dunia mengkhususkan hari itu sebagai Harinya para Ibu (Mother’s Day). Berbagai ungkapan rasa ditumpahkan sebagai apresiasi kepada sosok ‘ibu’. Semua orang tahu, bahwa tiadalah akan hadir di dunia ini seorang anak manusia, tanpa hadirnya seorang ibu.

Begitu pula di Madrasah Ibtidaiyah Alam Robbani yang berada di Jatisampurna Bekasi. Menjelang Hari Ibu, berbagai persiapan dilakukan. Setelah para siswa selesai melaksanakan Ulangan Akhir Semester I, mereka dibimbing para guru untuk membuat sebuah karya yang akan dipersembahkan kepada ibunya masing-masing. Puisi adalah media yang dipilih untuk mengungkapkan segala rasa cinta dan terima kasih mereka atas apa yang telah ibu berikan selama ini.

Namun, ada seorang siswi yang terlihat agak berbeda. Ketika gurunya menstimulasi di depan kelas dan memberikan contoh kartu ucapan berisi puisi, ia terlihat galau. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal di relung hatinya yang paling dalam.
Seketika, sang guru teringat akan rentetan kisah yang dialami oleh siswi ini yang memang telah ditinggal pergi oleh sang ibu di kampung halamannya tanpa siapa-siapa. Bahkan ia harus mengasuh kedua adiknya yang masih kecil. Untuk makan dan kebutuhan sehari-harinya, ia mengandalkan uluran tangan para tetangga yang berbaik hati padanya, sementara sang ayah berjibaku di kota metropolitan untuk mencari nafkah.
Baru beberapa bulan terakhir ia dijemput sang ayah untuk berkumpul kembali merangkai hari-hari di kota metropolitan ini, tanpa hadirnya seorang ibu yang pergi entah kemana. Lantas, sang guru mencoba memberikan peluang untuknya dengan berkata,
“OK, mungkin di antara kalian ada sosok lain yang begitu kalian cintai, begitu berjasa dan besar pengaruhnya dalam kehidupan kalian, silahkan saja. Mungkin sosok itu adalah ayah, nenek, kakek, atau siapapun. Silahkan ungkapkan perasaan kalian dalam bentuk puisi, ya!”

Begitu mendapat peluang yang lebih lebar tanpa sekat, siswi tersebut pun akhirnya mulai menuliskan bait demi bait puisinya. Dan ketika semua karya telah selesai dan dikumpulkan kepada guru, satu demi satu siswa keluar kelas untuk bermain di halaman sekolah. Saat itulah sang guru membuka karya siswi tadi.
Ternyata tebakan guru ini benar, siswi yang terlihat galau ketika diminta membuat puisi untuk sang ibu, justru merangkai kata-kata indah yang ditujukan kepada ayahnya. Inilah hasil karyanya:

Ayah
Karya Khansa Suprantoko

Ayah, aku ingin kau tahu
Bahwa aku menyayangimu selalu
Aku tak ingin terpisah darimu
Dan aku tak ingin dirimu tinggalkanku
Sejak kau pergi meninggalkanku
Aku merasa sepi
Dan aku merasa kehilanganmu
Aku tak ingin kehilanganmu
Aku sayang padamu
Aku tahu kalau kau tak bisa kehilangan aku
Aku tak ingin tinggalkanmu
Dan kau pasti tak akan lagi tinggalkanku
Ayah, I love you

Ayahku tercinta

Sebuah karya yang benar-benar merupakan luapan rasa yang terpendam dalam hati. Menurut kami, ini luar biasa. Pada saat pertemuan guru dilakukan, puisi ini diedarkan dan satu demi satu para guru membacanya. Berbagai ekspresi terlihat sebagai reaksi terhadap sebuah karya spontan seorang siswi kelas 4 MI. Mulai dari raut wajah haru, sendu, bahkan beberapa guru wanita tak kuasa menahan tetesan air matanya.

Khansa, seorang siswi yang baru hampir dua bulan belajar di MI Alam Robbani, di akhir semester gasal, yang terlihat kerepotan mengikuti ritme belajar yang ternyata sudah sangat jauh melesat dibanding ketika ia belajar di kampung halamannya, ternyata menyimpan potensi kecerdasan linguistik yang luar biasa. Sebagai wujud apresiasi dari para guru, karyanya akan ditampilkan pada saat acara “Pentas Seni” pada bulan Januari 2012 mendatang.

Selamat datang Khansa, welcome to this school. Selamat bergabung bersama para siswa yang juga hebat-hebat sepertimu.

Dan kepada para ibu, Selamat Hari Ibu.....
Lihatlah.... betapa sesungguhnya mereka, anak-anakmu, membutuhkan kehadiran dan kasih sayangmu.


===arin’s diary===

Sabtu, 10 September 2011

ONH Naik Terus, Dengan Dinar Turun Terus....

Lama nggak nengok blog, sepi juga, nih. Alhamdulillah, dapet bahan bacaan dari web sebelah, dikopas aja ke sini. Mudah-mudahan ada manfaatnya.
Masih anget, dapet dari arisan dinar dot kom. Ini dia nice infonya............

September 6th, 2011 sunaryo

Hampir setiap tahun ONH (Ongkos Naik Haji) naik terus, sekitar 7%-10%. Tahun 1970 ONH hanya Rp.182.000,-. Hampir 20 tahun setelahnya, tahun 1988 ONH menjadi Rp. 4.780.000,-. Sepuluh tahun berikutnya, tahun 1998 ONH senilai Rp.8.805.000,-. Namun ketika krisis ekonomi melanda Indonesia dan dunia, tahun 1999-2000 ONH melonjak hingga 21,5 juta rupiah. Dan saat ini, 2011 ONH sekitar Rp. 34 juta.

Namun jika kita menabung dalam bentuk dinar emas, ONH terus turun. ONH dengan dinar mengalami penurunan rata-rata 12%-20% per tahun.

* ONH tahun 1997 (sebelum terjadi krisis) : 97 dinar (saat itu dinar seharga Rp. 94.000)
* ONH tahun 2000 : 70 dinar
* ONH tahun 2003 : 50 dinar
* ONH tahun 2007 : 30 dinar
* ONH tahun 2010 : 22 dinar (harga dinar berkisar Rp. 1.500.000)

Jika tren harga dinar terus berlanjut, diperkirakan tahun 2015 kita bisa pergi haji hanya dengan 10 dinar saja. Bahkan tahun 2020 cukup 3 atau 4 Dinar saja Tunggu apalagi.. lets Think Dinar !!

Sumber: http://arisandinar.com/?p=70

Wow.... so? Tunggu apalagi???

Jumat, 24 Juni 2011

Lirik dan Chord "Muhasabah Cinta"

Penyanyi | Edcoustic Feat Trisoultan
Lagu/Lirik | Deden Supriadi
Album | Sepotong Episode (2008)



Dm A D Gm
Wahai Pemilik nyawaku betapa lemah diriku ini

C F Gm A
Berat ujian dari-Mu kupasrahkan semua pada-Mu

Dm A D Gm
Tuhan baru kusadar indah nikmat sehat itu

C F Gm A Dm
Tak pandai aku bersyukur kini kuharapkan cinta-Mu

Reff:

Gm C
Kata-kata cinta terucap indah

F A#
Mengalir berdzikir di kidung doaku

Gm A Dm D
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku

Gm C
Butir-butir cinta air mataku

F A#
Teringat semua yang Kau beri untukku

Gm A A# A
Ampuni khilaf dan salah selama ini ya ilahi..

Dm
Muhasabah cintaku

Dm A D Gm
Tuhan kuatkan aku lindungiku dari putus asa

C F Gm A Dm
Jika kuharus mati pertemukan aku dengan-Mu

####

Terima kasih om google yang sudah mengarahkanku ke link ini, hingga ku menemukan lirik sebuah lagu yang luar biasa ini. sebuah lagu yang disebut nasyid oleh pembawanya, namun sempat mendapat masukan, bahwa sebaiknya ini disebut saja lagu. Tapi, whateverlah, yang jelas, lirik dari senandung ini sangat indah menurutku dan telah berhasil menguras air mataku dan menyadarkanku betapa selama ini ku masih saja mengharap hal yang terlalu jauh kuraih, sehingga kuranglah rasa syukurku terhadap apa yang t'lah Kau beri padaku. Terima kasih, ya Allah... Kau masih berkenan menyentilku dengan mempertemukanku dengan lagu yang luar biasa ini. hiks....

Sabtu, 18 Juni 2011

Aneka Resep Mie Tek Tek

Sudah hampir setahun yang lalu merasakan mak nyussnya mie yang biasa kami santap ketika mudik ke Demak, kok akhir-akhir ini jadi kepengen nyoba bikin sendiri. berhubung masih amatir, ada baiknya jika dikumpulkan dulu resep-resepnya. Tinggal dipilih mana yang paling mudah, dan segera dicoba untuk mengobati kerinduan akan masakan tersebut. Di sinilah tempat saya menyimpan hasil pencarian saya melalui mister google yang telah berbaik hati menunjukkan letak resep-resep yang bertebaran di berbagai link.

I. RESEP MASAKAN MI TEK TEK

Bahan:

200 gr mi telur
3 sdm minyak goreng
2 butir telur
50 gr kol, iris halus
50 gr sawi hijau, potong kasar
100 gr dada ayam tanpa tulang, rebus dan suwir-suwir
750 ml air
1 buah tomat, potong jadi 6 bagian
3 buah cabai rawit, gerus kasar
Garam, kecap manis dan bumbu kaldu padat secukupnya
1 batang daun bawang, iris halus
Cabai rawit utuh secukupnya
Kerupuk kanji atau kerupuk udang secukupnya

Bumbu Halus:

5 siung bawang merah
2 siung bawang putih
2 butir kemiri
1 sdt merica butir

Cara Membuat Resep Masakan Mi Tek Tek:

1. Didihkan air secukupnya, rebus mi hingga setengah matang, angkat, tiriskan
2. Panaskan 1 sdm minyak goreng goreng telur secara orak arik, angkat, sisihkan
3. Panaskan 2 sdm minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan kol, sawi hijau, ayam suwir, telur orak-arik. Aduk-aduk hingga sayuran layu. Beri air, tomat, cabai rawit, garamm kecap manis, bumbu kaldu padat secukupnya. Masak hingga mendidih.
4. Terakhir masukkan mi, masak hingga mi matang, angkat.
5. Hidangkan panas-panas dengan ditaburi daun bawang, cabai rawit utuh, kerupuk.

Hasil: 3-4 porsi
Sumber info: www.resepmasakanmu.com

II. RESEP MI GORENG TEK TEK


Bahan:
2 sdm minyak sayur
1 batang daun bawang, potong 1 cm
100 g udang kupas ukuran kecil
6 butir bakso sapi, iris tipis
100 g daun kol, iris kasar
100 g sawi hijau, potong 3 cm
2 sdm kecap manis
50 ml air
250 g mie telur kering , seduh air mendidih hingga lunak, tiriskan
2 butir telur ayam, buat orak-arik

Taburan:
3 sdm bawang merah goreng
1 sdm daun seledri cincang

Haluskan:
3 siung bawang putih
2 butir bawang merah
2 butir kemiri
1 sdt garam

Cara membuat:
# Panaskan minyak, tumis bumbu halus dan daun bawang hingga harum dan layu.
# Tambahkan udang kupas, aduk hingga berwarna merah.
# Masukkan bakso sapi, aduk hingga kaku.
# Masukkan kol, sawi, kecap manis, dan air. Aduk hingga layu.
# Tambahkan mie dan orak-arik telur. Aduk hingga rata dan agak kering.
# Angkat. Taburi bawang merah goring dan seledri.
# Sajikan hangat bersama acara mentimun dan kerupuk kanji.

Untuk 4 orang
Sumber info: www.resep.web.id

III. Mie Tek Tek SEAFOOD

Bahan :

* 200 gr mi basah
* 150 gr udang (pilih ukuran sedang), kupas, buang ekornya, cuci bersih
* 150 gr daging ikan kakap, iris tipis persegi kecil
* 200 gr cumi, cuci bersih sampai putih, iris bulat tipis
* 2 sdm air jeruk nipis
* 1 sdt garam halus
* minyak goreng, untuk menumis
* 1 sdm mentega
* 2 sdm saus tiram
* 1 sdm kecap asin
* 50 gr paprika merah, buang bijinya, iris tipis panjang
* 2 batang daun bawang, iris serong 1 cm
* 50 gr taoge, buang akarnya (pilih taoge besar)
* 50 gr kapri, buang ujung-ujungnya

Bumbu (dihaluskan) :

* 10 butir merica bulat
* 4 siung bawang putih
* 4 butir bawang merah
* 2 butir kemiri, sangrai
* 1/2 sdt garam

Cara membuat :

1. Seduh mi basah, tiriskan. Lumuri udang, ikan, dan cumi dengan 1 sdm air jeruk nipis dan sedikit garam, ratakan. Diamkan (dalam lemari es) selama kurang lebih 15 menit.
2. Panaskan 2 sdm minyak, 1 sdm mentega, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan udang, cumi, dan daging ikan, aduk hingga seafood berubah warna. Tambahkan saus tiram dan kecap asin, aduk.
3. Masukkan mi basah, aduk hingga tercampur rata. Masukkan juga paprika merah, daun bawang, taoge, dan kapri. Aduk hingga tercampur rata, dan bumbu meresap.
4. Angkat, hidangkan panas dengan pelengkap acar segar dan kerupuk kanji.

Sumber info: www.foods-recipe.com

IV. Resep Mie Tek-tek INSTAN

Bahan :

* mie instan rasa ayam bawang 1 bungkus
* kol, sesuai selera, potong-potong kecil2
* daging ayam
* bawang merah 1 siung, cincang halus
* bawang putih 1 siung, digeprak
* daun bawang , dirajang kecil2
* tomat
* merica bubuk
* telur ayam
* kecap ikan, kurang lebih 2sdm
* penyedap rasa/garam
* minyak goreng kurang lbh 1 sdm
* air panas kurang lebih 3 gelas

Caranya :

1. masukan minyak goreng, tumis bawang merah, bawang putih, sampai harum, masukkan minyak dari mie instan, masukan air panas, setelah mendidih masukan ayam, rebus sampai matang, angkat ayam, suwir2, kemudian masukan lagi ke dalam wajan, rebus kembali sampai benar-benar matang, kalo airnya meresap, boleh ditambah.
2. masukan telur, aduk - aduk, masukan mie, kol, tomat, daun bawang dan semua bumbu - bumbu..
3. biarkan masak (jangan terlalu lembek)
4. hidangkan di atas mangkuk, beri taburan bawang goreng..

Sumber info: www.kaskus.us

Nah... kalau sudah begini, tinggal pilih mana yang mau dicoba. Resep aman, nggak bakal sobek, keselip, atau hilang, sehingga nggak perlu bingung nyari-nyari lagi. Mantab, dah.....

Selasa, 14 Juni 2011

TRAGIS.... Bangsa yang Sakit

Baru baca, peristiwa tragis yang menggambarkan betapa bangsa ini sedang mengalami penyakit yang mulai kronis. Jika di masyarakatnya saja tatanan normatif sudah hancur lebur, bagaimana dengan masa depan bangsa ini? Mengerikan..... :(

Ny Siami, Si Jujur yang Malah Ajur

* Jumat, 10 Juni 2011 | 07:18 WIB


SURABAYA | SURYA - Ny Siami tak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya itu diusir ratusan warga setelah ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat Unas pada 10-12 Mei 2011 lalu. Bertindak jujur malah ajur!

Teriakan “Usir, usir…tak punya hati nurani” terus menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, Kamis (9/6) siang. Ratusan orang menuntut Ny Siami meninggalkan kampung. Sementara wanita berkerudung biru di depan kerumunan warga itu hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maaf Siami yang diucapkan dengan bantuan pengeras suara nyaris tak terdengar di tengah gemuruh suara massa yang melontarkan hujatan dan caci maki.

Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, menghujat tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang kemarin. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya.

Padahal, agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.

Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.

Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah Unas selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum Unas sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.

Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek-mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI.

Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.

Dan perkembangan selanjutnya, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Hari Rabu (8/6), warga sudah lebih dulu menggeruduk rumah Siami di Jl Gadel Sari Barat.

Demo itu mendesak Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya, Kamis.

Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang.

Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi Purnomo mendatangi Balai RW. Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami.

Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.

Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang Unas. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung.

Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo. Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.

Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga menyeletuk. “Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya,” ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain.

Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi.

”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian,” sindir Daniel.

Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid.

Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak “usir… usir”. Namun warga mulai tenang karena Sukatman tempak menghampiri Ny Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.

Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.

Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. “Saya minta maaf kepada semua warga…” ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya.

Namun, sang suami terus membimbing, membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak “usir”. Baik petugas polisi dan tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru kemudian kembali terdengar suara Siami.

Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap, “Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik.”

Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek, ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.

Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. “Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik,” kata Saki. Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng setelah rumahnya beberapa kali didemo warga.

Sementara itu, Ny Leni, perwakilan warga menyatakan bahwa pihaknya masih akan terus menuntut agar tiga guru yang dicopot tetap mengajar di SDN Gadel 2 dan menuntut Siami bertanggung jawab.

Budaya sakit

Prof Daniel M Rosyid yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menyesalkan tindakan warga Gadel yang berencana mengusir keluarga Siami, ibunda Al. “Tuntutan warga untuk mengusir keluarga Al tidak masuk akal. Itu tidak bisa dituruti,” katanya.

Daniel menilai tuntutan warga tersebut sudah tidak rasional. Perbuatan benar yang dilakukan ibu Al, Siami, dinilai warga justru malah salah. Tindakan menyontek rupanya sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. “Warga ternyata sakit,” katanya.

Lagi pula Kepala Sekolah Sukatman dan dua guru kelas VI, Fatkhur Rohman dan Prayitno, sudah legowo dan menerima keputusan sanksi yang diberikan. “Saya kira ini kalau dibiarkan masyarakat akan sakit terus. Orang jujur malah ajur, ini harus kita cegah,” papar Daniel.

Sebelumnya, hasil tim independen pimpinan Daniel Rosyid menyampaikan temuannya bahwa Al, anak Siami, memang diintimidasi guru sehingga mau memberikan contekan. Namun, tim tidak menemukan cukup bukti sehingga Unas di SDN Gadel 2 perlu diulang. Alasannya tim independen tidak menemukan hasil jawaban Unas yang sistemik sama, dan nilai Unas pun hasilnya tidak sama. Al ternyata membuat contekan yang diplesetkan. Al tidak seluruhnya memberikan jawaban yang benar. Dan kawannya pun tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban Al. Sehingga hasil ujian tidak sama.

Selain itu tim juga mempertimbangkan Unas ulang akan memberatkan siswa dan wali murid. Sanksi yang direkomendasikan yakni sanksi administratif dari Pemkot Surabaya kepada guru yang melakukan intimidasi kepada Al.

Berdasarkan temuan tim independen ditambah pemeriksaan Inspektorat Pemkot Surabaya itulah, Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya mencopot Kepala Sekolah SDN Gadel 2 Sukatman dan dua guru kelas VI Fatkhur Rohman dan Prayitno.##

Rabu, 08 Juni 2011

SENYUM, Pembunuh Penyakit Kardiovaskuler


Sedemikian hebatnyakah pengaruh sunnah Rasul itu, hingga semakin banyak bukti ilmiah yang menerangkan keutamaan dari ajaran Rasulullah saw. Artikel mengenai hal ini saya dapat dari Rubrik Selaras yang terdapat di Majalah Ummi edisi N0. 2/XXIII/Juni 2011/1432 H. Edisi terbaru, saat tulisan ini di posting. Seperti apakah isinya? Simak yang berikut:

Senyum, Pembunuh Penyakit Kardiovaskuler
Oleh dr. Agus Rahmadi

Senyum merupakan sunnah bagi seorang muslim. Senyum membawa berlimpah manfaat, namun sayang banyak yang menyepelekan, bahkan meninggalkannya. Dari sisi ajaran Islam, senyum adalah sedekah. Artinya, ia memiliki kedudukan yang cukup mulia.

Berikut ini adalah hasil penelitian tentang manfaat senyum:
1. Senyum yang ikhlas tanpa paksaan dapat menghindarkan kita dari penyakit kardiovaskuler. Senyum sebanyak 20 kali –setiap senyum berdurasi 20 detik– dapat menghasilkan endorphin yang berfungsi melebarkan pembuluh darah dan menghambat epinefrin. Tingginya epinefrin akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah dan merangsang gerak jantung lebih cepat sehingga dapat menyebabkan darah tinggi (hipertensi) yang berakibat pada timbulnya stroke.
2. Menimbulkan efek relaksasi, perasaan bahagia dan menurunkan tingkat stress.
3. Mencegah timbulnya sembelit (susah buang air besar). Pada pagi hari, gerak peristaltik usus masih lambat. Maka, senyum kita di pagi hari akan merangsang gerak usus akibat kontraksi otot perut yang ditimbulkan oleh senyum. Akhirnya, tekanan intra abdominal meningkat.
4. Marah atau stress dapat menghilangkan banyak kalium akibat kontraksi otot-otot. Akibatnya, si pemarah akan terkena hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) dan dapat berakibat buruk pada sistem tubuh. Sedangkan orang yang tersenyum akan merelaksasikan ototnya sehingga dapat mereduksi (meminimalisir-edt) pengeluaran kalium. Fungsi kalium itu sendiri adalah meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot dan membantu tekanan darah.
Rasulullah saw adalah pribadi yang banyak tersenyum. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumnya selain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,” (HR. Tirmidzi). ###

Subhanallah... ternyata luar biasa manfaat senyum secara ilmiah. Padahal, jamannya Rasulullah dulu kan nggak ada penelitian model begini. Memang, namanya juga pengetahuan yang dikaruniakan oleh Yang Maha Tahu, jadi nggak usah pake penelitian ya udah tahu. Kalau sekarang manusia dapat membuktikannya secara keilmuan, ya karena batas kemampuan manusia ya memang cuma demikian. Kemampuan nalar manusia baru bisa menemukan bukti-bukti manfaat senyum setelah sekian belas abad berlalu. Padahal, dengan modal iman dan yakin dengan ajaran Rasulullah saw, semuanya bisa mendapatkan manfaatnya. Alhamdulillah.... memang nggak akan pernah rugi, kok, kalau kita mau mengikuti sunnah nabi.

Belajar lagi, ah.... Biar bisa makin banyak sharing. Karena dengan membagi apa yang kita dapatkan, katanya, kita bisa semakin paham dan semakin mudah menjalankannya. Insya Allah....

Selasa, 07 Juni 2011

Jamku Sayang Jamku Malang

Teringat beberapa hari yang lalu, satu kejadian yang cukup menguji hati ini. Sebetulnya, hal yang bisa dirasakan secara melankolis, tapi bisa juga dianggap biasa saja. Tergantung mau disikapi seperti apa. Apaan, sih? Begini kisahnya....

Siang itu, sekitar jam 12.30 aku harus menjemput Adila ke sekolah. Karena ada paket yang mesti dikirim, kusempatkan untuk mampir dulu ke agen JNE terdekat. Setelah kelar urusan kirim mengirim paket, segera kuberniat meluncur ke sekolah Adila. Di parkiran, sempat kutengok jam yang masih menunjuk pukul 12.40. Waktu yang cukup panjang untuk menunggu Adila keluar kelas. Tapi biarlah, langsung saja kutarik gas dan segera berangkat menuju SDIT Al Ishmah, tempat anakku mencari ilmu.

Sampai di depan sekolahan, terlihat masih agak sepi. Biasanya barisan penjemput sudah berjejalan di depan gerbang sekolah. Tapi waktu itu belum banyak orang. Kutengok lengan kiriku, tempat biasa jam tanganku bertengger. Wak-wak-wawwww...... itu jam ke mana, ya? tengak-tengok, kulihat ke tanah, ke belakang motor, nggak kelihatan juga. Kubuka tas dan kulihat jam di hape. Masih 15 menit lagi Adila keluar. Mmmm... masih ada waktu, pikirku.

Kususuri lagi jalanan yang kulewati tadi. Sambil bermotor pelan-pelan, kupelototin bagian jalan sebelah kanan, meski kumelintas di badan jalan sebelah kiri. Kok nggak ada juga, ya? Terus... kususuri jalanan. Sambil pikiran melayang, mengingat bahwa jam itu adalah hadiah dari Abah, yang dibeli dengan perjuangan demi memberikan cinderamata untuk istrinya ini. Ada rasa bersalah menyusup ke relung hati. Maafin aku, Bah... Kurang cermat menjaga amanahmu. Itu jam kan dibeli sebagai tanda cinta, katanya. Udah bentuknya lope-lope (minjem istilah Adila), bertabur mata kaca (bukan kaca mata, bukan pula bertahtakan berlian. hehehe....) di seputar bentuk love-nya. Bukan pada seberapa nilai materinya, tapi apa yang melandasi pemberiannyalah yang berusaha kuhargai.

Sampai di depan parkiran JNE, tempat dimana kusadari jam itu masih bisa kulihat terakhir kalinya, tak juga kutemukan. Waduh, jatuh dimana, sih? Apa ada yang nemu, ya? Habis, jam itu kalau dilihat juga cantik, sih. Menurutku, nih, ya... Hmmm... mungkin karena aku menyusurinya dari jalan yang berseberangan, jadi bisa aja cuma nggak kelihatan. Eh, tapi ada tukang gado-gado, nih. Daripada dikira bolak-balik nggak ada maksud, kupesan aja gado-gado. Sambil nungguin pesanan, kupikirkan kira-kira apa yang harus kulakukan untuk menemukan jam cantik itu.

Tak lama kemuadian, gado-gado selesai dan pelan-pelan kujalankan motor dengan menempuh rute yang sama untuk menuju sekolah Adila, lagi. Dan baru aja keluar dari komplek ruko tempatku beranjak, kulihat ada benda mengkilap tergeletak di depan sana. Deg..... mungkin itu dia.... Kupelankan motor sambil terus mengamati kilapan benda yang terkena sinar matahari itu. Dan.... begitu kumelintasinya..... hiks.... benar... itu jam tanganku.... tapi bentuknya.... ya ampun.... sudah terputus-putus, tercerai berai dan kacanya pecah berantakan. Ada keinginan untuk berhenti, memungutnya, memfotonya, atau apalah, untuk paling tidak menyampaikan selamat tinggal dan salam perpisahan dengannya. Tapi, entah mengapa, tangan ini tetap saja menarik gas dan terus berlalu semakin jauh. Meski sempat juga kepala ini menengok untuk sekedar memastikan bahwa benda itu memang sudah hancur.

Sekilas lalu, ada yang berbicara di hati ini. Letakkanlah segala sesuatu pada tempatnya. Jam tangan, hanyalah sebuah benda yang pantas diletakkan di tangan saja. Tak perlu kau letakkan ia di hatimu. Berlalulah, dan tunaikan tugasmu untuk membawa anakmu pulang dengan selamat. Ya... meski ada rasa sedikit melo di hati ini, tapi lambat laun kudengarkan juga suara hati itu untuk berusaha menyikapinya dengan biasa saja. Ya, benda itu memang tak lagi berada di tangan ini. Tapi kenangan akan wujud perhatian yang diberikan suamikulah yang akan tetap ada di hatiku. Terima kasih, Abah.... Terima kasih juga telah memaklumi kejadian ini.

Dan alhamdulillah, beberapa hari kemudian mendapatkan ganti yang wujudnya nggak terlalu jauh beda dengan yang lalu. Ya, sekedar sebuah alat penunjuk waktu. Seperti biasa, gratisan.... Tapi, meskipun sama-sama gratis, yang membedakan jam yang satu ini adalah merupakan hasil sebuah pencapaian. It's OK, lah. Nice enough, kok....

Jumat, 03 Juni 2011

Belajar Menerima Kritik


Kritik. Istilah satu ini seringkali membuat kita alergi dan serta merta timbul reaksi dalam diri kita untuk meresponnya dengan mengeluarkan anti alergi. Apa kira-kira respon anti alergi yang biasanya muncul? Emosi, marah, balas kritik, ngambek, atau dendam adalah respon yang biasa muncul pada diri kita jika mendapat kritik dari orang lain. Namun, apakah hal tersebut dapat memberi efek positif bagi kita? Kata Anne Ahira, ternyata tidak, teman.

Nah, bagaimana kita bisa mengelola kritik sebagai sebuah input yang berpotensi menghasilkan out put yang positif? Ini dia artikel yang ditulis Anne Ahira, seorang internet marketer yang rajin mengirimi saya news letter yang berisi pesan-pesan yang sarat motivasi untuk pengembangan diri. Salah satunya ya ini, nih:


Kritik Anda adalah Kue Anda

Ditulis oleh: Anne Ahira

"Anda tidak berhak dipuji kalau tidak bisa menerima kritikan." -- Halle Berry, 2005

Itulah kalimat dahsyat yang disampaikan Halle Berry, artis peraih Oscar melalui film James Bond 'Die Another Day' di tahun 2004 ketika mendapat piala Razzie Award.

Razzie Award adalah penghargaan yang diberikan kepada mereka yang dinilai aktingnya buruk. Label pemain terburuk ini didapatkan Halle setelah memainkan perannya di film 'Cat Woman'.

Ia adalah orang yang pertama kali langsung datang ke tempat pemberian penghargaan tersebut.

Tidak ada Aktor dan Artis lain sebelumnya yang sanggup datang dan hanya menyampaikan pesannya melalui video.

Sambutannya sungguh menarik : "Saya menerima penghargaan ini dengan tulus. Saya menganggap ini sebagai kritik bagi saya untuk tampil lebih baik di film-film saya berikutnya. Saya masih ingat pesan ibu saya bahwa... 'Kamu tidak berhak dipuji kalau kamu tidak bisa menerima kritikan'."

Tepukan tangan sambil berdiri sebagai bentuk ketakjuban dari para hadirin sangat memeriahkan malam itu. Ya, sangat sedikit orang yang sanggup menerima kritikan seperti Halle.

Nah, sekarang, apa arti kritik bagi Anda? Apakah itu musibah buruk? Seperti bencana yang tidak terduga, atau... simbol kehancuran diri? Adakah yang bisa menganggap kritik layaknya ia menerima pujian?

Kritik memiliki banyak bentuk...

Kritik bisa berupa nasehat, obrolan, sindiran, guyonan, hingga cacian pedas. Wajar saja jika setiap orang tidak suka akan kritik.

Bagaimanapun, akan lebih menyenangkan jika kita berlaku dan tampil sempurna, memuaskan semua orang dan mendapatkan pujian.

Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa aman dari kritik? Tokh kita hanyalah manusia dengan segala keterbatasannya. Dan nyatanya, di dunia ini lebih banyak orang yang suka mengkritik, daripada dikritik. :-)

Kalau Anda suka sepak bola, pasti sering mengamati para komentator dalam mengeluarkan pernyataan pedasnya.

Padahal belum tentu kepandaian mereka dalam mengkritik orang lain sebanding dengan kemampuannya jika disuruh memainkan bola sendiri di lapangan. ;-)

Belum lagi para pakar dan pengamat politik, ekonomi, maupun sosial. Mereka ramai-ramai berkomentar kepada publik, seolah pernyataan merekalah yang paling benar. :-)

Namun bukan itu permasalahannya!

Pertanyaannya sekarang adalah... seandainya Anda mendapatkan kritikan, yang sakitnya melebihi tamparan, apa yang harus Anda lakukan?

Jawabannya adalah...

=> Nikmatilah setiap kritikan layaknya kue kegemaran kita!

Mungkinkah? Mengapa tidak! :-)

Kita mempunyai wewenang penuh untuk mengontrol perasaan kita.

Berikut tips untuk Anda saat menghadapi kritik:

1. Ubah Paradigma Anda Terhadap Kritik

Sobat, tidak sedikit orang yang jatuh hanya gara-gara kritik, meski tidak semua kritik itu benar dan perlu ditanggapi. Padahal, kritik menunjukkan adanya yang *masih peduli* kepada kita.

Coba perhatikan perusahaan-perusahaan besar yang harus mengirimkan berbagai survey untuk mengetahui kelemahannya.

Bayangkan jika Anda harus melakukan hal yang sama, mengeluarkan banyak uang hanya untuk mengetahui kekurangan Anda! LoL. :-)

Kritik merupakan kesempatan untuk koreksi diri. Tentu saja akan menyenangkan jika mengetahui secara langsung kekurangan kita, daripada sekedar menerima dampaknya, seperti dikucilkan misalnya.

2. Cari tahu sudut pandang si pengkritik

Tidak ada salahnya mencari tahu detil kritik yang disampaikan. Anda bisa belajar dari mereka dan melakukan koreksi terhadap diri Anda. Bisa jadi kritik yang disampaikan benar adanya.

Jika perlu, justru carilah orang yang mau memberikan kritik sekaligus saran kepada Anda. Tokh Anda tidak akan menjadi rendah dengan hal itu.

Justru sebaliknya, pendapat orang bisa jadi membuka persepsi, wawasan, maupun
paradigma baru yang mendukung goal Anda.

3. Kritik tidak perlu dibalas dengan kritik!

Tanggapi kritik dengan bijak. Anda tidak perlu merasa marah atau memasukkannya ke dalam hati. Toh menyampaikan pendapat adalah hak semua orang.

Nikmatilah apapun yang mereka sampaikan. Tidak ada ruginya untuk ringan dalam mema'afkan seseorang. Anggaplah semua itu untuk perbaikan yang menguntungkan Anda kelak.

Jangan pernah Anda balas kritik dengan kritik. Karena hal ini hanya akan membuat perdebatan, menguras tenaga & pikiran. Tidak ada gunanya...

4. Terimalah kritikan dengan senyuman. ^_^

Ini semua bisa melatih mental kita agar bisa *tegar* menghadapi ujian yang lebih hebat di kemudian hari.

Singkatnya, kita memang hanya layak dipuji jika sudah berani menerima kritikan. Meski tidak mudah, asah terus keberanian Anda untuk menikmati kritik layaknya menikmati kue kesukaan Anda.

Ingat, pujian dan apresiasi hanya akan datang apabila kita sudah melakukan sesuatu yang berharga.

So, jangan pernah bosan untuk memburu kritik, dan tanggapilah setiap kritik dengan
lapang dada! :-)



*********** Resource Box ****************

Saat Anda perlu Domain & Hosting Anda akan selalu ingat:

http://www.AsianBrainHosting.com :-)

****************************************

Rabu, 01 Juni 2011

Islam dan Sains





Agama dan sains. Kira-kira, ada nggak ya titik temu antara keduanya? Kalau buat sebagian kita-kita, mungkin dengan yakin dan gampang menjawab, ya iya, lah... Sudah banyak itu buktinya. Banyak kok buku yang menjelaskan tentang kebenaran agama, khususnya Islam, yang meyakini kebenaran ayat-ayat Al Qur'an yang dari belasan abad silam, namun ilmuwan baru mengungkap hal yang sama di abad-abad terakhir ini. Mmmm... tapi ternyata, nggak semuanya berpendapat demikian, lho. Ada sebagian yang menganggap terlalu bodoh jika kita percaya pada tiap teks yang ada di kitab itu tanpa melalui proses berpikir terlebih dahulu. Ada lagi yang bilang itu kan kebetulan aja. Ada malah yang udah nemu kecocokan, tapi masih sibuk nyari-nyari dimana letak ketidakcocokannya. hehehe.... Dan itu real, lho.... Nyata. Karena saya berdiskusi langsung dengan yang berpikiran demikian.

Beberapa hari ini saya memanng sedang asyik berdiskusi di group alumni, yang diikuti oleh beberapa di antaranya ada yang sudah doktor, master, dari kalangan akademisi, pengusaha, sempat ditengok orang senayan, ada yang tinggal di dalam negeri, ada juga yang masih di negeri sebrang samudera sana, dan yang paling nggak berkelas ya saya ini, seorang ibu rumah tangga tanpa profesi tambahan yang membanggakan lainnya, tapi kepengen urun rembug. Kurang gawean, sebenarnya. Tapi, dari thread yang dilontarkan, sejak awal membacanya memang sudah menggelitik untuk melontarkan sebuah komentar. Karena merasa nggak level sama para pemikir itu, maka saya lontarkan kopi paste dari sebuah ayat Al Qur'an yang ternyata oh ternyata.... beberapa di antara peserta diskusi justru menolak, mempertanyakan dan bahkan ada yang menafikan kebenaran Al Qur'an, termasuk hadits.

Waduh... gimana, nih... dari beberapa peserta diskusi yang berusaha berpegang pada Al Qur'an satu per satu mulai gerah karena lontaran cap, label, sindiran dan entah apa nama yang pas, yang jelas buat saya, itu nggak enak banget dan berhasil membuat satu per satu peserta diskusi enyah entah ke mana. Ada yang bilang capek, ada juga yang bilang nggak ada gunanya. Label yang sempat kurekam adalah scriptualist buat yang percaya pada Al Qur'an dan hadits begitu saja secara tekstual. Bahkan, sebuah label yang cukup manis sempat disematkan kepadaku, yaitu tukang kopi paste... Horee.... Dapat gelar tambahan. Lha wong memang modalku cuma ngopi paste dari pendapat atau ayat atau hadits yang sesuai dengan pemikiranku, je. hehehe.... Sebetulnya diskusi ini cukup menantang dan menguji kita untuk meyakinkan atau paling tidak memberikan argumen yang cukup relevan dengan apa yang kita yakini. Karena mereka ini adalah orang-orang yang sangat mengandalkan kemampuan berpikir, dan otak adalah segala-galanya. Rasionalis mungkin label yang cukup pas untuk mereka.

Namun, karena semakin menukiknya pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan pak doktor padaku yang bikin kerja otak lumayan terkuras, memotivasiku untuk mencari referensi demi referensi yang menguatkan dan mendukung argumenku. Bagaimana tidak, ketika kusodorkan ayat demi ayat, malah hujatan yang kudapat. Satu contoh pertanyaan beliau adalah, "Jika memang Al Qur'an sesuai dengan sains, silahkan kasih contoh." Akhirnya kucari di beberapa buku, dapat, sih... tapi rasanya kurang sreg dan cocok untuk kupersembahkan kepada beliau-beliau itu. Kucari lagi di google, dan kudapati link satu ini. Dari situlah kutemukan informasi yang makin lama makin menambah wawasanku. Kupikir, inilah yang mereka cari.

Tapi apakah diskusi selesai di situ? Olala... ternyata tidak, sodara-sodara... Beliau masih mengeluarkan senjata-senjatanya. Dikeluarkanlah link yang isinya diskusi tentang ginekologi. Alamak, itu link bahasanya bahasa penjajah. Yang bisa kutangkep cuma sedikit plus ngelmu kira-kira, yaitu kira-kira artinya apa, ya... hehehe... Lha dalah... ternyata lagi diskusiin hadits-hadits tentang janin. Mmmm... bagiane bojoku nek udah ngomongin hadits beginian. Pe-er, dech. Belum selesai, sih, diskusinya. Dipending dulu. Mudah-mudahan mendapat akhir yang indah.

Oiya, apa sih yang udah aku temuin di link di atas? Kiranya nggak ada salahnya jika aku share di sini. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Ini dia isinya:

Islam dan Sains

Pemikiran Barat saat ini berada di antara konflik antara agama dan sains. Hampir bisa dikatakan mustahil bagi seorang pemikir Barat saat ini untuk menerima fakta bahwa ada daerah pertemuan antara agama dan sains. Bible yang dipercaya oleh orang-orang Kristen menyatakan bahwa pohon terlarang yang dimakan oleh Nabi Adam as adalah pohon pengetahuan. Sehingga setelah dia memakannya, dia memperoleh pengetahuan yang pasti yang tidak pernah dimiliki sebelumnya. Dengan alasan ini, Negara Eropa menghabiskan waktu dua abad memperdebatkan apakah mereka akan menerima pengetahuan ilmiah (sains) yang datang dari para ilmuwan Muslim ataukah tidak.

Geraja menetapkan bahwa perburuan terhadap pengetahuan ilmiah semacam itu adalah penyebab adanya 'dosa awal'. Keuskupan menunjukkan bukti dari Perjanjian Lama (Old Testament/Torah/Taurat), di mana disebutkan bahwa ketika Adam memakan pohon itu dan memperoleh pengetahuan, Allah tidak senang terhadapnya dan menolak untuk memberikan ampun. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah secara keseluruhan dianggap sebagai sesuatu yang tabu oleh Gereja.

Akhirnya, ketika pemikir-pemikir bebas dan para ilmuwan Barat bisa mengalahkan kekuasaan Gereja, mereka membalas dendam dengan cara yang berlawanan dan berusaha mengurangi kekuatan agama. Mereka berupaya dengan segala cara yang memungkinkan untuk mengatasi kekuasaan Gereja dan mengurangi pengaruhnya sehingga kekuasaannya ditekan dan disudutkan ke tempat yang sesempit mungkin.
Karenanya, jika Anda ingin berdiskusi tentang agama dan sains dengan orang Barat, mereka akan merasa sangat heran. Mereka belum mengetahui Islam yang sebenarnya.

Mereka tidak mengetahui bahwa Islam memberikan status yang sangat tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan orang-orang yang berilmu, menghargai mereka sebagai saksi-saksi, setelah para malaikat, akan fakta bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, sebagaimana Allah sendiri telah mengatakan kepada kita dalam Al-Quran:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) ...
(Quran 3:18)

Dan Allah, Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah memberitahu kita:
Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah ...
(Quran 47:19)

Telah diketahui dari Al-Quran bahwa Adam as telah dianugerahi kelebihan dari para malaikat dengan keahliannya terhadap ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepadanya oleh Allah. Cerita Al-Quran berlawanan dengan apa yang ada dalam Bible yang menurut kepercayaan Muslim telah diubah dari aslinya. Menurut Al-Quran, kenyataan bahwa Adam dianugerahi pengetahuan adalah suatu tanda kehormatan, dan bukan merupakan penyebab terusirnya Adam dari surga. Oleh karena itu, jika seseorang mendiskusikan Islam dan sains dengan pemikir-pemikir Barat, mereka cenderung mengharapkan dalih atau alasan yang sama dengan apa yang mereka ketahui dari kultur agama mereka sendiri [mayoritas Kristen, pent.]. Inilah sebabnya mengapa mereka sangat terkejut ketika ditunjukkan fakta-fakta dari Al-Quran dan Sunnah yang sangat jelas kepada mereka.

Diantara mereka yang terkejut adalah Dr. Joe Leigh Simpson, Ketua Departemen Kandungan dan Gineakologi, Profesor Mulekuler dan Genetika Manusia di Baylor College of Medicine, Houston. Ketika kami pertama kali bertemu dengan dia, Profesor Simpson bersikeras untuk membuktian kebenaran Al-Quran dan Sunnah. Akhirnya kami berhasil menghilangkan kecurigaan dia. Kami menunjukkan kepadanya teks yang menyatakan tentang perkembangan embrio. Kami membuktikan kepadanya bahwa Al-Quran menginformasikan kepada kita bahwa sifat bawaan keturunan (hereditery) dan kromosom (bagian sel yang membawa sifat keturunan) yang membuat individu baru terjadi hanya setelah terjadi penggabungan antara sperma (cairan kental yang keluar dari laki-laki pada saat persetubuhan) dan ovum (indung telur pada wanita). Sebagaimana kita ketahui, kromosom-kromosom ini membawa semua sifat-sifat yang diwarisi oleh individu baru, antara lain: warna mata, kulit, rambut, dan sebagainya.

Demikianlah, rincian detail sifat turunan manusia ditentukan oleh kromosom-kromosom yang dimilikinya. Kromosom-kromosom ini mulai dibentuk pada tahap awal nutfah dari perkembangan embrio. Dengan kata lain, ciri-ciri yang membedakan individu baru ditentukan pada tahap paling awal dari tahap nutfah. Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung telah menyatakan fakta ini dalam Al-Quran:
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya. Dari apakah Allah menciptakannya. Dari nutfah (setetes mani), Allah menciptakannya lalu menentukannya.
(Quran 80:17-19)

Selama 40 hari pertama dari masa kehamilan, seluruh anggota badan dan organ tubuh telah terbentuk dengan lengkap secara berurutan. Kita bisa melihat pada Gambar 2.1 bahwa organ-organ mulai dibentuk, disusun, dan janin kelihatan terbalik. Nabi Muhammad saw telah menginformasikan kepada kita dalam sebuah hadits:
Dalam setiap diri kalian, semua komponen-komponen pembentukan kalian dikumpulkan bersama dalam rahim ibumu selama 40 hari. (Hadits Sahih riwayat Muslim dan Bukhari)


Gambar 2.1.

Dalam hadits yang lain, Nabi Muhammad saw bersabda: Ketika nutfah (tetesan mani) telah lewat masa empat puluh dua malam, Allah mengirimkan seorang malaikat kepadanya, kemudian membentuknya, membuat telinga, mata, kulit, daging dan tulang-tulangnya. Kemudian berkata, 'Ya Tuhan, apakah dia laki-laki ataukah perempuan?' dan Tuhan kamu memutuskan apa yang dikehendaki-Nya. (Muslim).

Profesor Simpson mempelajari kedua hadits ini dengan sungguh-sungguh, menyatakan bahwa pada awal 40 hari terlihat sebuah perbedaan yang jelas dalam tahap embriogenesis. Dia sangat terkesan dengan ketepatan dan keakuratan hadits-hadits tersebut. Kemudian pada salah satu dari konferensi yang dihadirinya, dia memberikan pendapat sebagai berikut: Kedua hadits yang telah disebutkan itu bisa memberi kita tabel waktu yang terperinci untuk tahap utama dalam perkembangan embrio sebelum 40 hari. Sekali lagi, telah dinyatakan berulang-ulang oleh pembicara-pembicara lain pagi ini bahwa hadits-hadits ini tidak mungkin diperoleh atas dasar pengetahuan ilmiah yang tersedia pada saat hadits ini dicatat.

Profesor Simpson mengatakan bahwa agama bisa berhasil membimbing kepada jalan yang benar untuk memperoleh pengetahuan. Barat, sebagaimana telah kita katakan sebelumnya, menolak fakta ini. Inilah seorang ilmuwan Amerika yang mengatakan bahwa agama, sebut saja: Islam, berhasil meraih predikat ini dengan gemilang. Dengan analogi, jika Anda pergi ke sebuah pabrik dan mempunyai panduan operasi (operation manual) pabrik tersebut, maka Anda akan bisa dengan mudah memahami ragam operasi yang terjadi pada pabrik tersebut, terima kasih untuk panduan yang dibuat oleh pendesain dan pembangun pabrik. Jika Anda tidak memiliki buku panduan tersebut, maka sangat mungkin Anda akan mengalami banyak kesulitan dalam memahami berbagai macam proses yang terjadi di sana.

Profesor Simpson mengatakan: Menurut saya, bukan hanya merupakan suatu kenyataan bahwa tidak ada perbedaan antara teori genetika dan agama, bahkan, pada kenyataannya, agama bisa membimbing sains dengan menambahkan wahyu kepada beberapa pendekatan ilmiah secara tradisional. Bahwa ada pernyataan-pernyataan dalam Al-Quran yang dapat ditunjukkan dengan tepat oleh pengetahuan ilmiah, yang mendukung pernyataan bahwa pengetahuan dalam Al-Quran diturunkan oleh Allah.

Hal ini adalah sesuatu yang benar. Tentu saja, Muslim bisa menjadi pelopor untuk menemukan pengetahuan baru dan mereka bisa menyesuaikan pengetahuan yang diperoleh menuju ke tempat yang semestinya. Lebih jauh lagi, Muslim mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan sebagai bukti akan keberadaan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung, dan untuk menegaskan tentang kebenaran Kerasulan Muhammad saw.

Allah berfirman dalam Al-Quran:
'Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?'
(Quran 41:53)

Setelah menyadari dengan melihat contoh-contoh keajaiban ilmiah yang ada dalam Al-Quran dan setelah mengetahui komentar-komentar yang berkaitan dengannya dari para ilmuwan yang obyektif, mari kita tanyakan diri kita sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apakah hal ini hanyalah suatu kebetulan belaka bahwa semua temuan mutakhir yang dihimpun dari berbagai sumber ini ternyata telah disebutkan dalam Al-Quran yang diturunkan 14 abad yang lalu?
b. Dapatkah Al-Quran ini dibuat oleh Muhammad saw atau oleh manusia lain?
Satu-satunya jawaban yang mungkin untuk pertanyaan-pertanyaan ini adalah 'Al-Quran ini pastilah firman Allah yang diturunkan-Nya'. Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Utusan-Nya, Nabi Muhammad saw melalui Malaikat Jibril. Al-Quran dihafalkan oleh Muhammad saw yang kemudian didiktekan kepada sahabat-sahabatnya. Kemudian, mereka menghafalkannya juga, menuliskannya kembali dan selalu memeriksa ulang bacaannya bersama Nabi Muhammad saw.

Lebih jauh lagi, Nabi Muhammad saw selalu memeriksa ulang Al-Quran dengan Malaikat Jibril sekali setiap Bulan Ramadhan dan dilakukan dua kali pada akhir tahun kenabiannya pada kalendar Islam yang sama. Semenjak Al-Quran diturunkan sampai sekarang, masih banyak jumlah Muslim yang selalu menghafalkan keseluruhan isi Al-Quran, huruf demi huruf. Beberapa diantara mereka bahkan telah hafal Al-Quran pada umur 10 tahun! Sehingga tidak mengherankan ketika kita menyatakan bahwa tidak satu huruf pun dari Al-Quran ini telah diubah selama berabad-abad lamanya hingga sekarang.
Al-Quran, yang diturunkan 14 abad yang lalu menyatakan fakta-fakta yang hanya bisa ditemukan dan dibuktikan secara ilmiah oleh para ilmuwan baru-baru ini saja. Hal ini membuktikan bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang asli, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan dengan demikian juga membuktikan bahwa Muhammad saw sesungguhnya adalah seorang Utusan dan Nabi yang dikirim oleh Allah. Adalah di luar jangkauan akal bahwa seorang manusia biasa seribu empat ratus tahun yang lalu bisa mengetahui fakta-fakta yang baru bisa ditemukan dan dibuktikan dengan peralatan-peralatan yang maju dan metoda-metoda yang rumit dan canggih seperti saat ini.

bersambung...

Sebagai orang beriman, masihkah perlu dipertanyakan lagi? Mari tanyakan kepada hati nurani kita masing-masing. Adakah keraguan di dalamnya?

Minggu, 29 Mei 2011

Mengenang Rangkaian Kisahku di Bulan Mei (jilid 1)

Menjalani hari demi hari di bulan Mei ini, mengingatkan kembali pada serangkaian kisah yang telah terjadi dalam hidupku. Rasanya ingin kulihat lagi satu per satu perjalanan hidup yang telah kulalui semenjak melangkahkan kaki keluar dari kampus, sebuah dunia dan masa yang begitu indah dalam hidupku. Tapi di sini yang ingin kukenang adalah justru masa-masa setelahnya.

Meiku di 2001

Mei yang cukup bersejarah dalam hidupku, karena di bulan inilah aku menerima khitbah dari seorang lelaki yang belum terlalu kukenal sebelumnya. Perkenalan yang terjadi secara unik itu, berlanjut dengan dikenalkannya aku kepada keluarganya. Kemudian disepakati, pada pertemuan kedua yang terjadi di bulan Mei yang rencananya hanya perkenalan dua keluarga itu, yaitu dengan berkunjungnya keluarganya menemui keluargaku, ternyata langsung dibicarakan masalah waktu pernikahan. Olala... cevat sekaleee.... Baru pertemuan kedua udah langsung khitbah. Tapi aku sih manut-manut aja. Berhubung Bapak sama Ibu sebagai cheerleaders bukan lagi ngasih angin, tapi ngasih kipas angin.... Gak brenti-brenti ngasih motivasi. Yang penting Bapak sama Ibu ridlo dan senang, selama masih berada di jalan-Nya, bukankah Allah juga akan ridlo sama kita? kan ridlonya Allah mengiringi ridlonya orangtua. Dan apa lagi yang manusia cari dalam hidup ini jika bukan ridlo Allah? Ya, to, ya, to, ya, to? :D

Berawal dari pertemuan di bulan Mei inilah akhirnya disepakati waktu pernikahan kami di bulan Agustus tahun yang sama. Ya, tanggal 18 Agustus 2001, tepatnya di pertemuanku yang ketiga dengan calon pendamping hidup dan imamku yang juga merupakan hari berlangsungnya pernikahan kami. Pernikahan yang oleh sebagian teman dikatakan ajaib, karena pertemuan yang begitu singkat namun bisa diraih kata sepakat untuk melangkah ke fase yang cukup berat tanpa perlu banyak berdebat yang penting mengharap kehidupan yang penuh rahmat dari Allah Yang maha Hebat. :)

Meiku di 2002

Tahun pertama pernikahanku, Allah menganugerahi seorang anak laki-laki yang lahir dengan sehat dan lancar, meski di proses kelahirannya tidak didampingi sang ayah yang kemudian anak-anak memanggilnya dengan sebutan "Abah". Proses persalinan pertamaku yang memang kami sepakati untuk dijalani di kampung halaman, membuat abah tidak menyaksikan saat-saat genting persalinanku. Tapi alhamdulillah, karena kedua orangtuaku masih sehat, akupun senantiasa didampingi oleh Bapak yang begitu sabar dan telaten menunggui cucunya lahir. Ibu mempersiapkan kedatangan cucunya dengan menyiapkan perabotan di rumah, sementara Bapak mengantar dan menemaniku di Rumah Sakit Bersalin. Tepat pukul 00.15 tanggal 29 Mei 2002, lahirlah Nabil Hukama Zulhaiba.

Yang menarik, tepat ketika suara tangisnya terdengar begitu keras memecah keheningan malam, terdengar pula seruan "alhamdulillaaaaah...." dari orang-orang yang berada di luar ruang bersalin secara serempak. Siapa saja mereka, bahkan aku tak pernah tahu. Subhanallah.... ternyata kehadiranmu disambut bahagia oleh banyak orang, Nak....

Setelah mengadzani nabil, Mbah Kakung kemudian menelpon Abah yang sedang dalam perjalanan pulang dari Jakarta menuju Wates. Kata Mbah Kakung, "Mas, cucuku udah lahir. Namanya Nabil dan alhamdulillah komplit." Sebuah isyarat yang biasa Bapak sampaikan ketika memberikan informasi kepada kami. Bapak suka menggunakan simbol-simbol. Bapak memang tahu 2 nama yang telah kami persiapkan untuk calon anak kami, jika laki-laki dikasih nama Nabil, jika perempuan dinamai Adila. Ya, begitulah cara Bapak mengabarkan berita gembira itu kepada suamiku.

Sesampai di RSB, abah menceritakan perasaannya kepadaku, bahwa ketika ditelpon Bapak, tanpa terasa ada air mata yang menitik. Sebuah rasa haru menyeruak di kalbu, bahwa kini ia telah menjadi seorang "bapak". Hmmm.... So sweet.... ^_^

Meiku di 2003

Memiliki bayi mungil nan lucu memang merupakan anugrah tak terkira. Begitu pula denganku. Satu tahun sudah usia Nabil yang waktu itu benar-benar sedang lucu-lucunya. Namun diusianya yang ke 12 bulan itu pula, keinginan untuk menyempurnakan pemberian ASI hingga usia 24 bulan harus kutepis karena dokter menyatakan aku telah positif hamil dan disarankan untuk menghentikan penyusuan.

Antara sedih dan seneng, karena dipercaya Allah untuk dikasih titipan lagi, sama harus menghentikan penyusuan. Sayang sekali waktu itu aku belum mendapat informasi jika bisa saja dilakukan penyusuan secara tandem, meski sedang hamil, menyusui bisa jalan terus asalkan kehamilannya tidak bermasalah. Ya sudahlah, nggak apa-apa, ya, Bil.... Setahun juga udah lumayan. hehehe.... menghibur diri ceritanya....

Meiku di 2004

Bulan Mei 2004 aku sedang mengurus anak keduaku yang terlahir di bulan januari, tepatnya tanggal 21. Kami beri nama Rifka Zaimatul Adila. Sebuah nama yang telah kami siapkan jauh-jauh hari saat menyambut kelahiran anak pertama. jadi, ceritanya ini nama cadangan. hehehe... alhamdulillah, akhirnya kepake juga.

Di samping mengasuh bayi kedua, inilah saat pertama kalinya aku hunting sekolah untuk Nabil yang mulai memasuki usia playgroup dan akhirnya Nabil bersekolah di Islamic Nursery School Bunga Matahari yang berlokasi di Cipinang Muara Jakarta Timur. Sebuah sekolah yang memiliki konsep pengajaran yang keren banget, tapi cukup muahal untuk ukuran kami. Untung ada spesial promo untuk kami yang masuk di angkatan pertama. Alhamdulillah... bisa mencicipi sekolah keren dengan budget pas-pasan. ^_^

Meiku di 2005

Sebulan menjelang kelulusan dari Nursery School, Nabil akan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Kindergarten/TK. Berhubung untuk melanjutkan sekolah di INS Bunga Matahari yang sudah mulai membuka kelas kindergarten namun biayanya semakin mahal dan tak terjangkau, Nabil pun harus puas dengan keputusan kami untuk pindah ke TK lain, yang kebetulan lokasinya bersebelahan dengan kontrakan kami. Jadi makin deket, dech, sekolahnya. Meskipun kualitasnya pas-pasan, nggak apa-apa, ya, nak....

=bersambung=

Sabtu, 21 Mei 2011

Mental Gratisan



Pagi-pagi buka FB dapat pesan dari groupnya Aku Bisa! yang benar-benar pas banget dengan apa yang sedang ada dalam pikiranku akhir-akhir ini. Sebagai bangsa yang terbaca oleh pelaku bisnis asing memiliki "Mental Gratisan" sangat parah, dibuatlah sistem bisnis yang nampak demikian indah dan memikat siapa pun yang kebelet sama yang judulnya kaya dan cinta dunia dengan segala pernak-perniknya.

Sadar atau tidak sadar, perilaku hedonisme dan konsumerisme senantiasa dijejalkan ke dalam otak para member dan prospeknya demi mendapatkan apa yang dinamakan poin, reward, kenaikan level, kebebasan finansial, kebebasan waktu atau apalah istilahnya. Terkadang demi meraih semua itu, mau nggak mau harus keluar kocek lebih banyak untuk menebus barang-barang yang sebetulnya tidak perlu dan sama sekali tidak dibutuhkan. Demi itu semua juga, persahabatan terkadang tergadaikan. Fyuh... Sebegitunya....

Nyesel, kenapa baru nyadar setelah semua berlalu. hehehe... Untung segera sadar dan bertobat untuk lebih berhati-hati dan senantiasa bersikap kritis buat jaga-jaga. Tapi tetep aja udah jadi korban iklan dan aksi brain washing yang luar biasa... Acung jempol deh buat perusahaan yang super duper bonafit itu. Ih, apaan, sih? Oww.... rahasia... nanti daku kena Perkara tentang pencemaran nama baik atau pemanfaatan media elektronik secara menyimpang atau apa tuh pokoknya yang judulnya berurusan sama hukum. hahaha.... Nggak perlu sebut nama, tapi bagi yang pernah terjun dan masih memiliki kesadaran penuh, pasti paham yang dimaksud.

So, supaya jangan lagi terulang, ada baiknya tulisan Isa Alamsyah ini dinikmati dengan tumakninah. Halah... apa coba? hehe... Selamat membaca.....

Mental Gratisan
Isa Alamsyah

Saya bertemu seorang ibu rumah tangga di Depok yang sedang membuka tabungan di sebuah bank.
Padahal beberapa hari lalu ia baru saja buka tabungan di bank yang sama hanya beda cabang.
Ternyata ia mendaftar lagi karena tabungan sebelumnya bertempat di cabang yang jauh dari rumah.
Lalu kenapa juga ibu itu membuka tabungan lama kalau tempatnya jauh?
Ternyata tabungan sebelumnya dibuka ketika bank tersebut membuka stan di sebuah mal di Jakarta.
Karena iming-iming mendapat minyak goreng gratis, ibu tersebut memutuskan untuk membuka rekening tabungan.
Yang tidak disadari ibu tersebut, ternyata bank yang membuka di stan tersebut adalah cabang yang berkedudukan di Kuningan Jakarta selatan atau 2 jam perjalanan dari Depok.
Ibu itu mulai kerepotan karena ternyata banyak urusan transaksi yang harus diurus langsung ke cabang pembuka.
Karena repot dan jauh akhirnya si ibu terpaksa membuka rekening lagi di Bank yang sama di dekat rumahnya.
Sedangkan di bank yang lama ada uang yang harus diendapkan sebesar Rp 50.000, kalau mau ditutup harus pergi ke Jakarta dan makan waktu dan ongkos yang lumayan banyak.
Hanya karena mengejar minyak gorang gratis, ibu tersebut sudah kehabisan uang dan waktu yang nilainya puluhan kali lebih mahal dari sebuah minyak goreng gratis.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Ini terjadi karena "mental gratisan".
Mental gratisana adalah mental yang asal ada barang gratis diambil.

Satu hal yang perlu diingat dalam duania usaha.
"TIDAK ADA YANG NAMANYA GRATIS"
Selalu saja ada timbal balik yang diterima perusahaan sekalipun berembel-embel gratis.

Kartu kredit menawarkan gratis iuran tahunan pada tahun pertama.
Padahal bagi perusahaan penerbit kartu kredit, yang diincar adalah iuran tahunan pada tahun kedua, ketiga, dst, dan tersedotnya dana kita untuk berbelanja melalui kartu tersebut.

Di mall ada sales yang menjajakan souvenir gratis.
Begitu kita ambil, kita diminta untuk mengisi formulir tanda terima dan ujung-ujungnya dipromosikan produk. Sebenarnya barang gratis tersebut hanya untuk memancing kita untuk ditawarkan produk mereka.
kalau kita tidak beli, souvenir dianggap sebagai pengganti waktu kita.
Dan jika kita terjebak, maka kita bisa jadi terbuai untuk membeli barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

Lalu bagaimana bersikap?
Jangan cepat terbuai dengan iming-iming gratis.
Kalaupun gratis pastikan kita memang membutuhkannya.
Kalau gratis tapi tidak butuh, ngapain juga diambil?
Perhatikan konsekwensinya.
Kalau gratis tapi harus melakukan ini dan itu, sama saja bukan gratis.

Pernahkah Anda mengalaminya?
Awalnya merasa dapat gratis, tapi ternyata membayar lebih banyak?

Dikutip dari:
http://www.isaalamsyah.com/2011/05/mental-gratisan.html

The Unforgettable May

Meiku di 2006

Bagian dari kisah yang tak terlupakan adanya ya di episode ini. Diawali dari hari Jum'at siang, tanggal 26 Mei 2006. Suasana di rumah Bapak yang sering kusebut "mewah" karena memang posisinya yang 'mevet sawah' begitu tenang. Sambil menyelesaikan kegiatan jemur-menjemur pakaian, sesekali kulongok anak-anak yang bermain-main di halaman. Abahnya anak-anak dan Bapak bersiap untuk Jum'atan. Karena jemuranku yang cukup banyak hasil rapelan cucian yang cukup menumpuk sejak perjalanan dari jakarta, yang memang berniat untuk menjalani persalinan ketiga di kampung halaman, ya rasanya lumayan pegal-pegal badan ini. Namanya juga bumil mola, ibu hamil mo lahiran. hehehe....

Tapi semakin lama pegalnya bukan semakin mereda, malah tambah berasa. Dalam hati masih berpikir mungkin ini efek kegiatan jemur-menjemur di siang tadi yang lumayan banyak. Tapi makin malam, kok jadi seperti mules. Wah... mau lahiran nih jangan-jangan, pikirku. Waktu menunjukkan pukul 22.30. Segera saja kukemasi tas yang sudah disiapkan untuk bekal ke RS bersalin. Lagi asyik-asyiknya, eh tiba-tiba mati lampu. Gelap, dech. haha... ya iyalah... sejak kapan mati lampu tambah terang? hihi...

Mendengar kasak-kusuk di kamarku, ibu dan bapak ikut terbangun. Mengetahui aku yang mulai mules-mules, ibu menyarankan untuk segera berangkat ke rumah sakit daripada keburu lahir di rumah. Bisa berabe cede e ef ge entar. Lantaran jarak dari rumah ke rumah sakit cukup jauh, sekitar 7 km, segera saja kami pamitan sembari memohon maaf atas segala khilaf sama ibu dan bapak. Ya... kebiasaan kalau mau lahiran begitu, pamitan kayak orang mau pergi untuk selamanya. Siapa tahu, kan? Kutitip pula kedua bocahku yang masih terlelap itu kepada embahnya. Setelah mendaratkan kecupan di kening keduanya sambil berharap ini bukan kecupan yang terakhir, Bismillah... Berangkat.

Di perjalanan menuju RS Bersalin, ternyata mulesnya semakin menjadi-jadi. Sampai-sampai duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja, eh, bukan, maksudnya posisi dudukku di samping abah yang lagi nyetir aja udah berubah-ubah dari miring kiri, balik kanan, selonjoran sampe jumpalitan. Haduh, rasanya kepengen terbang aja biar cepet nyampe rumah sakit. Abah yang memang baru pertama kalinya mendampingiku saat proses persalinan jadi panik. Wajahnya udah nggak tega banget kayaknya ngeliat aku yang bolak-balik sambil istighfar dan bertakbir. Habis, masak ya mau misuh-misuh lantaran kesakitan? Bisa diturunin di jalan, dech. haha... Enggak, lah....

Singkat cerita, sampailah kami di rumah sakit bersalin PKU Muhammadiyah cabang Wates untuk mendapatkan pertolongan dari paramedis yang senantiasa bersiap siaga membantu pasien yang bisa datang kapan pun tanpa ngasih jadwal. Sesampainya di sana, aku turun dengan susah payah dari kendaraan sambil dibantu abah dan disambut dengan sigap oleh seorang perawat yang kebetulan aku kenal dengannya. Ternyata kakak kelasku dulu wktu SMA. Sambil diminta duduk di kursi roda, aku dibawa menuju ruang persalinan. Baru lewat ruang UGD, kami distop oleh seseorang berjas putih untuk diminta ke ruang UGD dulu. Tapi mas perawat yang aku lupa namanya tapi ingat wajahnya itu, (hehe... sori, yo, mas... aku ki rodo amnesia, je...) menyarankan untuk langsung dibawa ke ruang persalinan aja. Tapi itu ibu ngotot buat ke UGD dulu. Ya sudah, akhirnya aku diperiksa dulu di UGD. Di sinilah aku dibuat jengkel setengah hidup sama ini ibu yang aku nggak tau posisi dia di situ sebagai apa. Entah sebagai bidan atau sebagai dokter jaga. Yang jelas, tengah malam begini ngga mungkin ada dokter kandungan yang berjaga. Setelah mempersilahkan aku untuk berbaring, kemudian dia mulai memeriksa perutku yang udah semakin mules da kontraksinya semakin kuat. Satu persatu pertanyaan mulai dilontarkan,
Petugas: Bu, yang dikeluhkan apa, ya?
Aku: Mules, nih, bu. Sepertinya saya sudah mau lahiran.
Petugas: Ibu bawa Kartu Periksa?
Aku: Bawa, Bu. Tapi saya periksanya di Jakarta. Kalau kartu dari sini saya nggak punya.
P: Oh, kalau begitu saya buatkan dulu, ya, bu.
A: Tapi, bu, saya udah mules banget, nih.... (sambil mengusap-usap perut untuk sekedar meredakan nyeri)
P: Oya, sebentar. Ibu sakit perut? Ibu mual atau bagaimana?
A: Aduh, ibu..... saya ini hamil, bu..... (Suara mulai meninggi setengah oktaf) saya ini mau melahirkan. Yang ada itu mules, bukan mual, bu!!
Mendengar suara saya sudah mulai sewot, mas perawat kembali menawarkan untuk segera saja aku dibawa ke ruang bersalin. Alhamdulillah, si ibu yang aneh bin ajaib itu mengalah juga. Dari tadi, kek, batinku kesal.

Setelah di ruang bersalin, kembali si ibu ajaib tadi menungguiku sambil main hape. Kemudian kata mas perawat, sedang dipanggilkan bidannya. Oh, jadi, siapakah makhluk ajaib yang satu ini? Akupun meminta abah untuk masuk menemaniku sambil minta diusap-usap pinggang yang semakin nyeri hebat. Sambil tergopoh-gopoh, datanglah bu bidan yang dengan cekatan langsung mempersiapkan peralatan persalinan dan mengkondisikanku untuk sedikit lebih rileks meski ya terpaksa dirileks-rilekskan. Dalam hati, masih saja bertanya-tanya, siapa, sih sebenarnya orang di samping ranjangku ini yang nyantai banget ini? Nggak responsif banget sama pasien. Nggak terbersit sedikitpun bayangan apakah dia seorang dokter. Habis, nggak potongan banget, deh kalau ngelihat reaksi dan pertanyaan yang sempat terlontar untuk mendeteksi keluhan pasien. Blas nggak ada bayangan ke arah dokter. Nggak pantes babar blas.... Tapi whoever, embuhlah, yang penting udah ada bidan yang cukup meyakinkanku untuk ngebantuin persalinanku.

Di sela-sela pembukaan terakhir dan nafasku yang mulai memburu, rasa ingin mengejan sudah tak tertahan. lagi-lagi si ibu ajaib itu berseloroh, jangan mengejan dulu, bu. Ditahan aja. Ngomong begitu sambil tetap mainin hape. Hadweh.... ni orang pa bukan, ya.... Dan tiba-tiba suamiku berlari keluar ruang bersalin sambil berteriak memanggil bidan yang sempat keluar, "Bu Bidan.... cepat, Bu... udah kelihatan kepalanya..."
Dan begitu abah dan bu bidan sampai di ruangan, dengan sekali mengejan, brujut.... oeeekkk..... Sambil nggak sadar lagi kalau mulutku meneriakkan kata, "Allahu Akbar."
Alhamdulillah.... Abah dan bu bidan mengucap hamdallah bersamaan. Legaaaa.... sudah rasanya.... Setelah bayi merah itu berhasil terlahir, abah langsung mengajakku ngobrol supaya kesadaranku tetap terjaga. Sementara bu bidan sibuk mengurusi segala hal tentang bayiku. Mataku malah tiba-tiba mengantuk dan pengen banget tidur.

Di saat abah ngajak ngomong enth apa yang diomongin, aku makin lemes aja. Ya ngantuk, ya lemes, sebuah kondisi yang nggak diperbolehkan untuk tidur pas habis lahiran. Biar nggak bablas, katanya. Bener, nggak, sih? kan capek banget, nih.... Sesaat, tiba-tiba aku ingat si ibu yang ajaib tadi. Kemana ya dia? Ngapain aja, ya? Eh... ternyata dia lagi mandiin anakku. Yo wislah, biarin. Setelah beres, dan diadzani oleh abahnya, dibawalah bayiku yang kami namai Faqih Atqiya Zulfathi itu ke pelukanku. Laki-laki, Mi, kata abah, dan langsung kucium, kupeluk, dan kutimang bayiku yang mungil itu.

Entah hanya karena perasaanku saja atau dari mana datangnya rasa itu, ketika kutatap wajah polosnya, kulihat wajah itu begitu bening dan bercahaya. Kupanjatkan doa dalam hati, semoga kelak kau menjadi penyejuk dan penerang ummat ini, Nak. Amin...

Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati pagi di RSB sambil menunggu air untuk persiapan mandi pagi, tiba-tiba ranjangku bergoyang-goyang. Semakin kencang dan berayun-ayun kuat dan menyadarkan kami bahwa telah terjadi gempa yang begitu kuat. Dengan tergopoh-gopoh, kami berusaha keluar ruangan menuju tempat terbuka untuk sekedar menghindar dari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Dengan tertatih kuberjalan sendiri keluar ruangan, sementara bayiku telah dibawa oleh abah duluan. Sampai di halaman, hampir saja terjatuh karena bumi masih belum cukup dengan guncangannya. Alhamdulillah, seorang perawat dengan sigap menangkapku dan mendudukkanku ke kursi roda yang telah ia siapkan. Belum selesai juga bumi berguncang. Sempat kuamati orang-orang yang sambil berteriak, bertasbih, mencari tempat aman. Ada yang jongkok di taman, diantaranya tim medis ajaib yang sangat ketakutan, bu bidan yang hebatnya masih sempat mengurus pasien, para kerabat pasien yang menjaga saudaranya yang sedang sakit, dan beragam aktivitas lain yang benar-benar menggambarkan kepanikan yang mengiringi peristiwa di pagi itu.

Di saat kami terhuyung-huyung karena bumi yang masih enggan untuk diam, pepohonan dan tanaman di taman RSB kulihat terayun-ayun begitu kencang, hingga sewaktu kulihat dinding bangungan yang melengkung ke kanan ke kiri, hanya takbir, tahmid dan tahlil yang mampu kuucapkan. Tak kalah heboh, baskom-baskom wadah air mandi pasien yang sedang diletakkan di atas troli bergelimpangan menimbulkan bunyi gelontangan, ditambah suara tabung-tabung oksigen dari ruang peralatan pun berjatuhan, membuat suasana semakin dramatis. Benar-benar kejadian yang luar biasa.

Yang sempat membuatku tak habis pikir, si ibu yang bikin dongkol tadi malam itu malah sibuk menyelamatkan diri sendiri dengan berjongkok menutupi kepala dengan wajah pucat pasi di sebelah pohon perdu di taman. hihihi... Lucu aja ngelihatnya. Persis seperti anak kecil yang ketakutan karena dimarahi orangtuanya. Kayak tim medis yang lain, dong, Bu. Disela kepanikan masih sempat mengurus dan membantu pasien, bukannya ngurusin diri sendiri. Halah.... malah jadi ngomel, dech...

Setelah gempa mereda, kami kembali ke ruang masing-masing. Perawat yang berjaga semalam sambil mengambil sesuatu dari ruangan itu sempat berseloroh, "Mbak, dikasih nama siapa anaknya? Gimana kalau Lindu aji aja? Kan lahirnya pas ada lindu," kata Mas Perawat sambil ketawa-ketiwi. Kami dan Bu Bidan pun tertawa mendengar keisengannya.

Buy the way, tim medis yang semalam membuatku keki itu ternyata adalah seorang dokter. Hal itu baru kuketahui ketika pagi hari melakukan cek pasien. Hahaha.... Dokter??? Nggak pantes blas, bu..... Mending Mas Perawatnya aja yang naik pangkat jadi dokter, atau Bu Bidannya aja yang naik pangkat jadi dokter kandungan. Jauh lebih profesional. Masih juga sempat terjadi perdebatan kecil denganku, namun tentang apa aku sudah lupa. Yang jelas, itu dokter benar-benar bikin aku bertanya-tanya. Sekolah dokternya dimana, ya? Kok bisa gitu lulus dengan predikat dokter. hahaha.... Nggak sopan banget, ya, pasien yang satu ini. Jangan ditiru, ya... :)

Namun tak berapa lama, gempa susulan kembali terjadi dan kami putuskan untuk duduk-duduk saja di teras. Deg-degan juga, euy... Kalo dinding yang habis goyang dombret tadi tiba-tiba runtuh, gimana, coba? Hmmm.... na'udzubillah... ya Allah.... mohon perlindungan-Mu dari segala mara bahaya. Amin... Sekejap kuteringat kedua anak dan orangtuaku yang berada di rumah. Ya Allah, lindungilah mereka....

Tak lama kemudian, terdengar suara celoteh yang begitu kukenal. Ya, anak-anakku ternyata menyusul ke RSB bersama embahnya. "Ummii.... mana dedekku?" tanya Nabil dan Adila begitu melihatku menggendong bayi. "Ini dedek Faqih, namanya." kuperkenalkan bayi merah itu kepada kakak-kakaknya. Seiring kedatangan kedua bocah tadi, bapak dan ibuku pun beriringan di belakangnya. Kemudian mengalirlah cerita kejadian saat gempa terjadi.

"Pas gempa sing pisanan, Nabil ki tak gendong metu mergo isih turu. Njuk tak kekke Mbah Uti nang njobo. Aku njuk mlayu, arep njupuk Dila. Ealaah... Nabil ki malah mlayu mlebu meneh njuk ngglinding nang peturon. Dila tak jupuk tak kekke Mbah Uti, njuk aku yo karo nibo nangi kae le mlebu ngomah ki. Mbasan tekan njeron kamar ki Nabil malah nesu-nesu ra gelem dijak metu. Wah, jan... njuk kepiye, ngono... Yo tak panggul wae karo nabrak-nabrak. Njuk Nabil tangi trus ngerti nek ono lindu. Hoalah, Bil...Bil... Malah ngajak uyak-uyakan karo simbah. hehehe...." begitulah penuturan bapakku yang disambut Nabil sambil cengar-cengir. Hmmmm.... aku dan abahnya pun cuma bisa manyun dibuatnya. hehehe....

Kemudian bapak juga menceritakan bahwa ada beberapa tetangga kami yang rumahnya hancur lebur rata dengan tanah, karena bangunannya yang tidak permanen dan memang sudah tua. Alhamdulillah, rumah orangtua kami masih berdiri kokoh. Namun, begitu melihat berita di TV, betapa ngilu dan miris hati kami, ternyata beberapa kilometer dari dari daerah kami, korban yang jatuh begitu banyak dan rumah-rumah yang hancur leburpun tak terhitung lagi jumlahnya. Jaringan telepon seluler pun sebagian besar terputus karena pemancarnya bertumbangan, dan hanya satu operator yang masih bertahan. Alhamdulillah, itu operator adalah layanan yang kami gunakan sehingga handset kami masih bisa digunakan untuk mencari info dan kabar dari teman maupun kerabat kami.

Pada saat yang sama, kakak pertamaku sedang menjalani pelatihan di Jalan kaliurang, dan waktu kami telpon, menyampaikan kalau atap dan beberapa dinding bangunan tempat acaranya berlangsung juga runtuh. Hari itupun acara dibubarkan dan peserta dipulangkan.

Tak berselang berapa lama, di RSB tempatku melahirkan mulai berdatangan korban dari daerah Bantul. Korban-korban ini ternyata rujukan dari Rumah Sakit Bantul yanng sudah tak mampu lagi menampung korban yang jumlahnya luar biasa banyaknya. Semakin siang korban semakin banyak dan RSB pun penuh sesak dengan korban gempa. Mendengar suara jeritan dan rintihan korban yang sedang ditangani, sebagian besar mengalami luka bocor dan patah tulang, tak kuat juga hati ini serasa ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Ngilu dan pilu sekali rasanya. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk ijin ke bagian medis supaya bisa pulang dan alhamdulillah diijinkan.

Tapi, kebayang nggak, sih, jika para korban tadi ditangani oleh dokter ajaib tadi? Haduh, nggak bisa mebenebak, dech... Dan nggak usah menebak-nebak, lah. Ya Allah... Semoga tim dokter yang lainnya segera hadir untuk memberikan penanganan yang lebih baik.

Yah, begitulah kisah kelahiran anak ketiga yang disambut oleh peristiwa dahsyat yang sama sekali tak bisa diduga dan diterka datangnya. Kini, si Lindu Aji pun tumbuh menjadi anak yang lucu dan yang menggemaskan, karena dia sendiri suka merasa diri lucu. Sehingga kamipun terhibur karenanya.

Bagaimanakah kisahku di bulan Mei di tahun-tahun selanjutnya? To be continued, ya....

Sabtu, 14 Mei 2011

Resep Kroket Tempe Sayuran

Iseng-iseng nyari resep buat cemilan, eh, dapet, dech.... resep yang ini. Biar nggak ilang, disematkan dulu di sini sebelum dilakukan uji masak di dapur.

Kebetulan bahan-bahannya gampang ditemui dan berserakan di tukang sayur komplek. Pajang dulu, ya, resepnya... Ini dia....

Kroket Tempe

Jakarta - Kroket yang satu ini khusus buat si kecil yang kurang suka sayuran. Protein tempe dan wortel akan membuat camilan ini kaya akan protein dan serat. Nyam... nyam!

Bahan:
250 g tempe yang bagus, kukus, potong kasar (ya iyalah... mosok tempe basi? hehe...)
100 g daging ayam (buat yang alergi, pake daging ayam kampung, ya)
1 butir telur ayam (ini juga, bisa diganti telur ayam kampung)
2 sdm tepung terigu
1 sdm kaldu ayam bubuk (yang bebas MSG namanya Kaldu Al Sultan)
1/2 sdt merica bubuk
1/2 sdt pala bubuk
1 sdt garam
50 g wortel, serut halus, peras
minyak goreng

Cara membuat:

* Masukkan tempe, daging ayam dan bahan lainnya dalam food processor hingga lembut. Jika tak ada, haluskan tempe lalu cincang daging ayam hingga halus dan campur dengan semua bahan.
* Masukkan wortel, putar food processor sebentar.
* Bentuk adonan menjadi bulat panjang atau bulat.
* Goreng dalam minyak panas dan banyak hingga kekuningan.
* Angkat dan tiriskan.

Untuk 10 buah

Yang bikin liputan ini adalah (eka/Odi).
Resep ini aku dapet dari detik food di sini.

Minggu, 24 April 2011

Pasar Islam; Sebuah Solusi untuk Umat

Jika ditelaah mengenai Sistem Perdagangan Islam, kemampuannya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sangat signifikan karena sistemnya yang adil berhasil meningkatkan kemampuan masyarakat terhadap potensi ekonomi mereka yang tertinggi, dengan menawarkan kemudahan yang sama pada setiap orang untuk memasuki jaringan bisnis dalam kondisi seimbang dan adil yang serupa.

Sampai abad XV, Sistem Perdagangan Islam sepenuhnya mendominasi perdagangan dunia. Namun, sejak saat itulah bangsa Eropa mulai mengambil alih kekuatan itu dengan berbagai muslihat riba hingga bertahan hingga abad ini. Seharusnya, sudah selayaknya ummat Islam berperan aktif dalam upaya mengembalikan kejayaan Sistem Perdagangan Islam dengan membangun Pasar-pasar Islam terbuka demi kesejahteraan umat manusia itu sendiri.


Apakah Pasar Islam Terbuka Itu?

Pada zaman kenabian, segera setelah kedatangannya di Madinah al-Munawwarah, Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, mendirikan dua lembaga: sebuah mesjid dan sebuah pasar. Beliau Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, menjelaskan dengan penjelasan dan perintah yang tegas bahwa lokasi pasar merupakan tempat yang bebas dimasuki oleh semua orang, tanpa ada pembagian (seperti toko/los/kios) dan tidak terdapat pajak, retribusi atau sewa yang harus dibebankan.

Pedagang diwajibkan memahami hukum riba dan fiqih dagang

Khalifah Umar bin Khattab ra mengusir pedagang yang tidak memahami riba dan fiqih dagang dari pasar.

Pasar Itu Seperti Masjid

Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam, berkata: “Pasar harus mengikuti sunnah yang sama seperti masjid: siapapun yang mendapatkan tempat pertama mempunyai hak atas tempat itu sampai dia meninggalkannya dan pulang ke rumahnya atau telah selesai dalam berjualan.” (Al-Hindi, Kanz al-‘Ummal,V,488, no. 2688.

Pasar Merupakan Shadaqah, Tanpa Kepemilikan Pribadi

Ibrahim ibn al-Mundir al Hizami meriwayatkan dari Abdallah ibn Ja’far , bahwa Muhammad ibn Abdallah ibn Hasan berkata, “Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, memberikan Muslim pasar kepada mereka sebagai hadiah.” (Ibn Shabba, K. Tarikh al-Madinah al-Munawwarah, 304)

Tidak Dikenakan Sewa
Ibn Zabala meriwayatkan bahwa Khalid ibn Ilyas al-‘Adawi berkata, “Surat Umar ibn Abd al-Azis dibacakan kepada kami di Madinah, dikatakan bahwa pasar merupakan shadaqah dan tidak ada sewa (kira’) yang harus dibebankan pada siapapun atas pasar.”
(As-Samhudi, Wafa al-Wafa, 749)

Tanpa Pungutan Pajak
Ibrahim ibn al-Mundhir meriwayatkan dari Ishaq ibn Ja’far ibn Muhammad, dari Abdallah ibn Ja’far ibn al-Miswar, dari Shuryh ibn Adallah ibn Abi Namir, bahwa Ata’ ibn Yasar berkata, “Ketika Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, ingin menyiapkan pasar di Madinah, beliau pergi ke pasar Bani Qaynuqa’ lalu datang ke pasar Madinah, menjejakkan kakinya ke tanah dan berkata, ‘Ini adalah pasarmu, jangan biarkan pasar ini dikurangi dan jangan biarkan ada pungutan pajak ’” (Ibn Shabba, K. Tarikh al-Madinah al-Munawwarah, 304)

Tidak Diperkenankan Memesan Tempat Dagang
Ibn Zabala meriwayatkan dari Hatim ibn Isma’il bahwa Habib berkata bahwa Umar ibn al-Khattab (saat) melewati Gerbang Ma’mar di pasar dan (melihat bahwa) sebuah kendi telah diletakkan di depan gerbang maka beliau memerintahkan untuk menyingkirkan kendi…Umar melarang untuk meletakkan tanda apapun di sebuah tempat atau meletakkan tuntutan atasnya [dalam cara apapun]. (As-Samhudi, Wafa al-Wafa, 749)

Toko di Dalam Pasar Tidak Diperkenankan
Ibn Shabba meriwayatkan dari Salih ibn Kaysan …bahwa…Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, … berkata: ‘Ini adalah pasarmu. Jangan membangun apapun dengan batu [di atasnya], dan jangan membiarkan ada pungutan pajak.” (As-Samhudi, Wafa al-Wafa, 747-8)

Abu Ar-Rijal meriwayatkan dari Isra’il, dari Ziyad ibn Fayyad, salah satu dari Shaykh Madinah bahwa Umar ibn al Khattab, radiyallahu ‘anhu, melihat sebuah toko (dukkan) yang baru diletakkan di pasar oleh seseorang dan beliau menghancurkannya. (Ibn Shabba, K. Tarikh al-Madinah al-Munawwarah, 750)

Adanya Muhtasib
Muhtasib bertugas mengawasi pasar agar tidak terjadi kegiatan muamalah yang melanggar syar’i seperti berdusta dan sumpah palsu dalam menawarkan dagangan, barang-barang haram, penipuan, penimbunan barang, manipulasi harga dan lain-lain.

Khalifah Umar bin Khattab ra berkeliling sendiri di pasar-pasar untuk mengawasi transaksi di dalamnya.

Beliau membawa tongkatnya untuk meluruskan penyimpangan dan menghukum orang yang menyimpang (Ibnu Sa’ad, ath-Thabaqat al-Kubra 5/43-44).

Dan Beliau juga menunjuk para pegawai untuk mengawasi pasar (Ibnu Abdul Barr, al-Isti’ab 4/341)

Dalam Pasar Islam Terbuka yang asli tidak ada tempat yang dimiliki secara pribadi atau dipesan, tidak ada biaya sewa, dan semua tempat dapat diperoleh secara sama oleh setiap pedagang, baik yang ahli ataupun tidak. Ciri Pasar Islam yang paling terkenal adalah karavannya, sedang karavan tidak akan ada tanpa tempat untuk berdagang. Pasar adalah permata untuk setiap kota Islam.

Hal-hal seperti di atas sangat memungkinkan karena seorang khalifah memiliki peran sentral dan tegas dalam menentukan kebijakan. Setelah raibnya kekhalifahan, tata cara waqaf dari pasar hancur dan harta milik
dijual. Walaupun harta waqaf tidak dapat dijual, tetapi sudah menjadi kebijakan dari penguasa kolonial untuk menghancurkan waqaf secara sistematis. Hasilnya adalah akhir dari Pasar Islam, lumpuhnya perdagangan dan secara alami merupakan akhir dari karavan.

Tanpa Pasar Islam, dunia Muslim harus bersandar pada ide-ide kapitalisme untuk pembangunan, yang sama sekali asing dengan Hukum Islam dan kebiasaan-kebiasaannya. Tanpa Pasar Islam, para pedagang terpaksa harus membayar sewa untuk toko-toko kecil yang tersebar di sekitar kota, dan banyak yang terpaksa untuk berdagang di jalanan. Situasi ini menciptakan konsekuensi yang tidak diinginkan: meningkatnya sektor yang tidak efisien dari pedagang eceran kecil di jalanan dan toko-toko kecil, dan kemunculan yang cepat dari pusat perdagangan dan supermarket yang efisien tapi bersifat monopoli, yang dengan cepat mengubah masyarakat yang semula dinamis dan bebas menjadi pegawai pencari nafkah.

Tanpa Pasar Islam kemakmuran Umat tak akan pernah dicapai, kecuali hanya segelintir kalangan tertentu saja. Pasar Islam haruslah kembali sebagaimana suri tauladan awalnya di Madinah al-Munawarah. Semoga segera terwujud...

Sumber 1: http://muamalat.wordpress.com/2007/06/18/pasar-islam-terbuka-2/

Sumber 2: http://www.zahrah-eshop.com/index.php?main_page=more_news&news_id=39

Dikutip dari http://tokodinardirham.wordpress.com dengan beberapa editing.

.