Assalamu'alaikum.... Selamat datang...

Senin, 13 Juni 2016

Tabiat Buruk Hutang

Disampaikan oleh Pak Syamsul A. sebagai Materi Bonus dari Kajian tentang Riba oleh Mas Saptuari di Masjid Kampus UGM, 31 Mei 2016.

Apa sajakah tabiat buruk hutang tersebut?

Tabiat buruk hutang terbagi menjadi 2, yaitu tabiat buruk hutang di dunia dan tabiat buruk hutang di akherat.

Adapun tabiat buruk hutang di dunia ada 11, yaitu:

1. Hutang adalah candu.
Hutang membuat pelakunya kecanduan. Dia jadi ingin lagi dan lagi.
Hutang bahkan baru bisa lepas ksrena tiga hal: pelakunya meninggal, mendapat tekanan dari pihak luar, atau karena kesadaran.

2. Jumlahnya cenderung bertambah.
Belum selesai pembayaran hutang satu, sudah mendapat tawaran hutang baru, diambil pula.

3. Menambah beban kehidupan.
Hutang senantiasa menambah beban psikologi pelakunya, karena sejatinya ia adalah urusan masa lalu tetapi bebannya terasa sampai ke masa depan.

4. Membuat orang gelisah pada malam hari.
Orang yang mendapat tagihan hutang, hatinya akan resah, bahkan banyak yang mengalami insomnia.

5. Membuat seseorang terhina pada siang hari.
Terbayang, kan, bagaimana rasanya menjadi orang yang dicari-cari dept collector? 

6. Membuat seseorang menjadi kadzab, suka berdusta.
Demi menutupi keterbatasannya, seorang ahli hutang seringkali membuat-buat cerita untuk mendapatkan pinjaman, atau pun untuk membuat-buat alasan supaya pembayarannya bisa ditunda.

7. Membuat seseorang suka mengingkari janji.
Pada saat harus melakukan cicilan, cenderung tar sok tar sok. Katanya ntar jadi besok.

8. Membuat seseorang berpotensi melakukan tindak kriminal.
Pada kasus yang sudah berat, orang bisa melakukan apa saja terkait hutang ini. Bahkan tidak sedikit kasus pembunuhan yang terjadi karena alasan hutang.

9. Menjadikan pelakunya mudah terjerumus kepada kesyirikan.
Ketika seseorang terdesak kebutuhan untuk membayar hutang, sementara kondisi keimanan juga alakadarnya, hal ini dapat menyebabkan seseorang rentan mengambil jalan pintas dengan meminta pertolongan kepada selain Allah. Mereka bahkan bersedia bekerjasama dengan jin, apa pun caranya, yang penting uang datang.

10. Mengganggu perjalanan hidup berumahtangga.
Tidak sedikit urusan hutang ini membuat pasangan suami istri kehilangan kemesraan, lenyap sudah keharmonisan, hingga kandaslah bahtera rumah tangganya di tengah jalan.

11. Kehilangan fokus dalam hidup.
Bagaikan perahu yang terombang ambing di tengah serbuan badai. Oleng. Berjalan tak tentu arah. Demikian pulalah kehidupan orang-orang yang terlilit hutang.

Sebenarnya ada satu hal lagi, namun Pak Syamsul tetap mengatakan bahwa tabiat ini ada 11. Dan yang 1 ini, adalah bonusnya. Hehee... Apakah itu....???

Yaaa... 12. Hutang hanya akan membuat pemiliknya semakin terpuruk.


Dan ternyata, tabiat buruk hutang yang sedemikian menyulitkan ini tidak hanya akan menghiasi kehidupan manusia di dunia saja. Di akherat nanti, ternyata telah menanti tabiat buruk yang lainnya. 

Adapun Tabiat Buruk Hutang di Akherat, antara lain:

1. Pemiliknya tidak mendapat syafaat dari Rasulullah.
2. Ruhnya akan tergadai/terbelenggu hingga hutang-hutangnya dibayar.
3. Menghabiskan amal sholeh sebagai tebusan hutangnya.
4. Jika amal sholehnya tidak mencukupi, maka dosa-dosa pemberi hutangnya akan ditimpakan kepadanya.
5. Tidak akan masuk surga, walaupun ia mati syahid.

Allahu Akbar....

Astaghfirullahal'adzim...

Ya Allah.... cukupkanlah rizki kami untuk melunasi hutang-hutang kami.
Lunaskanlah hutang kami.
Mampukan kami.
Ampuni dosa dan kesalahan kami.
Terimalah taubat kami.

Aamiin....


Masih mau menambah hutang? Jangan, lah, ya.... Ngeriii....

Tentang Cinta

Sebuah inspiring story yang saya dapatkan dari G+ dari akunnya mbak

Ada sebuah kalimat yang membuat saya cukup tertegun,
"dia memang tidak mengenali saya, akan tetapi saya masih mengenali dia kan..?? "

How nice words....

Ini bukan sekedar roman-romanan. Tetapi ini wujud kesejatian cinta kasih.

Berikut kisahnya....



Pagi itu di sebuah rumah sakit sedang sibuk - sibuk nya..
Seorang pria tua berusia 70 tahunan datang untuk memeriksakan jahitan pada luka - luka di jari nya.
.
Petugas rumah sakit yang menyambutnya menyiapkan berkas dan memintanya untuk menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, dan laki - laki tua itu mungkin baru akan dilayani satu jam lagi.
.
Sewaktu menunggu, bapak tua itu tampak gelisah, sebentar - sebentar ia melirik jam tangan nya.
.
Petugas itu pun bertanya : " Apakah bapak punya janji, kok kelihatannya gelisah?? "
.
Lelaki tua itu menjawab : " Tidak, bapak cuma mau ke panti jompo untuk makan siang bersama istri. "
.
Makan siang bersama itu merupakan aktifitasnya sehari - hari.
.
Dia bercerita bahwa istrinya dirawat di panti jompo sejak lama, dan istrinya itu menderita penyakit Alzheimer (hilang ingatan).
.
Petugas itu pun bertanya lagi, " Apakah ibu akan marah kalau bapak datang terlambat? "
.
Bapak tua itu menjawab, " Istriku sudah tidak mengenaliku sejak lima tahun terakhir."
.
Petugas itu pun terkejut, "Bapak masih pergi ke sana setiap hari walau pun istri bapak tidak kenal lagi?"
.
Bapak itu tersenyum, tangannya menepuk bahu petugas sambil berkata, "Dia memang tidak mengenali saya, akan tetapi saya masih mengenali dia, kan?"
.
Petugas itu menahan air mata sampai bapak itu pergi.
.
Cinta kasih seperti itulah yang kita inginkan dalam hidup

Cinta sesungguhnya, tidak bersifat fisik atau romantis.
Cinta sejati adalah menerima apa yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, dan yang akan terjadi.
.
Kisah ini menyampaikan pesan penting:
.
Bahwa orang yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, melainkan melakukan yang terbaik dengan apa yang kita miliki.
.
Hidup bukanlah sekedar berjuang menghadapi badai, tapi menikmati badai itu sendiri dengan rasa syukur.
.
SubhanALLAH..!!

Kamis, 26 Mei 2016

Home Education talks about Inside Out



 ✨ Resume Kulwaps Grup HEbAT Community Jabar Raya

Sesi #1

πŸ“† Jumat, 20 Mei 2016
πŸ‘€ Narsum : Pak Abdul Muqiet
🎯 Coach Muqiet
🌏 coach.my.id
Host : Abah Fikri & Bunda Rita
Notulen: Aby

πŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐

SESSION 1⃣ Astronot πŸš€ atau Astronom πŸ”­

Apa yang ada dalam pikiran kita ketika mendengar pertanyaan tersebut? Cita-cita?... Impian?... Atau mungkin Pekerjaan?... Mungkin sebagian kita justru bingung dengan maksud pertanyaan tersebut... Sebagai seorang coach, saya terbiasa mengajukan sebuah pertanyaan untuk mengajak coachee atau subyek untuk melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Dan itulah maksud dari pertanyaan tersebut, mengajak kita semua untuk melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Dalam kesempatan ini saya juga ingin mengajak ibu-ibu semua untuk melihat sebuah hal dari sisi yang berbeda. Masih lekat dibenak kita bagaimana jawaban-jawaban yang kita lontarkan saat kecil dulu ketika ada seseorang yang bertanya tentang apa cita-cita kita ketika besar nanti. Mungkin sebagian besar kita pernah menjawab dengan berbagai jenis profesi sebagai berikut; tentara, dokter, guru, dan lainnya. Begitu banyak jawaban dari anak-anak yang mungkin akan berkaitan dengan profesi, pekerjaan, atau peran dalam masyarakat, namun kali ini saya akan menyederhanakan pertanyaan terbuka tersebut menjadi pertanyaan tertutup yang spesifik: Astronom atau Astronot? Apa maksudnya, apa bedanya, dan apa kaitannya dengan peran spesifik setiap orang dalam membangun peradaban? Insya Allah ini akan menjadi bahan renungan awal diskusi kita bersama di grup ini πŸ™πŸΌ

❓Tanya Jawab ❓

πŸ‘± Abah Fikri: Bismillah. Assalaamualaikum Ayah Muqiet. Selamat datang di grup hebat jabar

πŸ‘€ Wa'alaikumsalam Pak Fikri πŸ™πŸΌ Assalamu'alaikum Ayah Bunda arsitek peradaban. Semoga tetap semangat merancang peradaban masa depan dari rumah kita masing2 ya πŸ™πŸΌ

πŸ‘± Abah Fikri: Jazaakallah sudah meluangkan waktu u/ berbagi inspirasi di sini pak πŸ™.
Oh ya punten sebelum nya, boleh pak muqiet mengenalkan diri dan keluarganya?

πŸ‘€ Senang bisa saling berbagi. Saya coba maksimalkan ya Ayah Bunda, karena masih berada dikepadatan traffic Jakarta πŸ™πŸΌ
Nama saya Abdul Muqiet biasa disapa Ayah Muqiet di HEbAT. Istri saya biasa disapa bunda Balqis. Kami diberi amanah 2 orang putri berusia 7 tahun (Raiqa) dan 5 tahun (Naura) yang keduanya menjalani HE secara penuh dirumah. Saat ini saya juga mendapat amanah sebagai pengurus pusat HEbAT sekaligus fasilitator grup HEbAT di Sumatera.

πŸ‘± Abah Fikri: Waaa semoga segera sampai tujuan pak, bersyukur dl hny bbrp thn di jkt dan skr menetap di tasik 😊.
Baik, untuk mengefektifkan waktu sy buka majelis ini dg membaca bismillaahirrahmaanirrahiim
Ayah Muqiet td sore sy sudah share-kan pengantarnya. Silakan pendahuluan sharing nya pak.

πŸ‘€ Alhamdulillah berkesempatan untuk berbagi dengan Ayah Bunda malam ini dengan tema Inside-Out. Inside-Out adalah sebuah metode yang membuat HE menjadi sangat berbeda dengan konsep pendidikan pada umumnya karena berangkat dari merangsang minat dan rasa ingin tahu individu agar dapat lebih jauh mengeksplorasi sebuah subyek yang diminatinya dengan motivasi dari dalam dirinya sendiri. Inside-Out ini juga sebuah pendekatan yang biasa saya gunakan dalam sesi2 coaching untuk membongkar sebuah mental block untuk kemudian merangsang solusi dari dalam diri coachee sendiri. Sebuah metode sederhana yang dapat kita gunakan dalam berbagai hal dalam kehidupan untuk hasil2 yang luar biasa, termasuk dalam pendidikan anak berbasis fitrah πŸ‘πŸΌ
Demikian pengantar dari saya pak Fikri πŸ˜€πŸ™πŸΌ

πŸ‘© Bunda Rita: Nerabas mental block dg inside out...notedπŸ“
Pak Fikri lg sama Fatimah sepertinya.
Saya take over sementara.
Terimakasih ayah Muqiet. Pembukaan yg mencerahkan.
Kita langsung ke sesi diskusi ya. Pertanyaan boleh langsung di posting on grup.
Yuk ah....silahkan ayah bunda yg mau bertanya, menanggapi. Bagian dari dari inside out lho itu. πŸ˜„

πŸ‘± Mujianto: Assalaamu'alaykum Pak Muqiet. Jumpa kita di siniπŸ™

πŸ‘€ Wa'alaikumsalam. Mangga pak Muji πŸ™πŸΌ

❓Mujianto: Mengenai metode inside out di sini, bila saya perhatikan seperti mirip mirip metode yg biasa dikenal dg "The Power of Question". Begitu ya Pak?πŸ™

πŸ‘€ Tepat sekali pak πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ
The art of question atau Seni Bertanya. Dalam konteks pendidikan anak, seni bertanya berguna untuk merangsang rasa ingin tahu anak2 yang akan menjadi motivasi terdalamnya dalam belajar berbagai hal dalam kehidupan πŸ‘πŸΌ

πŸ‘± Mujianto: Malah baru tahu saya pak. Ternyata sampai bisa begitu yaπŸ˜ŠπŸ™

πŸ‘€ Dan ini tidak hanya dapat digunakan dalam pendidikan anak namun juga dapat kita gunakan hingga dewasa dan dalam berbagai segi kehidupan πŸ‘πŸΌ
Inside-Out dalam konteks pendidikan berbasis fitrah dan bakat adalah memetakan minat dan bakat anak untuk kemudian dibuatkan sebuah kurikulum personal yang sesuai dengan minat bakatnya tersebut, bukan menjejalkan berbagai ilmu/materi/hal2 yg mungkin tidak disukai karena tidak sesuai dengan minat bakatnya.

❓Bunda Lin‬: Sy boleh ikut bertanya ? 😊
Anak pertama saya kelas 1 SMP dari sekarang sdh menyatakan keinginannya untuk melanjutkan studinya nanti ke LN, tp terkadang jd ortu ada kekhawatiran kalau bayangin anak jauh dr ortunya .... Jd gmn ya ?

πŸ‘€ Bunda Lin, kekhawatiran orangtua adalah hal yang wajar, namun jangan sampai menjadi penghalang bagi anak2 kita dalam menemukan peran2 peradabannya. Hal ini wajar bagi kita orangtua yang tumbuh dan besar dalam era pendidikan pabrik bahkan masih tinggal dengan orangtua hingga selesai kuliah, padahal sejatinya seorang anak sudah harus mandiri ketika akil baligh dengan menemukan peran peradabannya yang memenuhi unsur 4E: enjoy, easy, excellent, earn ✅

πŸ‘© Bunda Lin‬: Kebetulan skrg juga sdh tinggal di Pesantren,justru keinginan kuatnya itu termotivasi dari pesantrennya, bkn dari kami ortunya.
Anaknya sih sdh mandiri, tindakannya selaku mengandung alasan kuat yg membuat kami tak mampu menolaknya

πŸ‘€ Bunda Lin, alasan kuat inilah yang kita sebut sebagai motivasi internal dan bisa menjadi energi abadi yang menggerakan anak2 kita dalam menjalani peran2 peradabannya πŸ‘πŸΌ Seni Bertanya dapat digunakan untuk menggali alasan2 kuat setiap individu yang menghalanginya dari sebuah hal atau memacunya untuk melakukan pencapaian2 besar dalam kehidupannya πŸ‘πŸΌ Jika fitrah keimanannya dan fitrah belajarnya sudah tuntas, maka tugas kita sebagai orangtua adalah menemani (bukan menenetukan) mereka menemukan peran2 peradabannya. ✅

❓Abah Fikri: Pak Muqiet proses inside out itu dimulai untuk usia brp? Lalu selain dg "the power of question" adakah cara lain?
Fatimah sll nanya "kenapa" ke ambu nya. Ngadereded (bertubi-tubi) sampe qt binun jawab nya soalna g beres2 ntu pertanyaan kenapa... nya 😁
Nah makanya proses inside out itu bs dimulai untuk usia brp? Lalu selain dg "the power of question" adakah cara lain? Bisi kejadian setelah beranjak jd pemuda g mau tatanya lagi 😭
Pas ketemu keluarga besar suka dikoment "euhh budak leutik tatanya wae". (Ehh anak kecil bertanya mulu) 😭

πŸ‘© Bunda Rita: Itu the power of question jadi menu HE anak kami nih, terutama yg sdh terbiasa praktek dijejali alias out side in. Tiap paki harus buat pertanyaan dan cari jawaban dg segala cara.
Iya abah, waktu kecil" mah gitu. Dah masuk dunia formal, dimana ga semua guru (maaf) dan lingkungan memberikan ruang bertanya untuk anak (karena waktu dan banyaknya berbagi perhatian tentunya), kebiasaan bertanya itu makin padam.
Jadi deh harus dihidupkannya di rumah sama emak bapaknya.
Belum lg budaya bully, yg byk nanya justru kena bully. Diketawain di kelas misal sama teman".
Kecuali sekolah sekolah yg menerapkan konsep ramah anak. Ditekankan pd metode pendekatan kegiatan belajar mengajar.

πŸ‘© Bunda Lin‬: Saya jg mengalami seperti itu abah fikri,pertanyaan yg gk selesai2 ketika diberi jawaban pendek,akhirnya krna sdh cape jawab saya beri jawaban panjang lebar secara ilmiah,dan disiplin keilmuan yg sy punya baru anak selesai bertanya ☺

πŸ‘€ Pak Fikri, inside-out bagi anak2 kami sudah dimulai sejak mereka bisa berkomunikasi dengan orangtua walaupun belum bisa bicara, karena mengenalkan Rabb nya bisa dilakukan sejak lahir dan bagi kami ini adalah bagian dari proses Inside-Out tentang bagaimana menemukan bukti keberadaan Sang Pencipta yang menciptakan mereka. Inside-Out pada usia dini juga dapat dilakukan dengan mengajak anak2 ke alam untuk melihat berbagai bukti kebesaran Sang Pencipta, karena setiap anak akan menemukan hal2 yang menarik sesuai minat bakatnya, ada yang tertarik pada bentuk pohon, ada yang tertarik pada warna daun, atau bahkan ada yang tertarik pada belalang diatas daun. Inilah keunikan setiap anak yang menjadi bekal bagi mereka dalam menemukan peran2 peradabannya kelak. Dengan Inside-Out anak akan dapat lebih cepat menemukan bukti keberadaan (mengenal) Sang Pencipta untuk kemudian masuk pada bab menjalin cinta dengan Rabb-Nya. ✅

πŸ‘© Bunda Rita: Dalem bangeeeeeet. Mencintai Robb sejak sedini mungkin dalam inside out...catetπŸ“

❓Abah Fikri: Artinya proses "inside out" itu ada dlm setiap aktifitas anak ya pak?
Qt Ortunya ngapain? πŸ’πŸ’¨

πŸ‘€ Tepat sekali pak πŸ‘πŸΌ tugas kita sebagai orangtua adalah memberikan rangsangan yang tepat sesuai dengan keunikan anak2 kita dalam pencarian peran peradabannya. ✅

❓Abah Fikri: Boleh minta contoh aktifitas rangsangan u/ anaknya pak?
Siapa tau menginspirasi saat sy berperan sbg guru di sekolah 😊

πŸ‘€ Kita coba ambil contoh kasus yang saya berikan tadi: Ketika kita membawa anak2 ke alam (BBA), kita menemukan bahwa anak kita lebih tertarik dengan belalang diatas daun yang sedang kita tunjukkan karena warnanya yang menarik. Dengan fakta ini, merangsang anak untuk menemukan siapa yang menciptakan belalang jauh lebih efektif daripada mengambil obyek daun yang tidak menjadi pusat perhatiannya. Nah, tugas kita sebagai orangtua adalah menemani mereka dan mengobservasi keunikan anak2 kita agar dapat memberikan rangsangan yang paling tepat untuk menjadi energinya dalam menemukan Rabbnya dan peran peradaban yang telah Allah siapkan bagi mereka. ✅

πŸ‘© Bunda Rita: Tertarik sama belalang, kitanya keukeuh minta dia fokus ke daunπŸ˜…πŸ˜‚. Disini nih mulai subur konflik. Itu kenapa anak gagal fokus (menurut kita), dan mulailah proses melukai fitrah belajarnya yah. πŸ˜“

πŸ‘€ Betul bunda Rita, orangtua yang sudah terbiasa pada konsep Outside-In sering terjebak pada hal2 demikian πŸ™πŸΌ

❓Abah Fikri: Itu die pak, konflik dah... bisa anteng seharian itu mah. Nah brp lama qt berproses dg hal yang anak ingin tahu? Butuh batasan waktu kah? ato sampe anak tuntas dahaga keingintahuannya?

πŸ‘€ Pak Fikri, rasa ingin tahu adalah modal terbaik dari fitrah belajar setiap anak. Sebagaimana kita pahami bahwa anak2 di Indonesia lebih pintar menjawab daripada bertanya. Padahal banyak hal2 besar yang saat ini kita sebut sebagai sejarah monumental atau bahkan solusi terhebat dalam sejarah dimulai dari proses bertanya. Coba kita ingat kisah Nabi Ibrahim a.s. yang bertanya pada ibundanya tentang siapa yang menciptakannya, lalu bagaimana Nabi Ibrahim tetap bertanya dan bertanya pada dirinya tentang matahari, bulan, dan hal lain hingga menemukan Rabbnya. Untuk contoh aktual, coba kita bayangkan bagaimana hadirnya layanan Gojek yang fenomenal saat ini hadir dari sebuah pertanyaan sederhana: "bagaimana agar tukang2 ojek tidak banyak membuang2 waktu dipangkalan ojek dgn sia2?" Silahkan bayangkan hal2 bersejarah/fenomenal lain dan yakinlah bahwa semua itu selalu berangkat dari sebuah pertanyaan, dan pertanyaan, dan pertanyaan2 lainnya untuk merubah zaman dan menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya. ✅

❓Abah Fikri: Nah brp lama qt berproses dg hal yang anak ingin tahu? Butuh batasan waktu kah? ato sampe anak tuntas dahaga keingintahuannya?

πŸ‘€ Putri2 kami tidak pernah dibatasi rasa ingin tahunya, mereka dapat bertanya sepuasnya sampai mereka paham atau sampai mereka bosan πŸ˜„ karena sejak awal kami sudah mempraktekan Inside-Out maka kami tidak pernah menyebut anak kami gagal fokus atau tidak bisa berkonsentrasi atas dasar batasan waktu atau kerangka materi. Kami puaskan rasa ingin tahunya dengan menjawab pertanyaan, mengajaknya langsung ke obyek pertanyaan, atau bahkan memfasilitasinya untuk menemukan jawabannya melalui buku atau video2 pendukung yang relevan dengan rasa ingin tahunya. Alhamdulillah, dengan proses Inside-Out yang konsisten kami aplikasikan sejak dini, putri pertama kami, Raiqa (7 thn) sudah sangat senang belajar sendiri, melakukan eksplorasi dan eksperimen untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Bahkan Raiqa sangat aktif melahap berbagai buku yang menarik baginya. Raiqa sangat suka belajar dan membaca, bahkan Raiqa selalu membawa buku yang belum dituntaskannya kemana saja, dan mencoba memanfaatkan setiap waktu yang dia punya untuk membaca dan memuaskan rasa ingin tahunya tsb. Hal inilah yang disebut Ustadz Harry sebagai Fitrah Belajar. Dan ketika kita sudah menuntaskan tahapan ini dengan baik, maka anak akan secara otomatis suka belajar hingga akhir hayatnya. Tugas kita sebagai orangtua tinggal menemani dan memfasilitasi kebutuhan belajarnya. ✅

πŸ‘± Abah Fikri: Alhamdulillah waktu sudah menunjukkan pukul 22.10 sudah wktunya beristirahat. Sharing mlm ini qt cukupkan dl ya. Silakan jika ada penutup (smntr) u/ sharing qt mlm ini pak

πŸ‘€ Inside-Out adalah proses yang sejatinya kita mulai sejak lahir, dimulai saat kita berdialog dengan diri sendiri hingga berdialog dengan orang lain, bertanya tentang berbagai hal yang tidak kita mengerti untuk kemudian menemukan jawaban2 atas setiap sisi kehidupan, dalam sebuah pencarian akan Rabb semesta alam, sebuah pencarian akan jatidiri, dan sebuah pencarian akan peran kehidupan dalam setiap peradaban. Semoga kita tetap semangat dalam perjuangan kita sebagai arsitek peradaban yang dengan sabar dan optimis menemani setiap tahapan fitrah anak2 kita dalam mengarungi samudera kehidupannya menyambut peradaban yang akan datang πŸ‘πŸΌ Selamat beristirahat Ayah Bunda, mohon maaf lahir batin jika ada salah kata, yang benar dari Allah dan yang salah sudah pasti dari saya πŸ™πŸΌ Jazakumullah khairan katsiran atas pertanyaan dan partisipasinya. Wassalamu'alaikum wr wb.

πŸ‘± Abah Fikri: Baik qt tutup sj sharing qt mlm ini dg membaca hamdalah. Jazaakallah khair Pak Muqiet

⭐πŸŒ™πŸŒ⭐πŸŒ™πŸŒ⭐πŸŒ™πŸŒ⭐πŸŒ™πŸŒ⭐πŸŒ™πŸŒ


Sesi #2

 ✨ Resume Kulwaps Grup HEbAT Community Jabar Raya

πŸ“† Selasa, 24 Mei 2016
πŸ‘€ Narsum : Pak Abdul Muqiet
🎯 Coach Muqiet
🌏 coach.my.id
Host : Abah Fikri
Notulen: Aby

πŸ‘€ narasumber
❓pertanyaan
➡ tanggapan

πŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐

SESSION 2⃣ Inside Out

"Peran peradaban : Astronot πŸš€ atau Astronom πŸ”­"

Apa yang ada dalam pikiran kita ketika mendengar pertanyaan tersebut? Cita-cita?... Impian?... Atau mungkin Pekerjaan?... Mungkin sebagian kita justru bingung dengan maksud pertanyaan tersebut... Sebagai seorang coach, saya terbiasa mengajukan sebuah pertanyaan untuk mengajak coachee atau subyek untuk melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Dan itulah maksud dari pertanyaan tersebut, mengajak kita semua untuk melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Dalam kesempatan ini saya juga ingin mengajak ibu-ibu semua untuk melihat sebuah hal dari sisi yang berbeda. Masih lekat dibenak kita bagaimana jawaban-jawaban yang kita lontarkan saat kecil dulu ketika ada seseorang yang bertanya tentang apa cita-cita kita ketika besar nanti. Mungkin sebagian besar kita pernah menjawab dengan berbagai jenis profesi sebagai berikut; tentara, dokter, guru, dan lainnya. Begitu banyak jawaban dari anak-anak yang mungkin akan berkaitan dengan profesi, pekerjaan, atau peran dalam masyarakat, namun kali ini saya akan menyederhanakan pertanyaan terbuka tersebut menjadi pertanyaan tertutup yang spesifik: Astronom atau Astronot? Apa maksudnya, apa bedanya, dan apa kaitannya dengan peran spesifik setiap orang dalam membangun peradaban? Insya Allah ini akan menjadi bahan renungan awal diskusi kita bersama di grup ini πŸ™

❓Tanya Jawab ❓

πŸ‘€ Pengantar kali ini justru saya yang akan bertanya (gantian) 😊 "Siapa yang tahu apa bedanya Astronot dan Astronom?" ✅

Perbedaan mendasar dari kedua hal tersebut adalah bagaimana mereka akan menjalani peran mereka. Kita akan simulasikan jawabannya dengan obyek bulan sebagai benda langit terdekat dengan bumi kita saat ini. Seorang astronot adalah mereka yang terbang ke bulan dan sangat bersemangat dalam melakukan segala persiapan misi mereka ke bulan, baik persiapan fisik, psikis, dan juga mempelajari teori dan hipotesa yang ada. Seorang astronom adalah mereka yang melihat bulan melalui teleskop, mempelajarinya, mengumpulkan data-data, membangun teori dan hipotesa, serta mengumpulkannya dalam sebuah modul yang akan menjadi pedoman bagi astronot dalam menunaikan misinya. Dari penjelasan sederhana tersebut, adakah yang dapat menangkap benang merah dari judul diskusi kita? 😊 ✅

Ternyata pertanyaan sederhana itu bisa memperluas spektrum diskusi kita ya πŸ˜ŠπŸ‘πŸΌ Karena sebenarnya, kedua peran itu sama pentingnya dalam sebuah misi ke bulan (tujuan yang jelas, sama, dan spesifik), dalam konteks kehidupan, kita menyadari bahwa seseorang juga harus memilih peran yang akan mereka lakukan, sebagaimana seseorang dalam sebuah tim dan misi yang spesifik harus memilih apakah akan menjadi Astronom atau Astronot. Tapi dalam konteks parenting, pernahkah terpikirkan bahwa pertanyaan sederhana tersebut memiliki implikasi yang cukup luas bagi masa depan anak-anak kita kelak? Jika kita dihadapkan pada pilihan tertutup seperti itu untuk anak kita, apa pilihan yang akan kita ambil? Apa dasar pertimbangannya? Lalu langkah apa yang akan kita tempuh untuk berikhtiar mewujudkannya? Semua ini adalah pertanyaan lanjutan yang akan memenuhi kepala kita dalam menyikapi pilihan tersebut. Jawaban kita akan menentukan jalan mereka dalam mempersiapkan peran mereka dalam kehidupan, bahkan mungkin menentukan sebagian besar dari kehidupan anak itu sendiri, karena apa yang akan mereka tempuh dalam kehidupannya sangat tergantung dari jawaban orangtua terhadap pertanyaan sederhana tersebut. Paling tidak itulah wilayah ikhtiar kita dalam mengemban tugas sebagai orangtua untuk memberikan bekal terbaik bagi anak-anak kita. Bagaimanapun baiknya perencanaan kita akan masa depan anak kita, sebagus apapun imajinasi kita akan peran anak kita dalam peradaban, semua keputusan tetap berada dalam wilayah Allah Ta'ala. Disinilah kaitan diskusi Inside Out kmrn dengan bahasan Astronot dan Astronom kali ini 😊 ✅

❓Bunda Rima: Jadi mana sebaiknya yg kita pilih. Jadi astronot, atau astronom saja?

πŸ‘€ Abdul Muqiet:
 Bunda Rima, jawaban terbaik untuk pertanyaan seperti ini justru ada pada keunikan anak kita masing2. Bukan pada kehendak kita sebagai orangtua. Karena Allah telah menciptakan manusia dengan keunikannya masing2 untuk peran2 peradaban mereka di muka bumi. Tugas kita adalah menemani mereka dalam menemukan keunikannya masing2 dan mempersiapkan peran2 peradabannya. ✅

❓Bunda Artri: Bukan sekedar memilih peran ya Pak?.. tp mana yg lebih baik?..

πŸ‘³ Abdul Muqiet: Bunda Artri, bukan hanya yang lebih baik saja bunda, tapi sebaiknya juga sesuai dengan keunikan anak kita masing2. ✅

➡ Ayah Irawan: Yg penting mrk turut berperan dlm membangun peradaban. Semuanya penting sy kira. 😊
Bukan hanya jd penonton...😊

πŸ‘€ Abdul Muqiet:
 Tepat Ayah Irawan. Setiap peran yang sesuai dengan keunikannya insya Allah akan dijalani dengan 4E dan akan menjadi sama2 penting dalam konteks membangun peradaban dengan kesadaran tinggi dalam beramal, berkarya, dan bergerak maju untuk selalu lebih baik dari hari kemarin. ✅

➡ Bunda Rita: Yang paling cocok dan paling maslahat untuk pribadi dan ummat. Gitu mungkin☺

πŸ‘€ Abdul Muqiet:
 Betul bunda Rita. Bisa belum tentu bakat. Semua orang bisa menulis tapi tidak semua berbakat menulis. Disinilah pentingnya kita menemukan keunikan anak2 kita agar mereka dapat menemukan peran yang paling tepat dan bermanfaat, tidak hanya bagi diri dan keluarganya, tapi juga bagi umat dan agamanya. ✅

❓Abah Fikri: Sejauh mana qt mengarahkan dan menemani anak2 dg segala keunikannya dlm proses menemukan peradaban nya?

πŸ‘€ Abdul Muqiet: Pak Fikri, peran kita sebagai orangtua adalah menemani mereka dalam proses belajar dgn konsep inside out, lalu memetakan setiap keunikannya, memperkaya wawasannya, dan memfasilitasi mereka utk merasakan berbagai peran berbeda (tour de talent berdasarkan hasil pengamatan kita sbg orangtua) hingga akhirnya mereka menemukan pilihan mereka yg paling sesuai dengan keunikannya tersebut. ✅

❓Bunda Artri: Pak Muqiet, mjd astronot atau astronom, itu pertanyaan untuk anak kita ya?..Objek sama, tp peran berbeda..

πŸ‘€ Abdul Muqiet:
 Bunda Artri tepat sekali πŸ‘πŸΌ dalam beberapa materi yg saya berikan dalam seminar atau training saya juga menggunakan istilah Panglima atau Ulama. Dua peran yang berbeda untuk satu tujuan yang sama. Insya Allah akan kita bedah lebih lanjut nanti soal Panglima atau Ulama ini πŸ˜ŠπŸ‘πŸΌ Ayah Irawan sudah menangkap esensi dan kaitannya Inside Out dengan bahasan malam ini πŸ˜ŠπŸ‘πŸΌ ✅

πŸ‘€ Abdul Muqiet: Tidak ada yang salah jika kita sebagai orangtua mempunyai harapan akan peran atau profesi anak2 kita kelak, namun akan menjadi salah jika kemudian kita memaksakan harapan tersebut agar menjadi kenyataan tanpa memperhatikan apalagi peduli dengan keunikan anak2 kita masing2. Hal inilah yang menjadi alasan banyak orangtua menjejali anak2nya dengan berbagai kursus2 atau pelajaran tambahan untuk mengurangi kekhawatiran orangtua jika anaknya tidak bisa memenuhi tuntutan pendidikan dan profesinya kelak. Padahal disinilah kesalahan pertama orangtua dalam mencederai fitrah anak2 yang seharusnya kita rawat dan fasilitasi agar menemukan peran peradaban sejati mereka di muka bumi. ✅

❓Bunda Rita: Jadi astronot atau astronom sama pentingnya yah dalam misi.

Artinya begitulah saat anak" kita idealnya menjalankan misi hidupnya. Seperti itu ya?

➡ Ayah Irawan: Sptnya begitu, bunda Rita. Every one counts... πŸ‘πŸ˜Š

πŸ‘€ Abdul Muqiet: Betul bunda Rita. Astronot dan Astronom adalah 2 peran yang sama2 penting dalam misi ke bulan. Begitu juga dengan Panglima dan Ulama, 2 peran yang juga sangat penting dalam misi penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Bagaimanapun setiap kita harus memilih apakah peran kita, tidak semua bisa dan berbakat menjadi Panglima, sebagaimana tidak semua juga mampu dan berkharisma untuk menjadi Ulama. Setiap peran mempunyai dasar keunikan masing2 agar dapat menjalankan perannya tersebut dengan maksimal. ✅

❓bunda Artri: Pak, dlm kaitan nya dgn inside out.. orang tua 'hanya' berperan menemani.. dlm segala fitrah ya Pak?.. tdk hanya dlm hal bakat?

πŸ‘€ Abdul Muqiet: Bunda Artri, analogi yang lebih mudah kita pahami dalam konteks ini adalah seperti kita merawat tanaman. Ketika kita diamanahi tanaman buah tomat, maka tugas kita adalah merawatnya sebaik mungkin dengan menyiraminya dan memberinya pupuk yang tepat, bukan justru berusaha menjadikannya tanaman lain seperti kentang atau labu. Disinilah pentingnya kita memahami bahwa setiap anak dilahirkan dengan keunikannya masing2 yg akan menjadi modal bagi mereka dlm menjalani peran peradabannya dimasa depan. ✅

➡ Bunda Artri: Iya Pak.. terkadang suka berfikir mengkotak kotak kan... padahal peran tsb adalah misi.. misi, yg membawa kehadiran seseorang di dunia..
mencakup di dalam nya semua benih (fitrah). Seperti itu mungkin ya Pak? Berarti peran yg lain yaa... pasti ada. Rasanya ini sdh masuk ranah tazkiyatun nafs juga. Turun.. ada kemungkinan pelencengan.

Abdul Muqiet: Betul bunda Artri πŸ‘πŸΌ✅

❓Abah Fikri:
Lalu peran sbg coach dan partner dlm inside out bagaimana?

πŸ‘€ Abdul Muqiet: Pak Fikri, sebagai coach, tugas kita adalah menemani mereka menemukan raksasa dalam dirinya, yaitu sesuatu yang membuatnya sangat percaya diri bahwa mereka akan menjadi hebat dalam berbuat (berkarya) dan memberi manfaat bagi umat. Anak2 kita adalah bintangnya, merekalah tokoh utama dalam kehidupan mereka, bukan kita. Saya coba analogikan lagi dengan seorang Mike Tyson (petinju) dan pelatihnya (coach). Seorang coach adalah seseorang yang dapat melihat blind spot sang petinju dan memberi saran2 berdasarkan ilmu, teori, bahkan pengalamannya agar Mike Tyson dapat menemukan gaya terbaiknya dalam bertanding di ring. Tanpa bermaksud mempromosikan olahraga kekerasan πŸ™πŸΌ saya hanya ingin Ayah Bunda dapat dengan mudah melihat kaitan antara peran kita sebagai orangtua (coach) dengan peran anak2 kita sebagai bintang atau tokoh utama dari kehidupannya berdasarkan keunikan/kelebihannya masing2. Buktinya sampai sekarang kita hanya mengenal Mike Tyson tapi tidak banyak yang tahu siapa pelatihnya 😊 ✅

➡ bunda Rita: Jadi pingin nangis kulwap kali ini. Daleeem rasanya. 😞 Panglima aja butuh pandai besi. Strategi perang tetep butuh senjata. Muhasabah...taubat. sebelum lanjut bikin program.

Abdul Muqiet: Betul Bunda Rita πŸ‘πŸΌ✅

❓Abah Fikri: Nah meski peran nya bagian nyiapin seragam astronot & astronom nya Maksd sy astronom & astronot kan peran yg tampak ya, dan tentu qt (ortu) bharap anak2 qt pny peran itu. Tp ada peran2 kecil yg menunjang kesuksesan misi hidup.dan itu jg perlu disampaikan k anak2 pak? Spt yg disampaikan ayah irawan td " Bukan hrs jd apa, Tp seberapa besar peran yg akan mrk ambil. Kita Sbg ortunya, berperan mengantarkan mrk Sbg pelaku2 yg turut membangun peradaban"

πŸ‘€ Abdul Muqiet :
 Betul pak Fikri, selama ini memang kita hanya fokus pada peran2 yang tampak mengkilat saja. Padahal seorang tukang cukur pun perlu peran tukang cukur lain untuk mencukur rambutnya. Contoh lain adalah peran seorang tukang sampah yang biasa mengambil sampah rumah kita. Kita baru merasakan kehilangan peran mereka saat mereka mudik lebaran. Begitu juga dengan asisten rumah tangga, dan berbagai peran/profesi lainnya yang sering kita lihat sebelah mata. Nyatanya kita sangat merasakan manfaat dari peran mereka walaupun masih banyak yang meremehkannya krn terbiasa fokus pada peran2 mentereng yg populer, padahal kita harus yakin bahwa Allah menciptakan semua dengan sempurna, termasuk pembagian peran2 kehidupan bagi setiap manusia yang ada di dunia. Disinilah pentingnya kita berprasangka baik terhadap berbagai peran dan profesi yang ada di dunia 😊 ✅

❓Abah Fikri: Pak, sejak kapan peran anak2 itu harus qt gelorakan k anak2?

πŸ‘€ Abdul Muqiet:
Pak Fikri, sebaiknya kita sudah membangun kedekatan pada anak sedini mungkin, sehingga kita dapat terlibat lebih jauh dan menyenangkan dalam imajinasi2 anak melalui permainan peran/role play dalam kesehariannya. Anak saya sejak kecil sudah senang bermain peran, seperti dokter2an, guru2an, sampai kuda2an (pasti Ayah Bunda tahu lah ya siapa kudanya) 😊 Disinilah peran kita sebagai orangtua untuk sedini mungkin mengamati, mencatat, memetakan, hingga merencanakan kurikulum personal terbaik untuk mereka sesuai keunikannya masing2.

πŸ’ŽπŸ’ŽπŸ’Žpenutup πŸ’ŽπŸ’ŽπŸ’Ž

πŸ‘€ Abdul Muqiet: Sebagai penutup diskusi kita malam ini tentang pertanyaan sederhana, Astronot atau Astronom, dan apa yang penting untuk kita pahami tentang pertanyaan dibaliknya, berikut adalah gambaran tentang keunikan anak dan kaitannya dengan potensi bakat serta peran2 peradaban yang akan dipilihnya dimasa depan... Seorang anak yang suka berpetualang, tidak akan betah atau nyaman menjalani profesi atau peran sebagai astronom yang hanya melihat bulan dari layar teleskop (tidak dapat menyentuh/menginjakkan kakinya disana). Apalagi untuk meneliti, mengumpulkan data, bahkan membangun hipotesa. Bisa jadi peran ini menjadi beban baginya, yang akhirnya akan berdampak pada performa personal bahkan pada keselamatan dan kesuksesan misi secara keseluruhan. Sebaliknya, seorang anak yang suka meneliti, mengumpulkan data, dan membangun hipotesa, tidak akan nyaman jika harus terjun ke lapangan yang penuh dengan resiko, tantangan, dan masalah yang menanti. Semua ini menjadi variabel tidak terduga dari sisi seorang peneliti dan merupakan hal yang mestinya di eliminir melalui berbagi teori dan hipotesa. Peran2 yg menuntut konsentrasi, ketelitian, dan kedalaman pehaman ini tentu tidak akan dapat dengan mudah mereka lakukan jika mereka juga harus berjuang dan bertahan hidup di angkasa luar tanpa oksigen, terbungkus baju astronot yang membuatnya sulit bergerak dengan segala resikonya berada ratusan kilometer dari permukaan bumi... Disinilah pentingnya kita sebagai orangtua sedini mungkin mengamati, mencatat, dan memahami keunikan anak2 kita untuk kemudian menemukan potensi bakatnya adalah melalui observasi akan minatnya terhadap berbagai hal dalam kehidupan. Sebuah minat dapat dikatakan sebagai potensi bakat ketika dia menemukan 4E ketika melakukan hal tersebut:
1. Enjoy (membuat lupa waktu)
2. Easy (tidak perlu bersusah payah)
3. Excellent (hasilnya sempurna bagi mayoritas orang yang menilainya)
4. Earn (menghasilkan sesuatu darinya) Ketika minat2 yang kita observasi memenuhi kriteria tersebut, kita dapat menyebutnya sebagai potensi bakat anak kita untuk peran peradabannya. Dan metode terbaik untuk menemukan potensi bakat tsb adalah metode belajar Inside Out yang hanya bisa kita terapkan secara optimal melalui pemahaman yang utuh dari orangtua akan konsep Inside Out dan juga pengamatan yang tercatat dengan baik akan keunikan anak2nya. Semoga hal ini dapat memberi gambaran yang lebih utuh akan kaitan Inside Out dan Peran Peradaban anak2 kita dimasa depan ya Ayah Bunda πŸ™πŸΌ ✅

"Peradaban adalah pekerjaan yang terlalu besar untuk dikerjakan sendirian!" Semoga kita tetap semangat dalam perjuangan kita sebagai arsitek peradaban yang dengan sabar dan optimis menemani setiap tahapan fitrah anak2 kita dalam mengarungi samudera kehidupannya menyambut peradaban yang akan datang πŸ‘πŸΌ Selamat beristirahat Ayah Bunda, mohon maaf lahir batin jika ada salah kata, yang benar dari Allah dan yang salah sudah pasti dari saya πŸ™πŸΌ Jazakumullah khairan katsiran atas pertanyaan dan partisipasinya. Wassalamu'alaikum wr wb πŸ™πŸΌ

πŸ‘€ Abah Fikri: Jazaakallah pak muqiet atas sharing dan berbagai inspirasinya mlm ini. Juga untuk ayah bunda hebat yg telah bersedia meluangkan waktu untuk menyimak sharing malam ini. Akhirnya sy undur diri juga ya ayah bunda. Sampai jumpeeu next session Mhn maaf atas segala kekurangan.
Kita tutup dg membaca hamdalah

 Wassalamualaikum warahmatullah wabarakaatuh

πŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐πŸŒπŸŒ™⭐

#HEbAT
#HEbATJabar
#HEbATCommunity
#HomeEducation
#FitrahBasedEducation

.