Assalamu'alaikum.... Selamat datang...

Minggu, 12 Februari 2012

Pakar Otak Nyatakan Televisi dan Game Merusak Anak

Pagi tadi jam 10.00-12.00 diselenggarakan kajian Triwulanan Oleh Remaja Islam Masjid Al Jihad (Risalah) Kranggan Permai Jatisampurna, dengan pembicara Dr. Gunawan Bambang Dwiyanto. Beruntung banget bisa ikut menyimak kajian langsung dari beliau. Banyak hal yang saya dapatkan terkait pengetahuan tentang otak manusia dan kinerjanya. Karena alat rekam saya hanya berupa pulpen dan buku, rasanya terlalu sedikit yang bisa saya catat dari materi yang beliau sampaikan.

Sepulang dari kajian, saya sempatkan untuk melacak jejak beliau di internet. Dan alhamdulillah.... saya dapati artikel berikut dari http://www.korankaltim.co.id/read/news/2011/9041/kontak.html yang sebelas duabelas dengan apa yang beliau paparkan di kajian tadi. Buat para orangtua, termasuk saya juga harus bekerja keras untuk hal ini, ini warning kelas Awas! yang harus mendapat perhatian ekstra jika anak-anak kita ingin selamat dari gangguan otak yang sedang menggejala di era IT saat ini. Be ware, Mom, Dad....

Pakar Otak Nyatakan Televisi dan Game Merusak Anak



80 Persen Anak Indonesia Berfikiran Negatif

KEPALA Sub Bidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Intelegensia Anak Pusat Intelegensia Kesehatan (PIK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yakni DR Gunawan Bambang Dwiyanto pada Minggu lalu memberi kuliah umum pada Latihan Kader Amanat Dasar (LKAD) digelar DPW PAN Kaltim. Kuliah umum dihadiri sejumlah dosen ini dinilai penting karena pakar otak yang telah diakui dunia international ini melontarkan pernyataan mengejutkan bahwa 80 persen anak Indonesia berpikiran negatif. Sebab selain kekurangan gizi juga orang tua salah dalam mendidik anak. Sehingga 80 persen orang Indonesia otak depannya belum berkembang.

“Karena orang Indonesia otak depannya kurang berkembang sehingga sering emosional, gam-pang marah dan omongannya sela-lu miskin dan bodoh. Kondisi ini sudah diketahui bangsa lain. Indo-nesia sengaja mentalnya dirusak oleh bangsa lain,” jelas Gunawan yang pernah menggugurkan tujuh calon hakim agung RI ini.


Ditegaskan pula di Jepang anak usia 0-5 tahun tak boleh menonton televisi dengan mengeluarkan aturan pelarangannya. Sebab berdasarkan hasil penelitian anak pada usia perkembangan 0-5 tahun itu jika nonton televisi dan bermain game atau play station akan meru-sak otak anak termasuk berkun-jung ke mal. “Bermain game atau play station merusak anak. Karena akan membuat anak berpikir menang dan kalah. Silakan teliti sendiri jika anak kalah bermain ia selalu marah dan kerap berantem dengan orang lain,” jelasnya.

Jika anak kerap dibawa ke mal membuatnya sering menggunakan otak belakang untuk melihat sesuatu. Sehingga otak kiri dan kanan tak bisa berkembang. Dije-laskan pula perkembangan otak kiri dan kanan perlu dilakukan dengan sering melakukan gerakan motorik. Karena otak kiri mengatur cara berpikir logis, kemampuan kognitif dan menganalisis yang memung-kinkan seseorang mempelajari bahasa dan matematika. “Otak kiri terkait dengan logika, pemikiran, nyata, berhitung, bahasa, menulis, ilmiah, simbolik, abstrak, merinci, berurutan, memperhitungkan waktu dan detail. Sedangkan otak kanan menghasilkan pikiran kreatif dan artistik seperti emosi, musik dan intuisi, holistik, analogik, kon-struksi, prosodi, lagu, bahasa, mengenali gambar, menggambar, fantasi, acak, tak memperhitung-kan waktu, menggunakan perasaan, konkret dan seni,” bebernya.

Menurutnya jika ada seseorang kerjanya selalu memfitnah, bergunjing dan berfikiran negatif maka orang yang mempunyai sifat seperti ini otaknya bisa rusak. Dari hasil penelitian dilakukannya sela-ma empat tahun terakhir ternyata 80 persen orang Indonesia selalu berpikir negatif. Karena 80 persen otak kiri dan kanannya tak berkembang kecuali otak belakang. Itu sebabnya Gunawan mengusulkan agar Pemkot Samarinda atau Pemprov Kaltim membangun area layak anak.

Ia juga mengembangkan konsep brain yakni ilmu mengajarkan tentang pikiran manusia dan bagaimana memberdayakannya. Dengan brain maka pikiran sadar dan bawah sadar, otak kiri dan kanan serta hati, niat seseoarng bisa memunculkan kekuatan raga, alam dan Ilahi. Beberapa penjabarannya seperti menolak informasi negatif secara otomatis, super-brain memory, menyembuhkan diri sendiri, membaca secara kilat, meraih mimpi efek dari kekuatan pikiran (tak selalu magic atau kekuatan alam). “Negara maju sudah memakai konsep ini. Negara yang hebat itu memiliki brain yang baik, punya kapasitas dan kepribadian baik, memiliki keahlian, bangsa yang memiliki konsep mengenal diri yang baik dan bangsa mempunya cara berfikir yang baik,” jelasnya.

Gunawan yang mewakili Indonesia di forum pertemuan dunia pakar otak, pakar jiwa, reproduksi anak dan kebidanan, ahli pendidikan serta budaya lintas bangsa ini menjelaskan Indonesia memiliki konsep manusia unggul dimulai sejak anak dalam kandungan umur 5 bulan. Setelah lahir akan distimulasi pada masa golden age period yakni umur 2-5 tahun. Kalau itu tak ditangani maka bangsa Indonesia akan sulit berkembang. Menurutnya kalau otak baru dirangsang setelah umur 5 tahun itu sudah terlambat. “Nanti yang muncul kita akan banyak mengekspor tenaga-tenaga kerja seperti TKW. Kita ini bukannya mengekspor manager atau leader tapi kita mengekspor pembantu rumah tangga dan budak ke luar negeri,” ucapnya.

Menurut Gunawan faktor nutrisi merupakan salah satu hambatan utama dalam perkembangan otak depan anak terutama di daerah tertinggal. Bagian otak tersebut merupakan pusat berpikir jika tak berkembang maka kemampuan belajar anak tak akan maksimal.
Adiksi atau kecanduan pornografi juga besar pengaruhnya. Sebab kondisi tersebut akan membuat otak tengah lebih aktif dibanding otak lainnya. Aktivitas otak tengah menghadirkan rasa senang jika berlebihan maka akan menghambat bagian lain termasuk otak depan. Dampaknya anak yang kecanduan pornografi dan kurang nutrisi cenderung terhambat kecerdasan intelektual maupun emosionalnya. Selain jadi malas belajar anak-anak itu cenderung akan tumbuh menjadi lebih agresif dan kurang berpikir positif. “Penelitian yang pernah kami lakukan pada 3 ribu anak Indonesia usia SD hingga SMP menunjukkan 80 persen berpotensi berpikir negatif saat dewasa nanti,” ujar Gunawan. (suarno)

Nah lo.... PR buat kita semua para orangtua, ya....

Tidak ada komentar:

.