Bulan Desember memiliki satu hari yang menjadi begitu spesial bagi para wanita. Tanggal 22 Desember tepatnya, hampir di seluruh penjuru dunia mengkhususkan hari itu sebagai Harinya para Ibu (Mother’s Day). Berbagai ungkapan rasa ditumpahkan sebagai apresiasi kepada sosok ‘ibu’. Semua orang tahu, bahwa tiadalah akan hadir di dunia ini seorang anak manusia, tanpa hadirnya seorang ibu.
Begitu pula di Madrasah Ibtidaiyah Alam Robbani yang berada di Jatisampurna Bekasi. Menjelang Hari Ibu, berbagai persiapan dilakukan. Setelah para siswa selesai melaksanakan Ulangan Akhir Semester I, mereka dibimbing para guru untuk membuat sebuah karya yang akan dipersembahkan kepada ibunya masing-masing. Puisi adalah media yang dipilih untuk mengungkapkan segala rasa cinta dan terima kasih mereka atas apa yang telah ibu berikan selama ini.
Namun, ada seorang siswi yang terlihat agak berbeda. Ketika gurunya menstimulasi di depan kelas dan memberikan contoh kartu ucapan berisi puisi, ia terlihat galau. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal di relung hatinya yang paling dalam.
Seketika, sang guru teringat akan rentetan kisah yang dialami oleh siswi ini yang memang telah ditinggal pergi oleh sang ibu di kampung halamannya tanpa siapa-siapa. Bahkan ia harus mengasuh kedua adiknya yang masih kecil. Untuk makan dan kebutuhan sehari-harinya, ia mengandalkan uluran tangan para tetangga yang berbaik hati padanya, sementara sang ayah berjibaku di kota metropolitan untuk mencari nafkah.
Baru beberapa bulan terakhir ia dijemput sang ayah untuk berkumpul kembali merangkai hari-hari di kota metropolitan ini, tanpa hadirnya seorang ibu yang pergi entah kemana. Lantas, sang guru mencoba memberikan peluang untuknya dengan berkata,
“OK, mungkin di antara kalian ada sosok lain yang begitu kalian cintai, begitu berjasa dan besar pengaruhnya dalam kehidupan kalian, silahkan saja. Mungkin sosok itu adalah ayah, nenek, kakek, atau siapapun. Silahkan ungkapkan perasaan kalian dalam bentuk puisi, ya!”
Begitu mendapat peluang yang lebih lebar tanpa sekat, siswi tersebut pun akhirnya mulai menuliskan bait demi bait puisinya. Dan ketika semua karya telah selesai dan dikumpulkan kepada guru, satu demi satu siswa keluar kelas untuk bermain di halaman sekolah. Saat itulah sang guru membuka karya siswi tadi.
Ternyata tebakan guru ini benar, siswi yang terlihat galau ketika diminta membuat puisi untuk sang ibu, justru merangkai kata-kata indah yang ditujukan kepada ayahnya. Inilah hasil karyanya:
Ayah
Karya Khansa Suprantoko
Ayah, aku ingin kau tahu
Bahwa aku menyayangimu selalu
Aku tak ingin terpisah darimu
Dan aku tak ingin dirimu tinggalkanku
Sejak kau pergi meninggalkanku
Aku merasa sepi
Dan aku merasa kehilanganmu
Aku tak ingin kehilanganmu
Aku sayang padamu
Aku tahu kalau kau tak bisa kehilangan aku
Aku tak ingin tinggalkanmu
Dan kau pasti tak akan lagi tinggalkanku
Ayah, I love you
Ayahku tercinta
Sebuah karya yang benar-benar merupakan luapan rasa yang terpendam dalam hati. Menurut kami, ini luar biasa. Pada saat pertemuan guru dilakukan, puisi ini diedarkan dan satu demi satu para guru membacanya. Berbagai ekspresi terlihat sebagai reaksi terhadap sebuah karya spontan seorang siswi kelas 4 MI. Mulai dari raut wajah haru, sendu, bahkan beberapa guru wanita tak kuasa menahan tetesan air matanya.
Khansa, seorang siswi yang baru hampir dua bulan belajar di MI Alam Robbani, di akhir semester gasal, yang terlihat kerepotan mengikuti ritme belajar yang ternyata sudah sangat jauh melesat dibanding ketika ia belajar di kampung halamannya, ternyata menyimpan potensi kecerdasan linguistik yang luar biasa. Sebagai wujud apresiasi dari para guru, karyanya akan ditampilkan pada saat acara “Pentas Seni” pada bulan Januari 2012 mendatang.
Selamat datang Khansa, welcome to this school. Selamat bergabung bersama para siswa yang juga hebat-hebat sepertimu.
Dan kepada para ibu, Selamat Hari Ibu.....
Lihatlah.... betapa sesungguhnya mereka, anak-anakmu, membutuhkan kehadiran dan kasih sayangmu.
===arin’s diary===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar