Assalamu'alaikum.... Selamat datang...

Selasa, 29 Oktober 2013

Buku Smart Funrenting GRATIS, mau?

Dear Parents.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menjalani profesi sebagai orangtua memang tidak bisa serta merta dikatakan 'mudah'. Jika yang dijalankan hanya sekedar membesarkan anak, mungkin tidaklah terlalu sulit. Karena lazimnya manusia, sekedar makan saja sudah cukup untuk membuatnya tumbuh menjadi besar dari tahun ke tahun. Namun, sebagai orangtua kita diberikan amanah yang cukup besar, yaitu perlunya memberikan pendidikan yang dilakukan dalam dekapan pengasuhan yang baik dan benar, sehingga diharapkan kelak anak-anak itu akan tumbuh, tidak hanya membesar secara fisiknya, menjadi pribadi yang sholeh secara akhlak, sehat secara fisik, dan cerdas pola pikirnya.

Pada proses pendidikan dan pengasuhan anak, dikenal istilah yang bernama 'modeling'. Dalam hal ini, model yang dimaksud bukanlah seseorang yang lenggak-lenggok memperagakan busana di atas catwalk, namun seseorang yang setiap harinya memperagakan dan mencontohkan beragam perilaku dan perbuatan, maupun perkataan yang akan ditiru, dicontoh, dicopy oleh seorang anak dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Bahkan, menurut The Parent Practise, 80% of parenting is modeling. Pertanyaannya adalah, sebagai orangtua, sudahkah kita menjadi model (contoh) yang baik buat anak-anak? Simpel, tapi kompleks. 

Untuk dapat menjadi model yang baik, pastinya orangtua juga perlu menentukan model macam apa yang kiranya akan dijadikan panutan si anak. Sebagai seorang muslim, tak ada contoh, model atau teladan yang melebihi kebaikan dan kesempurnaan model selain dari Rasulullah Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Namun yang terjadi, di era millenium ini, sering dengan munculnya idola-idola baru yang dicetak secara instan dan masif oleh media, membuat kita seolah tergiring dan terhanyut untuk mengikuti apa yang media berikan. Kita mungkin beranggapan wajar ketika anak-anak mulai membicarakan artis A, B, C dan artis lain yang setiap hari muncul di TV. 

Dari yang sekedar meniru gaya rambut, mengikuti cara bicara, meniru gerakan-gerakannya, hingga pola pikir yang bercita-cita ingin menjadi seperti mereka. Sadarkah kita, bahwa pola-pola duplikasi yang mereka lakukan ini adalah akibat seringnya mereka melihat dan  mendengar tingkah polah si artis melalui berbagai media yang mereka (dan mungkin juga kita) konsumsi. TV, radio, internet, tabloid, koran, majalah, dan berbagai macam bentuk media lainnya yang terpampang mengepung kehidupan kita sehari-hari. Itu semua memperkuat pengaruh si artis dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku para fansnya. Inilah kekuatan pengaruh "model", "panutan", "idola". Akankah kita biarkan saja mereka hanyut dalam arus pop yang menyeret anak-anak (dan bisa jadi kita) kepada budaya yang semakin jauh dari nilai-nilai Islami? Na'udzubillahi min dzalik. STOP it!! Atau menyesal kemudian!!

Dalam rangka berupaya membentengi diri dan anak-anak dari gempuran arus budaya pop yang semakin gencar ini, marilah kita kembali kepada uswah khasanah, teladan terbaik, yang telah Allah berikan kepada ummat manusia, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah:
  • “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Q.S. Al-Ahzab : 21).
  • “(yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Surat Al-A’raf ayat: 157).
Tak ada seorang pun di dunia ini yang ingin merugi. Tapi tanpa sadar seringkali menempuh jalan yang kurang tepat, sehingga keberuntungan yang Allah janjikan hanya menjadi angan-angan semata. Demi menghindari hal tersebut, ummat muslim berbondong-bondong mengkaji, menyusuri, menelaah kisah hidup Sang Nabi demi bisa mengikuti jejaknya. Dimana saat ini telah banyak buku atau kitab sirah nabawiyah yang beredar di pasaran. Namun, yang pemaparannya memudahkan untuk anak dan penjabarannya dilakukan secara mendetail, masih belum banyak. 

Untuk itu, sebuah penerbit bernama Rumah Pensil mempersembahkan sebuah rangkaian kisah-kisah Nabi Muhammad saw dalam buku yang berjudul "Rasul Tersayang" karya Kak Eka Wardhana yang dirancang dengan tampilan full ilustrasi, full colour, full kisah inspiratif, yang membuat kita para pembacanya dapat lebih mudah menangkap esensi dan pesan dari kisah-kisah yang disajikan. Sehingga dengan demikian, diharapkan kita dapat lebih mudah mengikuti dan mencontoh akhlak Sang Rasul, sebagai bekal dalam mendidik dan mengasuh anak-anak kita. Bahkan, jika anak-anak ikut membacanya, mereka akan mendapatkan sensasi bacaan yang luar biasa. Karena dari ilustrasi yang terpampang di hadapannya akan memicu rasa ingin tahu yang sangat baik jika dikembangkan sejak dini.


Berikut pengantar yang disampaikan oleh penulis buku "Rasul Tersayang", yaitu Kak Eka Wardhana:

Ayah dan Bunda, jelas sudah, krisis yang melanda kaum muslimin masa kini berasal dari hilangnya panutan dari hati. Seorang panutan yang bisa menginspirasi dan menunjukkan jalan, seorang panutan yang ideal tapi begitu real sehingga tidak sulit untuk ditiru. Seorang panutan yang tercatat begitu lengkap sejarah hidupnya sehingga kita bisa tahu bahkan sampai ke bagaimana dia melakukan makan dan tidur. Dialah Ayah dan Bunda, yang pasti akan bisa membangkitkan semangat setiap keluarga muslim untuk berprestasi. Dialah, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam.

Membaca kisah Rasulullah Muhammad SAW akan membuat kita sadar, betapa berharganya memiliki Beliau sebagai panutan. Sungguh, hanya umat Islam sajalah yang memiliki sosok yang bisa meledakkan inspirasi dengan begitu luar biasa ini. Jangankan mendapatkan inspirasi spiritual, dimana nabi mereka dikuburkan saja, ummat selain Islam tak pernah tahu. Sebaliknya dengan umat Islam, mulai dimana makam Nabi mereka sampai bagaimana Nabi mereka hidup, umat Islam tahu. Sungguh, kelebihan yang seharusnya patut disyukuri. 

Ayah dan Bunda, bayangkan betapa besarnya perbedaan antara anak yang dari kecil telah dimotivasi dengan kehidupan Rasulullah Muhammad, dengan anak yang tidak pernah mengenalnya. Hal ini disadari benar oleh generasi muslim pertama, generasi para sahabat Nabi SAW. Salah seorang dari mereka, Sa'ad bin Abi Waqqash ra berkata, "Kami mengajar anak-anak kami sejarah hidup Rasulullah SAW, seperti kami mengajarkan kepada mereka surah dari Al Qur'an." 
Kata-kata Sa'ad tidak bisa dipandang ringan, sebab dialah orang yang begitu terinspirasi kehidupan Rasulullah SAW sehingga mampu menakhlukkan Kekaisaran Persia, super power dunia waktu itu.

Namun, kesalahan sebagian besar kita yang hidup di masa kini tidak hanya berupa lupanya kita tentang betapa pentingnya mengajarkan kisah Rasulullah SAW, tetapi juga karena kita tidak mengenalkan kisah Nabi Muhammad dengan efektif. Kesalahan ini yang membuat generasi muda muslim tidak terinspirasi dan akhirnya kehilangan orientasi. Kesalahan yang membuat kita akhirnya tidak mampu membuktikan bahwa kitalah umat terbaik.

Ayah dan Bunda, tidak efektifnya mengenalkan kisah Rasul terjadi karena hal sederhana: kiya hanya mengajarkan "Tahu" bukan "Cinta" kepada Rasulullah SAW. Buktinya?? Terlihat dari kita akan puas bila anak sudah "tahu" siapa nama ayah, ibu, paman, atau kakek Rasulullah. Betul, kan? Namun bila yang diajarkan adalah "Cinta", hati anak akan terbuka terhadap inspirasi kehidupan Nabi SAW. Perhatikan sabda Rasulullah SAW sendiri dalam Hadits Riwayat Ath-Thabarani, "Didiklah anak-anakmu tiga perkara: cinta kepada Al Qur'an, cita kepada nabi mereka, dan cinta kepada sanak keluarganya..."

Ayah dan Bunda, untuk tujuan mengajarkan cinta kepada nabi Muhammad SAW itulah, dengan bangga Rumah Pensil Publisher mempersembahkan buku RASUL TERSAYANG ini. Bila buku lain yang mengenakan pendekatan "tahu" menuturkan kisah Rasulullah secara kronologis, mulai dari tahun kelahiran sampai wafatnya, buku ini menuturkannya dengan cara berbeda. Dengan pendekatan "Cinta", buku ini mengisahkan kisah Rasulullah secara fragmental: setiap jilid menyampaikan pendekatan tertentu: sisi kasih sayang, sisi keberanian Rasul, dan lainnya (per tema).

Kelebihan buku ini berkat dipakainya pendekatan "Cinta" adalah: buku ini banyak menggunakan pendekatan visual. Komik, gambar dengan proporsi besar, akan membuat kisah-kisah kehidupan Rasulullah mudah dicerna dan akhirnya gampang melekat di benak anak-anak. Bukankah bahasa anak adalah bahasa visual?

Ayah dan Bunda, sungguh kami berharap, dengan membeli buku ini, insya Allah, Anda akan mendapat banyak hal: anak yang shalih, ilmu yang bermanfaat, dan penggunaan harta dengan baik. Bukankah hal-hal itulah yang akan menerangi alam kubur kita kelak? Aamiin, yaa Rabbal'aalamiin.
[Eka Wardhana, Penulis dan Komisaris PT Rumah Pensil Publisher]

Dalam rangka menanti launching buku tersebut, penerbit menawarkan sebuah hadiah istimewa bagi para orangtua yang secara serius ingin menanamkan nilai-nilai Islami sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad saw, yaitu bagi siapa saja yang memesan buku "Rasul Tersayang" dari bulan Oktober- November 2013, akan mendapatkan buku berjudul Smart Funrenting" karya Kak Eka Wardhana. 
Buku setebal 51 halaman hard cover ini memuat berbagai macam tips parenting yang sangat bermanfaat bagi kita sebagai orangtua. 

Adapun caranya adalah hanya dengan membayar DP sebesar Rp 300.000,- dari harga buku. 
Harga normal Rp. 2.300.000,-
Harga indent Rp. 1.657.500,-
DP indent Rp. 300.000,-
Sisanya Rp. 1.357.500,- bisa diselesaikan hingga Desember 2013. (cash tempo)

Sebagai pembeli/pemesan indent, Anda berhak mendapatkan buku Smart Funrenting. Ya... Buku ini hanya dicetak terbatas, tidak dijual bebas, dan hanya dipersembahkan bagi Anda, yang melakukan pemesanan buku RASUL TERSAYANG secara indent. Jadi, jangan sampai menyesal, ya... Segera pesan buku berkualitas ini sebagai investasi dunia akherat bagi Anda dan keluarga.

Sebagai gambaran isi buku, berikut adalah daftar isi dari buku Smart Funrenting yang keren ini:
1. Cita-cita Besar (1) => hal 5
2. Cita-cita Besar (2): Mengenalkan Kisah Orang-orang Berprestasi => hal 7
3. Berikan Cahaya Anak
4. Doa Seorang Ayah
5. Sportif
6. Agar Anak Meraih Mimpi? Ajarkan Tanggung Jawab
7. Menonton Televisi
8. Mencintai Buku
9. Menghabiskan Waktu Berkualitas Bersama Anak
10. Saatnya Jadi Anak-Anak Lagi
11. Just Play. Have Fun. Enjoy The Game
12. Sopan Santun
13. Sang Detektif Ayah
14. Belajar Mengajar
15. Hanya Engkau dan Aku
16. Imajinasi
17. Peluk, Peluk, dan Peluk Lagi...
18. Ayah dan Bunda, Kompak Dooong...
19. Ada Apa dengan Marah?
20. Penting Mana, Ya: Intelektual atau Karakter?
21. Disiplin, Antara Cinta dan Hukuman
22. Bagaimana Menanam Empati di Benak Anak-anak?
23. Ajar Anak Menyuarakan Pikiran
24. Cintai Saudaramu, Nak!

Nah, Yah, Bun.... Bagaimana? Bonus gratisannya aja demikian berbobot. Pas untuk dijadikan modal pemahaman dalam mendidik dan mengasuh putra-putri tercinta. Apalagi konten atau isi buku utamanya. Tidak dipungkiri lagi, Anda tidak akan kecewa.

Mari kita tengok beberapa contoh kisah yang dimunculkan di jilid 1 rasul Tersayang, yang mengangkat tema Kasih Sayang. 
Pada jilid 1 ini, dituturkan berbagai kisah yang mencerminkan betapa besar kasih sayang Rasulullah SAW kepada sesama. Nilai yang ingin ditanamkan pada anak-anak adalah kasih sayang merupakan kekuatan besar. Dengan kasih sayang, anak akan mampu mencapai banyak hal yang tak terbayangkan.

Adapun kisah yang dituturkan dibagi menjadi 3, yaitu:
A. Kisah Utama:
1. Menyambut seorang nenek
2. Memaafkan Hawazin
3. Memberi salam tiga kali
4. Doa yang mengherankan
5. Memaafkan Abdullah bin Ubay
6. Bagian untuk kaum Anshar
7. Kayu peringan siksa
8. Memerah kambing kurus
9. Unais yang pemalas
10. Memuliakan Jarir
11. Rindu keluarga
12. Menyambut keluarga Halimah
13. Menyayangi anak-anak
14. Anak Yahudi yang sakit
15. Unta kurus kering
16. Menegur laila

B. Kisah Pendek:
1. "Biarkan Cucuku!"
2. "Demi Allah"
3. Dua Sahabat
4. Menyayangi kaum Anshar
5. Naik Keledai
6. Putra pemakan dendeng
7. Menyayangi budak
8. "Pemudaku, Pemudiku..."
9. Tidak pernah berkata, "Hus!"
10. Burung pun disayangi
11. "Rahmatilah mereka berdua"
12. "Jangan membunuh anak-anak..."
13. Mengagumi kasih sayang rasul
14. Tangan yang sejuk dan wangi
15. Tidak pernah memukul orang lain
16. Memperhatikan teman
17. Pembawa kasih sayang
18. Menambah pemberian
19. Menjenguk si sakit
20. Menghormati yang lebih tua
21. Mencium cucu
22. Menggendong Umamah
23. "Ciumlah anak-anakmu..."
24. Duduk di punggung Rasul
25. "Sayangi putra-putrimu!"
26. "Perlakukan untamu dengan baik..."
27. Jangan memberi cap di wajah hewan
28. "Jangan membakar hewan hidup-hidup!"
29. "Ammar adalah biji mataku..."
30. "Wahai Aisy..."
31. Minum segelas berdua
32. Kencing di dalam masjid

C. Komik:
1. Waktu lebih untuk Shafwan
2. Maaf untuk Abu Sufyan bin Harits
3. Lawan menjadi kawan
4. Menyayangi hewan
5. Air untuk seekor anjing
6. Sebutir kurma dibagi dua
7. Kambing untuk Halimah
8. Cinta Zaid pada Rasul

Subhaanallah... Itu baru satu jilid, lho, Yah...Bun... Masih ada 9 jilid lagi. karena toral bukunya ada 10 jilid. Ini dia kesembilan tema berikutnya:
Contoh tampilan isi buku
Jilid 2. Ketabahan
Jilid 3. Keberanian
Jilid 4. Kecerdasan
Jilid 5. Keimanan
Jilid 6. Kesederhanaan
Jilid 7. Rasul yang dermawan
Jilid 8. Senyum-senyum Rasulullah
Jilid 9. Air mata
Jilid 10. Teladan


OK, Ayah... Bunda... Bagaimana? Menarik bukan konten buku ini? Bukan hanya menarik.... yang pasti, bermanfaat juga. Oleh karena itu, tak perlu ragu-ragu, segera hubungi kami untuk mendapatkannya, dan jangan lupa, pastikan Anda menjadi pemilik Buku Smart Funrentingnya juga, ya.... (Ssssttt.... Hanya sampai bulan November, lho penawarannya...)

Untuk info selengkapnya, silahkan hubungi kami:

Arin 0819 3206 8533
pin 75EB2E68

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sabtu, 26 Oktober 2013

It's about Personality

Masih dalam rangka menulis ulang hasil belajar di Jogja Parenting Club bersama Bunda Wening, dalam pembahasan tentang "Mengenal Diri dan Anak", topik mengenai personality merupakan sub judul kedua setelah topik mengenai learning style, sebagaimana telah disampaikan pada tulisan sebelumnya. Dengan kata lain, ini tulisan edisi bayar hutang janji. hehehe.... Ok... Let's talk about it.

b. Personality
Apa yang disampaikan oleh Bunda Wening mengenai personality atau kepribadian, jika saya amati lebih merujuk pada sebuah buku berjudul "Personality Plus" karya Florence Littauer. 

Mengapa kita perlu tahu tentang kepribadian? Florence mengatakan, bahwa "Hanya ada satu 'Anda' dan tidak ada dua orang yang sama." Setiap kita adalah unik. Dengan mengenali dan memahami kepribadian kita masing-masing, diharapkan kita bisa tahu siapa diri kita yang sesungguhnya. Tahu mengapa kita bereaksi seperti yang kita lakukan. Tahu kekuatan kita dan bagaimana meningkatkannya. Tahu kelemahan kita dan bagaimana cara mengatasinya. 

Dengan demikian, pada saat kita telah tahu siapa diri kita, diharapkan kita bisa memahami orang lain dan menyadari bahwa hanya karena orang lain berbeda, tidak berarti bahwa mereka salah. Rasa toleran diharapkan juga akan muncul dalam berinteraksi dengan anak, dengan pasangan, dan dengan orang-orang di sekitar kita.

Menurut Florence, sebagaimana dipaparkan oleh Bunda Wening, kepribadian manusia dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe.
1. Kepribadian Sanguinis Populer
Mari kita kenali tipe Sanguinis Populer yang ekstrovert, pembicara, dan optimis ini.
Emosinya: SP memiliki kepribadian yang menarik. Dia suka berbicara, menghidupkan pesta, rasa humornya tinggi, ingatannya kuat terhadap warna, secara fisik mampu memukau pendengarnya, emosional dan demonstratif, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, berpenampilan baik di panggung, lugu dan polos, hidup di masa sekarang, mudah diubah, berhati tulus, namun kekanak-kanakan.
SP di pekerjaannya: Sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat di permukaan, kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, memulai dengan cara yang cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut, mempesona orang lain untuk bekerja.
SP sebagai teman: mudah berteman, mencintai orang, suka dipuji, tampak menyenangkan, dicemburui orang lain, bukan pendendam, cepat minta maaf, mencegah saat-saat membosankan, dan suka kegiatan spontan.
SP sebagai orangtua: membuat rumah menyenangkan, disukai temannya anak-anak, mengubah bencana menjadi humor, dan merupakan pemimpin sirkus.
Kelemahan SP: cenderung tidak rapi, emosional (mudah tersinggung), pelupa, tidak tepat waktu, cepat bosan, sukanya bersenang-senang, dramatis (suka melebih-lebihkan agar orang lain terhibur)

2. Kepribadian Melankolis Sempurna
Mengenal MS yang introvert, pemikir, dan pesimis.
Emosi MS: mendalam dan penuh pikiran, analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistik atau musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, peka / perasa terhadap orang lain, suka berkorban, penuh kesadaran, dan idealis. 
MS di pekerjaan: berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib dan terorganisasi, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan masalah yang kreatif, perlu menyelesaikan apa yang sudah dimulai, suka diagram, grafik, bagan dan daftar.
MS sebagai teman: ia hati-hati dalam berteman, puas tinggal di latar belakang, menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain, sangat memperhatikan orang lain, terharu oleh air mata belas kasihan, dan mencari teman hidu yang ideal.
MS sebagai orangtua: menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan benar, menjaga rumah selalu rapi, merapikan barang anak-anak, mengorbankan keinginan sendiri untuk orang lain, mendorong intelegensi dan bakat.
Kelemahan MS: menuntut kesempurnaan berlebihan, sulit memahami 'kekacauan' yang terjadi di sekelilingnya, panik jika berada di lingkungan yang berantakan, tidak teratur, atau berisik, lingkungan yang tidak sesuai dengan standar mereka dapat membuatnya pesimis, murung, dan stress.


3. Kepribadian Koleris Kuat
Ini dia si ekstrovert, pelaku, nan optimis.
Emosi si KK: berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, tidak emosional dalam bertindak, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja.
KK di pekerjaan: berorientasi target, melihat gambaran secara menyeluruh, terorganisadi dengan baik, mencari pemecahan yang praktis, bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena persaingan.
KK sebagai teman: tidak terlalu perlu teman, mau bekerja untuk kegiatan, mau memimin dan mengorganisasi, biasanya cenderung benar, unggul dalam keadaan darurat.
KK sebagai orangtua: memberikan kepemimpinan yang kuat, menetapkan tujuan, memotivasi keluarga untuk kelompok, tahu jawaban yang benar, mengorganisasi rumah tangga.
Kelemahan KK: cenderung keras kepala, membenci hukuman, tidak suka kompromi, menuntut loyalitas dan penghargaan, cenderung pemarah ketika keinginannya tidak terpenuhi, marah adalah caranya mengendalikan orang lain, bossy dan suka mengatur.

4. Kepribadian Phlegmatis Damai
Menyelami si introvert, pengamat, yang pesimis.
Emosi PD: berkepribadian rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam, tenang dan mampu, sabar, baik kesimbangan emosinya, hidupnya konsisten, tenang tetapi cerdas, simpatik dan baik hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan, serba guna.
PD di pekerjaan: cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administratif, menjadi penengah masalah, menghindari konflik, baik di bawah tekanan, menemukan cara yang mudah.
PD sebagai teman: mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka menyinggung, pendengar yang baik, selera humornya menggigit, suka mengawasi orang, punya banyak teman, punya belas kasihan dan perhatian.
PD sebagai orangtua: menjadi orangtua yang baik, menyediakan waktu bagi anak-anak, tidak tergesa-gesa, bisa mengambil yang baik dari yang buruk, tidak mudah marah.
Kelemahan PD: sangat santai dan menyukai istirahat, sering ditemukan ketiduran di mana saja, tidak termotivasi, percaya diri rendah, membenci tanggung jawab, mudah diabaikan, mudah setuju dengan pendapat orang lain, cenderung mudah dirayu.

Nah, itulah seluk-beluk kepribadian manusia yang beragam rupa dan warna. Ketika mendengar materi ini dipaparkan pembicara, saya sering tersenyum-senyum sendiri dan menganalisa jenis kepribadian yang saya miliki. Dan pada saat pulang, saya jadi teringat pada sebuah buku yang pernah saya beli sewaktu masih kuliah. Itulah buku "Personality Plus" yang menjadi acuan dari pembahasan kali ini. 

Dulu, saya sudah membacanya sampai selesai. Tapi sama sekali nggak mudeng apa yang penulis sampaikan. Saya hanya bisa mengingat bahwa kepribadian itu dibagi 4, yaitu Sanguinis, Phlegmatis, Koleris, dan Melankolis. Itu saja. Tetapi ketika saya mendapatkan materi ini kembali, dan disampaikan dengan cara yang menarik sebagaimana Bunda Wening lakukan, seperti ada dorongan yang ingin mereload memori bacaan yang pernah saya miliki jauh-jauh hari sebelumnya. Dan ketika saya membaca ulang buku ini, tak henti-hentinya saya terkekeh-kekeh, menertawakan diri sendiri, betapa naifnya saya selama ini.

Kemudian saya mencoba melihat-lihat orang-orang di sekitar saya. Mulai dari suami dan anak-anak saya. Saya coba cocokkan ciri-cirinya dengan pemaparan di atas. Dan kembali saya terhenyak-henyak, bahwa apa yang selama ini terjadi, miss komunikasi, perencanaan yang tak kunjung menemui kesepakatan, tuntutan-tuntutan yang muncul secara sengaja maupun tidak disengaja dan serangkaian masalah yang seringkali terjadi, merupakan bukti bahwa kami, terutama saya, belumlah mengenal dan memahami siapa saya sebenarnya. Siapa pasangan saya, dan seperti apa anak-anak saya. 

Naif. Mereka, yang notabenenya selalu berada di dekat saya, setiap hari bertemu dan berinteraksi saja masih belum saling mengenal dan memahami. Ini karena diri kami belumlah memahami siapa diri ini sejatinya. Dan ketika pemahaman itu mulai muncul, ada perubahan paradigma berpikir yang cukup signifikan. Saya jadi berusaha memaklumi apa yang mereka perbuat, apa yang mereka katakan, apa yang mereka lakukan. Dan ini terasa lebih ringan dari sebelumnya. 

Sebagai seorang ibu yang cenderung melankolis, saya berusaha menurunkan standar perilaku terhadap keluarga dan orang-orang di sekitar saya. hehe.... berat juga rasanya. Tapi ternyata efeknya luar biasa... Misalnya ketika melihat perilaku seorang phlegmatis yang cenderung slowly dan berorientasi sekarang, jadi nggak menuntutnya untuk bergerak cepat-cepat atau membuat perencanaan-perencanaan jangka panjang. Karena memang pola pikirnya nggak bisa dipaksakan untuk demikian. #tarik_nafas_dalam_dalam

Menurut Florence, seseorang bisa saja memiliki kecenderungan terhadap beberapa kepribadian, namun tetap saja ada satu tipe kepribadian yang lebih menonjol dan cenderung dominan dalam mempengaruhi pola sikap seseorang.

Ada hal menarik yang diungkapkan oleh seorang Florence dalam menyikapi kepribadian manusia yang bermacam-macam ini. Berikut kutipanya:

Tuhan membuat kita masing-masing berbeda, sehingga kita bisa berfungsi dalam peranan kita.
Tuhan bisa menjadikan kita semua orang Sanguinis yang Populer. Kita akan banyak mendapat mendapat kesenangan, tapi hanya sedikit yang akan dicapai.
Dia bisa menjadikan kita semua orang Melankolis yang Sempurna. Kita akan serba teratur dan rapi, tetapi tidak begitu gembira.
Dia bisa saja menjadikan kita semua orang Koleris yang Kuat. Kita semua akan memimpin, tetapi tidak sabar karena tidak ada seorang pun yang akan mengikuti kita.
Dia pun bisa menjadikan kita semua orang Pleghmatis yang Damai. Kita akan mempunyai dunia yang damai, tetapi tidak banyak semangat dan antusiasme untuk hidup.

Kesimpulannya adalah, Allah selalu melakukan hal-hal yang hebat untuk kita, meskipun terkadang, yang baik menurut Allah terasa buruk dalam pandangan kita. Begitu pula sebaliknya, apa-apa yang menurut kita baik, belum tentu baik pula menurut pandangan Allah. Namun satu hal yang harus kita sadari, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu, sedangkan kita hanyalah makhluk kerdil yang tak pantas diperbandingkan dengan Sang Penciptanya. Oleh karena itu, marilah kita syukuri segala karunia yang telah Allah anugerahkan kepada kita, karena Dia-lah yang Mengetahui kebutuhan dan kebaikan untuk kita, lebih dari apa yang kita ketahui.

Inilah yang bisa saya tuliskan pada kesempatan ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi saya sebagai pembelajaran tersendiri, syukur alhamdulillah jika dapat bermanfaat juga bagi pembaca sekalian. Dan mohon maaf, ya.... jika terdapat salah-salah kata. Karena memang masih dalam proses belajar. Terima kasih telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca tulisan sederhana ini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Insya Allah....

Sabtu, 05 Oktober 2013

Mengenal Diri dan Anak (Jogja Parenting Club part 1)

Sebenarnya untuk edisi perdana dengan tema ini, saya datang agak terlambat. Tapi.... untunglah, masih bisa menangkap cukup banyak materi yang disajikan oleh trainer kita, Bunda Wening. Dalam kondisi rada ngos-ngosan setelah terbirit-birit di jalanan plus deg-degan, secara.... Info yang saya dapat acara dimulai jam 13.00 dan selesai jam 14.30. Sementara saya baru nongol di lokasi aja udah jam 14.15. Gimana nggak setress...? Malah awalnya saya sempat mau mengurungkan niat untuk tetap hadir, tetapi alhamdulillah wa syukurillah, Allah masih sayang sama saya, dan menguatkan tekat untuk tetap hadir. Dan ternyata sodara-sodara..... Saya masih bisa dapat materi dalam waktu cukup lama, hingga pukul 15.45. Dan ada yang bilang, acaranya belum lama dimulai, kok...  Alhamdu....lillaah.....

Dan di sini saya akan menuangkan sedikit banyak apa yang telah saya dapatkan dari acara parenting itu. Monggo, kita simak sama-sama, ya....

Hal pertama yang saya tangkap dari pembicara adalah, di dalam berinteraksi dengan anak, sebagai orangtua kita harus mengenal siapakah anak kita? Ketika pertanyaan ini dilontarkan, kami spontan terdiam. kemudian, bunda melemparkan pertanyaan berikutnya. Anda tahu uang sepuluhribuan? Audiens serempak menjawab, tahuuuuu...... Anda tahu, siapa tokoh yang gambarnya ada di sana? Hehe.... Pada mikir, dah.... Anda tahu uang duapuluhribuan? Tahuuuu..... Mulai, deh, ada yang tangannya meraba-raba tas. Nyari contekan duit. hahaha.... Pertanyaan yang sama dilontarkan, dan tidak semua audiens bisa menjawab secara lantang. Dan, ketika ditanya siapa tokoh yang ada di uang seratusribuan? Serempak audiens menjawab dengan tepat. gerrr...... Kalau yang itu cepet bener, yak?

Apa hubungannya dengan kita dan anak, ya? Mulai, deh, mikir.... Ternyata, Bun, Yah.... Kita, seringkali merasa bahwa sebagai orangtua, yang telah merawat dan membesarkan mereka, yang berinteraksi setiap hari dengannya, sebagaimana kita berinteraksi dengan uang-uang tadi, seringkali merasa telah begitu mengenal anak-anak kita. Yakin, lagi. Tapi.... ketika diajukan pertanyaan: Si Sulung itu, gaya belajarnya bagaimana, Bun? Si Tengah karakternya seperti apa, sih? Si Bungsu, kelebihannya apa, ya? Glek. Apa, ya? Ternyata..... Kita saja sebagai orangtuanya belum tentu mengenali anak-anaknya sendiri. Waduh..... astaghfirullah.... Katanya siap membesarkan dan mendukung minat dan bakatnya. Katanya mau mensupport belajarnya sebaik mungkin... Tapi, bagaimana mungkin itu semua kita lakukan, jika kita sendiri belum mengetahui bagaimana gaya belajar (learning style)nya, bagaimana karakternya, dan sebagainya? Nah, ternyata, untuk membesarkan anak, memang mudah. Tapi membesarkan dengan pendidikan dan pengasuhan yang tepat, ternyata butuh ilmu..... MakJLEBBBB.......

Boleh dibilang, semua orangtua tidak ada yang berniat buruk kepada anaknya. Dengan kata lain, niatnya insya Allah pasti baik. Betul?? Tapi niat yang baik, terkadang diintegrasikan dengan cara-cara yang tidak benar, bisa menghasilkan persepsi yang tidak pas. Konkretnya gini.... Kita pengen anak kita jadi pelajar yang rajin belajar. Nggak salah, dong.... Pasti!! Lalu kita suruh anak kita belajar tiap hari dengan pengawasan yang ketat, kita kondisikan rumah dalam keadaan tenang agar anak bisa konsentrasi, dan kita temani anak kita. Tanggung jawab, dong.... Pertanyaannya, apakah setiap anak akan merasa senang dan nyaman dengan kondisi tersebut? Ya iya, lah....Yakin??? Pastinya... Secara, kita sudah mengkondisikan sedemikian rupa seperti kita dulu belajar. Masih yakin....? Jawabnya adalah.... Belum tentu....

Saya jadi ingat curhat teman di FB yang sudah meluangkan waktu untuk menemani anaknya belajar. Tapi... anaknya bertingkah macam-macam dengan berbagai alasan, sehingga suasana belajar menjadi tidak kondusif. Hehehe.... Sori, ya, kalau yang diceritain baca tulisan ini... :D Apa yang sedang terjadi, ya?

Menurut Bunda Wening, ada step-step yang terlewati dalam kasus ini. Sangat mungkin, orangtua belum mengenal gaya belajar si anak. Bagaimana bisa? Bisa banget.... sayangnya, sebagai orangtua, kita-kita ini bisa dibagi menjadi 3 oleh pembicara, yaitu:
- Tipe orangtua yang tidak tahu dan tidak mau tahu
- Tipe orangtua yang tahu tapi tidak mau melakukan
- Tipe orangtua yang mau tahu dan mau melakukan, tapi belum mampu.
Nah, termasuk yang mana, ya, kita? Saatnya introspeksi diri.... #ambil_cermin

Lalu, langkah-langkah apa yang yang harus ditempuh orangtua untuk bisa mengenali anak-anaknya? Pertama adalah, dengan mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Bagaimana seseorang bisa mengenali orang lain, jika dia tidak mampu mengenali dirinya sendiri? Bahkan ada kata-kata bijak yang dikenal yaitu: "Barangsiapa tidak mengenal dirinya, maka ia tidak mengenal Tuhannya."
Pertanyaan berikutnya adalah, sudahkah kita mengenali diri kita sendiri? hehehe.... Sepertinya, pada pertemuan pertama waktu itu, pembicara berhasil membuat audiens terdiam berkali-kali dengan pikirannya masing-masing yang saya kira, sama belibetnya dengan pikiran saya. Ngaku.com pokoknya. mari kita telanjangi diri kita masing-masing. Ups, fulgar amat, ya bahasanya.... Kena sensor. hehehe....

a. Learning Style
Ok. Sebelum mengenal kepribadian, dipaparkan terlebih dahulu mengenai Learning Style atau gaya belajar. Kira-kira, apa gaya belajar Anda, Bun/Yah?
Gaya belajar dibagi menjadi 3, yaitu:
- Visual
- Auditory
- Kinestetik

Seseorang dengan gaya belajar visual memiliki kekuatan di bagian mata. Fungsi penglihatannya sangat optimal. Dia belajar dari melihat, mengamati, menyukai gambar, warna, diagram, komputer, video, fotografi, memperhatikan penampilan, senang bertemu orang lain, dan hal-hal yang sifatnya dapat terdeteksi oleh indera penglihatannya. Orang model begini, nih, kalau belajarnya menggunakan mind map (peta pemikiran) yang warna-warni, hmmm.... bisa efektif banget.

Sedangkan pemilik gaya belajar auditory memiliki kekuatan pada pendengarannya. Dia lebih suka belajar diiringi musik, mendengarkan penjelasan, diskusi, suka ngobrol, mudah hafal lirik lagu, bahkan sampai ketukannya, mudah mengingat dengan cara mengulang-ulang dengan suara keras, mudah mengingat nama, mampu mendeteksi intonasi suara, dan pendengar yang baik. Orang ini, nih, kalau ngerumpi wuidih.... betaaahhhh..... hehehe.... hayo, siapa yang gayanya auditory, ngakuuuu..... :D

Nah, untuk yang punya gaya belajar kinestetik, dia ini kekuatannya ada pada gerakan dan atau indera pengecapan, juga penciuman atau sensori. Tipe ini adalah mereka yang biasa dikenal dengan "orang yang nggak bisa diem", lah. Pantatnya ada pakunya, lah. Nggak ada matinya, lah. Pethakilan, dan berbagai macam label sering diperoleh orang-orang kinestetik. Dan sayangnya, rata-rata labellingnya ini cenderung ke arah yang negatif dan kontra-produktif. Padahal dia hanya butuh cara belajar yang sedikit berbeda dengan kebanyakan orang jaman dulu yang cenderung anteng, kalem, nurut, dan seterusnya.
Si kinestetik ini senang dengan sentuhan (sering-seringlah mengelus, mengusap, memeluk, mencium, atau menepuk-nepuk punggung anak kinestetik), menghafal sambil jalan-jalan atau bahkan sambil lompat-lompat (alamak..... mampukah kita? hehehe...), belajar sambil mengunyah permen karet juga direkomendasikan, menggunakan benda-benda di sekeliling untuk bisa dipegang, diraba, belajar lebih suka praktek daripada teori, hobby makan (asik, nih), suka menari/senam, mudah hafal gerakan-gerakan, memperagakan sesuatu, dan hal-hal yang sifatnya bergerak.

Dan pada diri seseorang, terkadang terdapat kombinasi beberapa learning style, namun tetap ada salah satu yang dominan.

Dengan memahami gaya belajar ini, diharapkan kita bisa bersikap lebih arif dalam menilai dan menyikapi, bahwa gaya belajar seseorang itu tidak bisa dipaksakan dan tidak bisa diseragamkan. Lalu apa jadinya, bila kita sebagai orangtua yang misalnya bergaya visual sedangkan anaknya bergaya auditory akan saling menghargai dan mendukung, jika tidak ada pemahaman sebelumnya? Yang akan terjadi ya pemaksaan demi pemaksaan kondisi belajar yang tidak pas dengan gaya belajar si anak, sehingga ketika anak tidak mampu menyerap pembelajaran, label bodoh, tulalit, ataupun yang negatif lainnya akan mengudara dan terulang-ulang hingga lama-kelamaan melekat dalam pribadi seorang anak. Lalu apa jadinya jika ia kemudian meyakini bahwa ia memang tidak bisa dan merasa bodoh? Bagaimana masa depannya? Inilah yang dinamakan gugur sebelum berkembang.

Padahal, andai saja kita tahu bahwa dia hanya butuh gaya belajar yang agak berbeda dengan gaya kita, dan kita mampu menghargai perbedaan itu, alangkah indahnya. Kita sebagai fasilitator sepantasnya mendukung proses belajarnya sesuai gaya belajar yang dia miliki. Maka tidaklah berlebihan jika para pakar pendidikan itu berkata, bahwa tidak ada anak yang bodoh. Karena Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal.

Wuih.... Sampai segitunya, ya.... Saya sendiri begitu mengenal semua ini, rasanya ingin sekali meminjam kantong ajaib Doraemon. Pengen minjem mesin waktu, untuk diputar ke belakang dan ingin membenahi kesalahan-kesalahan yang telah saya perbuat ke anak-anak saya. Ya Allah.... ampunilah hamba-Mu yang dhoif ini.... Maafkan ummi, ya, nak.... hiks.....

Waduh, udah panjang bener.... Padahal masih banyak yang belum ditulis. Udah keriting, nih, jarinya... To be continued aja, ya... Masih ada topik tentang personality yang nggak kalah serunya untuk dibahas. tapi insya Allah ditulis di posting berikutnya. udah ngantuk, sodara-sodara..... :(

Anyway, terima kasih udah berkenan membaca tulisan ini hingga di sini. Karena, membaca itu bikin capek sebenarnya. Tapi bagi yang senang ilmu, insya Allah nggak, ya.... Sampai di sini dulu postingan ini. Dilanjut besok, ya.... Insya Allah. Mudah-mudahan ada kesempatannya. Semoga yang ini juga bisa bermanfaat. Aamiin....

Liputan Jogja Parenting Club

Catatan ini saya buat setelah mendapat kesempatan belajar bareng Bunda Wening, seorang konselor, trainer, dan penulis buku-buku parenting yang berdomisili di Kota Yogyakarta. Beruntung sekali rasanya saya bisa ikut bergabung dengan beliau, karena ilmu-ilmu parenting yang beliau berikan sangat berguna dan berharga untuk bisa diterapkan dalam mengasuh keempat anak saya yang super duper atraktif. Meskipun dulu saya sudah cukup sering membaca ataupun ikut seminar dengan tema sejenis, namun rasanya tidak ada bosan-bosannya saya mengikuti parenting, karena selalu ada yang baru dan berbeda dengan yang telah saya dapatkan sebelumnya.

Ada yang istimewa dari kegiatan yang diberi judul "Jogja Parenting Club" ini. Biasanya, acara-acara parenting, baik yang diselenggarakan oleh institusi atau lembaga tertentu hanya dilaksanakan secara insidentil. Dalam satu institusi, biasanya mengadakan parenting antara 2 - 3 kali dalam satu tahun. bahkan ada yang hanya menyelenggarakan satu kali, ada pula (dan ini yang dominan) yang tidak menyelenggarakan kegiatan ini sama sekali. Jika kegiatan parenting diadakan oleh sekolah (institusi), seringkali dilaksanakan secara internal, khusus untuk walimurid sekolah yang bersangkutan. Namun, kali ini Parenting Club yang diselenggarakan oleh Bidang Sosial Pendidikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Nasyi'atul Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta ini diselenggarakan secara berkesinambungan selama satu tahun dan dibuka untuk umum dengan tema yang berbeda-beda di setiap pertemuannya. Keren, ya...

Dengan mengusung grand tema "Menjadi Orangtua Cerdas, yuk!" Parenting Club ini telah dimulai sejak Hari Sabtu, tanggal 31 Agustus 2013 bertempat di Aula Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl. KHA Dahlan Yogyakarta. Tema pertama yang dibahas adalah "Mengenal Diri dan Anak". Peserta yang hadir pun cukup banyak. Ada ibu-ibu beserta momongannya, ada juga para calon ibu dan sebagian juga berlatar belakang guru PAUD dari Jogja dan sekitarnya. Acara yang dimulai entah jam berapa (berhubung saya datangnya telat sekitar pukul 14.15 WIB) dan diakhiri sekitar pukul 15.45 WIB ini, terasa begitu singkat karena Bunda Wening menyampaikan materi dengan gayanya yang gaul dan asik banget. Khas banget dan joke-joke segarnya mampu mengeliminasi rasa capek dari perjalanan panjang sejak Kulon Progo hingga Jogja yang jarak tempuhnya sekitar 40 km dalam cuaca yang cukup terik. Hehe... Demi bisa berguru kepada seorang Bunda Wening, perjalanan itu tidaklah rugi untuk ditempuh.

Parenting edisi kedua, dengan tema "Menumbuhkan Karakter Positif Anak" dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 14 September 2013, mengambil tempat di Gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jl. Gedong Kuning 130 B Yogyakarta, tepatnya sebelah utara Gedung Erlangga. Cukup mudah dicari bagi yang suka muter-muter Jogja. Dan berikut ini jadwal parenting edisi berikutnya yang siapa tahu ada yang pengen ikut gabung dengan kita-kita di sana:

Seri 3. Sabtu, 12 Oktober 2013 Tema: Ancaman dan Penanganan Pornografi pada Anak (karena satu dan lain hal, jadwalnya digeser ke Sabtu, 26 Oktober 2013)
Seri 4. Sabtu, 09 November 2013 Tema: Marah yang Bijak
Seri 5. Sabtu, 14 Desember 2013 Tema: Komunikasi Efektif dengan Anak
Seri 6. Sabtu, 11 Januari 2014 Tema: Hypnoparenting
Seri 7. Sabtu, 15 Februari 2014 Tema: Modifikasi Perilaku Anak
Seri 8. Sabtu, 15 Maret 2014 Tema: Motivasi Belajar Anak
Seri 9. Sabtu, 12 April 2014 Tema: Anak Mandiri Orangtua Happy
Seri 10. Sabtu, 10 Mei 2014 Tema: menyikapi Konflik dengan Pasangan
Seri 11. Sabtu, 14 Juni 2014 Tema: Menjadi Ayah yang Asyik!
Seri 12. Sabtu, 16 Agustus 2014 Tema: Menjadi Ayah dan Bunda yang Kompak Mendidik Anak

Itulah rangkaian tema pembahasan dalam Parenting Club yang biayanya hanya Rp 25.000,-/orang atau Rp 40.000,-/pasangan untuk umum dan Rp 15.000,- untuk AMM per pertemuan. Tarif yang amat sangat terjangkau, dengan fasilitas: blocknote, makalah, snack, sertifikat, dan educare anak. Bahkan, boleh dibilang sangat murah. Karena bagi yang punya anak balita pun, tak perlu khawatir dan tak usah ragu-ragu untuk menimba ilmu parenting bersama Jogja Parenting Club ini. Ketinggalan satu dua tema, bisa setting waktu di tema berikutnya. Dibikin enak aja, deh... hehe...

Bagi yang ingin ikutan acara ini, bisa menghubungi kontak person berikut:
Mbak Evi: 0817 548 3035 / 0274 744 6841

Mungkin sebagian pembaca mengira, jika saya menulis ini semua karena saya adalah bagian dari panitia demi menyukseskan acara tersebut. Ketahuilah, bahwa itu tidak benar. Saya benar-benar orang luar yang tidak terlibat dalam penyelenggaraan acara tersebut. Namun, sebagai orangtua dari 4 orang anak, saya merasakan betapa mendidik anak-anak di jaman ini tidaklah mudah. Betapa berat dan besarnya godaan bagi kita dan anak-anak kita dalam menjalani hidup di era millenium ini. Mungkin karena sudah semakin dekatnya dengan akhir zaman, sehingga kita butuh banyak teman yang sepemikiran untuk mendidik dan mengasuh anak-anak kita. Untuk menjaga ghiroh, semangat, dan juga keistiqomahan alias konsistensi. Bahkan ada istilah "butuh orang sekampung untuk mendidik seorang anak". Tidaklah berlebihan istilah itu, karena bagi kita yang menyadari akan betapa besarnya pengaruh lingkungan dalam mewarnai pola pikir dan pola sikap seorang anak, maka akan sangat wajar jika merasa khawatir untuk melepaskan anak-anak kita secara bebas bergaul di lingkungan yang tidak bersahabat dengannya.

Dengan adanya acara-acara Parenting semacam ini, kita semua berharap, akan semakin tercerahkannya kita dan orang-orang di sekitar kita terhadap tata cara mengasuh dan mendidik anak yang sesuai dengan fitrahnya, sehingga akan semakin menguatkan tekad kita sebagai orangtua, untuk memperbaiki kesalahan pola asuh yang pernah kita lakukan dan menata kembali pengasuhan anak ke depannya. Semoga semuanya belum terlambat, karena manusia dinilai berdasarkan usaha dan upayanya. Sedangkan hasil, semuanya adalah hak prerogatif Allah subhanahu wa taa'la akan dijadikan seperti apa generasi penerus kita. Setidaknya, ketika pada hari pertanggungjawaban kita telah tiba, ketika rapot kita dibukakan, ada amalan dan upaya yang telah tertulis di sana, bahwa kita tidak berpangku tangan dalam menjaga titipan-Nya, yaitu anak-anak kita.

Kepada para ayah / bunda yang kebetulan berdomisili di Jogja dan sekitarnya, melalui media ini saya mengajak anda semua, yuk.... kita belajar sama-sama... Tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat. Mohon maaf jika terdapat salah-salah kata. Sampai ketemu di Jogja parenting Club, ya..... :)

.